Mengisahkan hubungan percintaan antara Amira dengan pengusaha terkenal bernama Romeo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mike Killah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara perasaan dendam dan cinta
Romeo mengendong Amira untuk balik ke rumah mereka, sementara Roy pula otw pulang ke rumahnya sendiri.
Di sudut yang lain, di rumah, Melissa merasa heran karena tidak melihat suaminya, Roy, di rumah. Dia menelefon Roy dan bertanya di mana suaminya itu berada.
"Sayang, aku ada urusan di kaunter," jawab Roy.
"Cepatlah balik sayang," jawab Melissa.
Di rumah, Romeo mengobati kaki Amira yang cedera. Amira merasa sangat gembira apabila melihat suaminya, meskipun Romeo bersikap jutek, namun dia seorang yang perhatian. Amira tidak henti-hentinya menatap wajah Romeo, matanya bersinar sinar dengan rasa syukur dan sedikit harapan.
"Makanya kamu jangan keluar rumah tanpa izin suami, ini juga yang berlaku," kata Romeo, suaranya masih terdengar dingin, namun ada sedikit kelembutan di balik kata-katanya.
"Terima kasih Mas ya atas perhatiannya," jawab Amira, suaranya bergetar karena rasa terharu.
"Kamu jangan perasan. Aku buat macam ni sebab aku takut orang bilang aku ni jenis suami KDRT," jawab Romeo yang ingin mencoba menyembunyikan rasa tidak nyaman yang dia rasakan saat melihat Amira terluka.
Amira memeluk badan Romeo. Romeo merasakan kehangatan dalam pelukan Amira. Dia segera melepaskan pelukan Amira dan menghantar Amira ke bilik tidurnya supaya Amira bisa beristirahat. Romeo merasa sedikit gelisah, dia tidak bisa menyembunyikan rasa tertariknya kepada Amira, meskipun dia berusaha keras untuk tetap membenci Amira.
Di ranjang, Amira terbaring. Romeo ingin kembali ke biliknya sendiri. Sebelum Romeo menutup pintu kamar Amira, Amira mengucapkan "Good Night" kepada Romeo.
Romeo pula hanya jutek dan mengabaikan ucapan wish good night daripada Amira. Romeo merasa tertekan dengan perasaannya sendiri dan dia tidak tahu bagaimana cara menghadapi Amira.
Romeo masih menyimpan dendam terhadap Amira, namun di saat yang sama, dia merasakan sesuatu yang berbeda. Dia merasa terusik oleh kehangatan pelukan Amira, dan dia tidak bisa melupakan wajah Amira yang penuh dengan kekhawatiran saat hampir terjatuh ke jurang. Romeo merasa bingung terhadap perasaannya sendiri.
Di dalam hati, Romeo berbisik, "Aku harus tetap membenci Amira. Dia adalah pembunuh adikku. Tapi, kenapa aku merasa begitu terusik olehnya? Apakah aku mulai jatuh cinta kepada Amira?"
Romeo pun berbaring di ranjangnya, pikirannya dipenuhi dengan Amira. Dia tidak bisa tidur, dan dia terus memikirkan Amira. Dia merasa terjebak dalam perasaannya sendiri, di antara dendam dan cinta.
.....
Di bilik Romeo, dia merasa gelisah dan ingin mencari tahu lebih lanjut tentang situasi yang melibatkan Amira dan Roy. Dengan cepat, dia membuka media sosial dan mencari nombor HP Melissa di Facebook. Akhirnya, dia berjaya mendapatkan nombor telefon Melissa.
Melissa, yang sedang menunggu kepulangan Roy, tiba-tiba menerima panggilan dari nombor yang tidak dikenali. Dia menjawab dengan rasa ingin tahu. "Halo?"
"Halo, Melissa. Ini Romeo, suami Amira," suara Romeo terdengar tegas di hujung talian.
Melissa sedikit heran. "Oh, Romeo. Ada apa ya?"
Romeo melanjutkan, "Sini aku mau bilang bahwa kamu patut jaga suami kamu."
Melissa merasa bingung. "Maksud kamu apa, Romeo?"
"Suami kamu, Roy, telah cuba mendekati istri aku. Dia pergi makan malam ini untuk berjumpa dengan istri aku, Amira," jawab Romeo dengan nada serius.
Mendengar itu, Melissa langsung terbakar amarah.
"Hah? Apa maksud kamu?" Dia menutup telefon dengan kasar. "Berani kamu tipu aku, Roy!" teriaknya di ruangan biliknya.
Dengan penuh emosi, dia melempar barang-barang di kamar tidur untuk melepaskan geramnya.
Roy tiba di rumah dan masuk ke kamar mereka, terkejut melihat barang-barang di kamar dia dan Melissa berselerak.
"Sayang, apa-apaan semua ini? Kenapa kamu marah-marah?" tanyanya dengan nada bingung.
Melissa, tanpa ampun, menampar muka Roy dan bertanya, "Kamu ke mana tadi?"
Roy berusaha menjelaskan, "Aku kan dah bilang, aku ada urusan di kaunter."
Melissa tertawa sinis, "Urusan kaunter? Bohong kau!"
"Kau jumpa Amira kan?" desak Melissa.
Roy berusaha membela diri, "Sayang, aku tak jumpa dia. Sumpah!"
Melissa menjawab dengan tegas, "Stop bohong! Tadi Romeo telah call aku memberitahu segalanya."
Dalam hati, Roy berbisik, "Sialan Romeo."
Melissa memegang baju Roy dengan erat dan menginginkan kepastian daripada Roy serta bertanya. "Kamu masih ada perasaan kah terhadap perempuan itu?"
Roy segera menyangkal, "Of course lah tak ada, sayang. Aku ke sana sebab Amira meminta pertolongan. Dia nak jatuh dari jurang. Aku kan nggak tega liat dia kesusahan."
Dia juga berbohong, "Dia duluan call aku, sayang. Dia tak dapat lupakan aku. Dia mahu jebak aku dan hancurkan hubungan kita."
Melissa, terpengaruh oleh kata-kata Roy, mulai percaya.
"Baiklah, aku akan memberi perhitungan kepada kamu nanti Amira," katanya dengan tekad yang membara.
Suasana di dalam kamar Melissa dan Roy menjadi tegang, dengan Melissa yang marah dan Roy yang berusaha menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Roy merasakan beban di hatinya, tetapi dia tidak ingin Melissa tahu bahawa dia masih memiliki perasaan terhadap Amira. Dia bertekad untuk menjaga rahasia ini, meskipun konsekuensinya mungkin akan lebih besar di kemudian hari.
Amira terbangun dari tidurnya dan menuju ke dapur,seperti biasa. Romeo sudah berada di dapur dan menunggu Amira dengan senyuman yang sinis.
Romeo telah menyerahkan daftar tugas rumah tangga kepada Amira, dengan nada dingin dan penuh ancaman. "Kamu siapkan semua ini dan aku mau tugasan kamu ini selesai sebelum aku balik kerja.
Jangan lupa ada CCTV yang memerhatikan kerja mu," kata Romeo, matanya berkilat-kilat jahat.
Amira mengangguk patuh. Dia sudah terbiasa dengan perlakuan Romeo yang kasar dan suka menindas. Dia tahu, Romeo tidak akan segan-segan menghukumnya jika dia melakukan kesalahan. Romeo pun pergi bekerja, meninggalkan Amira sendirian di rumah, dengan beban tugas yang berat di pundaknya.
Di sisi lain, Melissa sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Amira. Dia ingin bertemu dengan Amira dan ingin memberi perhitungan terhadap Amira.
Namun, ketika Melissa sampai di gerbang rumah, pengawal rumah Romeo menghalangi Melissa untuk masuk ke dalam rumah Romeo dan Amira.
"Aku adiknya Amira. Kalau aku bilang semua ini kepada bos kamu, pasti kamu dipecat," ancam Melissa.
Pengawal itu masih ragu-ragu, tetapi tiba-tiba Roy suami Melissa muncul. Roy yang hendak pergi bekerja memandu mobil melalui rumah Amira tiba-tiba melihat isterinya, Melissa di depan gerbang rumah Amira. Dia pun berhenti dan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Pengawal itu pun membuka gerbang, dan Melissa bergegas masuk, diikuti oleh Roy.
Pengawal rumah Romeo segera menghubungi Romeo yang sedang dalam perjalanan menuju kantor. Dia melaporkan bahwa adik dan ipar Amira menerobos masuk ke rumah mereka. Romeo yang mendengar laporan itu, langsung memandu sekali gus melakukan putar balik dan bergegas pulang.
Melissa memasuki rumah dan berteriak dengan suara marah memanggil "Amira!" Roy yang masih di luar rumah Amira yang ingin mengikuti Melissa tiba tiba melihat Amira sedang membersihkan kolam renang di luar.
Tiba-tiba, Amira terjatuh ke dalam kolam. Roy flashback masa silam apabila dia berpacaran dengan Amira dulu bahwa Amira pernah bilang kepada nya bahwa Amira tidak bisa berenang.
Tanpa ragu-ragu, Roy langsung terjun ke kolam dan menyelamatkan Amira yang sudah lemas. Roy memberikan nafas buatan kepada Amira, dan Melissa yang melihat kejadian itu, langsung menghampiri Roy dan menamparnya.
Romeo pun baru tiba di rumah dan melihat Roy yang sedang memberikan nafas buatan terhadap Amira.
Dia langsung mengamuk dan menumbuk muka Roy. "Berani-beraninya kamu melakukan sesuatu terhadap istri aku," teriak Romeo. Roy mencoba menjelaskan bahwa dia hanya menyelamatkan Amira, tetapi Romeo tidak percaya.
Dia menumbuk Roy lagi, dan Roy pun jatuh ke kolam. Melissa yang melihat Roy jatuh, langsung menarik tangan Roy dan ikut jatuh ke kolam.
Romeo langsung membawa Amira yang baru sadar masuk ke rumah. Dia tidak peduli dengan Roy dan Melissa yang masih di dalam kolam renang.
....
Melissa dan Roy yang berada di kolam renang pun segera pulang ke rumah mereka dalam keadaan basah kuyup. Setibanya di rumah, suasana tegang langsung melanda dan mereka berdua bertengkar.
Roy tidak dapat menahan kemarahannya. "Apa yang kamu pikirkan, Melissa? Kenapa kamu harus ke rumah Amira?" teriaknya.
Melissa tidak tinggal diam. "Aku tidak akan membiarkan kamu berhubungan dengan Amira! Dia bukan siapa-siapa bagimu!" jawabnya dengan nada tinggi.
Anak-anak mereka, Aliya dan Benny, mendengar pertengkaran itu dan segera berlari ke ruang tamu. "Ayah, Ibu, kenapa kalian berdua bertengkar?" tanya Aliya dengan cemas.
Benny menambahkan, "Kalian tidak boleh berteriak-teriak seperti ini! Ini membuat kami takut dan cemas!"
Mendengar suara anak-anaknya, Roy dan Melissa terdiam sejenak. Mereka berusaha menahan emosi, tetapi ketegangan di antara mereka masih terasa.
Di sisi lain, Amira yang baru bangun dari pengsan akibat lemas, merasakan pelukan hangat Romeo. Dia menatap wajah Romeo yang penuh kekhawatiran. Adegan romantis ini terasa manis di antara mereka, meskipun ada rasa canggung yang tersisa.
"Amira, kamu baik-baik saja?" tanya Romeo lembut, suaranya penuh keprihatinan.
Amira hanya mengangguk lemah, tetapi setelah beberapa minit, sikap Romeo mulai kembali dingin. Dia menjauhkan diri sedikit dan berkata, "Jangan biarkan sesiapa lagi masuk ke rumah kita selepas ini, termasuk Mirna."
Amira yang kelihatan lelah hanya berdiam diri, tidak tahu bagaimana harus merespons. Dalam hatinya, dia merasa bingung dengan semua yang terjadi.
Romeo melihat Amira yang hanya terdiam, dan rasa bersalah mulai menyelimuti dirinya.
Namun, dia cepat-cepat mengusir perasaan itu. "Ingat Romeo, kamu tak boleh jatuh cinta kepada Amira".
Bersambung