Ketika tombak itu dihunuskan ke arahnya, Qu Fengxiao sudah tidak memiliki terlalu banyak harapan lagi untuk mengembalikan segalanya seperti semula. Satu-satunya keluarga yang ia punya membunuhnya. Dia jatuh ke dalam keputusasaan. Tapi siapa sangka, dia akan terbangun di dunia lain di mana teknologi lebih maju dari duniannya. Ditambah, dia harus berurusan dengan ilmuwan gila dari sebuah institusi raksasa yang terhubung dengan keluarganya.
Belum selesai dengan itu, tiba-tiba seseorang mengajaknya menikah dan membuatnya bingung dengan keberadaan dua pria yang terlihat mirip di dua dunia.
"Tuan Dewa Kuno, kau tidak sedang mempermainkanku, kan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chintyaboo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Ellard
Kekuatan spiritual di ruangan ini berbeda dari yang di luar. Rasanya seperti kembali ke dunia di mana Qu Fengxiao dilahirkan. Ini membuatnya cukup nyaman dan berada di posisi yang sama dalam waktu lama.
Hawa dingin menguar dengan bebas dan menciptakan area es yang ekstrim. Karena Qu Fengxiao terlalu nyaman, tanpa sadar dia membuat hawa es itu terlalu bebas sehingga menciptakan banyak batu es dan salju di sekitarnya.
Itu bertahan selama beberapa hari. Sampai akhirnya sesuatu yang bertolak dengan es yin miliknya enggan bergerak bebas tiba-tiba mendekat.
Qu Fengxiao tersadar dari kondisi nyamannya yang bertahan sangat lama itu. Dia membuka mata. Kilau biru di matanya menyala dan membuat semua hawa dingin di sekitar ditarik ke dalam tubuhnya begitu saja. Namun, area esnya masih bertahan.
Mata Qu Fengxiao berkedip beberapa kali dan membulat saat melihat ke atas. Pria tinggi bermata merah berdiri di depannya. Pijakannya benar-benar membuat es di sekitar menjauhinya seolah semua es itu memiliki kesadaran sendiri.
“Kau sudah selesai?” tanya Qu Fengxiao. Dia beranjak berdiri. Tempat yang ia duduki sebelumnya telah membeku, jadi begitu dia bangkit, es-es itu langsung runtuh dan berjatuhan seperti serpihan kaca.
Qu Fengxiao melihat ke bawah. Wajahnya memerah. “Ah, aku akan membereskannya.”
Dia melambaikan lengannya. Seketika semua es itu berubah menjadi hawa dingin yang terbang memasuki tubuh Qu Fengxiao. Qu Fengxiao menghembuskan napas. Embun putih yang dingin keluar dari mulutnya.
“Terima kasih.” Huo Yuzheng sepertinya tahu mengapa Qu Fengxiao berada di sana dalam waktu lama.
“Bukan masalah besar. Tempat ini memiliki kekuatan spiritual berlimpah. Dibandingkan di luar, aku lebih suka di sini. Bahkan jika aku berkultivasi bertahun-tahun, aku juga tidak akan sadar.” Dia terkekeh.
Ekspresi Huo Yuzheng masih tidak berubah. Tapi ada kelembutan di matanya. Dia mengusap rambut Qu Fengxiao. “Kau sudah begitu kuat. Aku pikir, kekuatan spiritual di sini tidak ada apa-apanya.”
Qu Fengxiao merasakan sentuhan hangat itu dan merasa tergelitik. Dia seperti kucing yang menyukai sentuhan di kepala.
“Sebenarnya aku tidak sengaja merusak pelindung di sana. Tapi tenang saja, itu sudah diperbaiki. Lalu, aku menemukan seseorang yang diam-diam masuk beberapa hari yang lalu dan mengganggu. Jadi aku putuskan untuk menjagamu.”
“Kamu sudah bekerja keras.” Huo Yuzheng memikirkan sesuatu. “Nanti kita pergi ke supermarket untuk membeli persediaan makan. Bagaimana?”
Mata Qu Fengxiao berbinar, kemudian mengangguk. “Baik! Ayo kita pergi!”
Mereka keluar dari ruangan seakan keluar dari kamar sendiri. Begitu Huo Yuzheng keluar, pelindung itu hilang begitu saja.
James yang melihat keduanya keluar bersama langsung terbelalak. Dia menghampiri dan menyipitkan mata curiga.
“Kalian ....” Dia melihat Qu Fengxiao. “Bagaimana kau bisa di sini? Aku pikir kau berhibernasi lagi di kamar.”
“Apa terjadi sesuatu selama aku tidak ada?” tanya Huo Yuzheng.
James menjawab, “Semua baik-baik saja. Aku juga sudah membelikan tiga tiket pesawat ke Manchester.”
“Manchester?”
“Kita tidak tahu di mana lokasi spesifik Red Room di Amerika. Jadi lebih baik mendekati keluarga bersangkutan untuk mencari informasi.” James melirik Qu Fengxiao penuh arti.
Qu Fengxiao bingung. “Aku?”
“Kau sangat mirip dengan Isabella Ellard. Jadi kami putuskan untuk mencari jejak Keluarga Ellard yang tersisa. Mereka tinggal di Manchester sebelum dihancurkan.”
Salah satu dari mereka bergabung dengan Red Room. Tapi dia tidak ada kabar lagi setelah kematian Isabella. Mungkin saja bisa mendapat petunjuk di kampung halaman mereka.
“Manchester itu ... di Inggris?” tanya Qu Fengxiao.
“Benar.”
“Kita pakai pesawat?” tanya lagi Qu Fengxiao.
“Ya.”
Qu Fengxiao mengerutkan kening. “Aku pikir kecepatan terbang pesawat tidak lebih cepat dariku. Aku bisa berteleportasi dan membawa kalian bersama. Jadi kupikir lebih efektif kalau kita langsung teleportasi.”
James tersenyum kecut. “Aku juga menginginkannya jauh di dalam lubuk hatiku. Namun, siapa yang akan tanggung jawab jika kita disebut sebagai imigran gelap?”
“Bukankah mudah memalsukan surat? Surat-surat milikku juga palsu. Jika kita terlalu mengulur waktu dengan menunggu jam penerbangan pesawat, belum lagi jika ditunda, kita akan ketinggalan jejak Ellard.”
Cara Qu Fengxiao sangat efektif. Tapi ....
Huo Yuzheng berkata, “Ini bukan duniamu, jadi patuhi aturan yang berlaku.”
“....” Qu Fengxiao melirik Huo Yuzheng dengan sebal. “Ciri fisikku seperti warga asli eropa, siapa yang akan menanyai identitas asliku?”
Selain itu, dengan keterampilan bicara Qu Fengxiao, bukan masalah besar jika ingin mengelabuhi seseorang.
James berbisik pada Huo Yuzheng. “Bos, idenya menarik. Sepertinya kita bisa tiba lebih cepat dan aman jika menggunakan caranya.”
Huo Yuzheng menatapnya dengan dingin. James langsung berdiri tegak dan diam.
“Jika menggunakan teleportasi, kau tidak akan bisa menikmati dunia ini dari langit sebelum pergi.” Huo Yuzheng memandang Qu Fengxiao penuh arti.
Pada akhirnya, Qu Fengxiao menyetujui ucapannya. Tapi entah kenapa, kalimat terakhir Huo Yuzheng seperti memasang jarak yang lebih besar di antara mereka.
Qu Fengxiao tidak mengatakan apa pun lagi.
Karena segalanya sudah siap, dan musim dingin telah berakhir, mereka langsung pergi ke bandara untuk melakukan perjalanan selanjutnya.
Musim semi di tempat ini sangat cerah. Qu Fengxiao berkeliling bandara sambil melihat pemandangan luar ketika sedang menunggu jadwal pesawat tiba.
Semua yang ada di sini masih membuatnya terpesona. Dia berkeliling, mengenali beberapa robot pembantu, serta cara kerja mesin-mesin di sekitar bandara. Membeli makanan, lalu berkeliling lagi.
Saat masuk ke dalam pesawat, Qu Fengxiao lebih tenang dan mengikuti arahan tanpa banyak tanya.
Dia duduk diam dan menutup mata. Kesadarannya terbang jauh keluar pesawat dan melihat dari ketinggian saat pesawat terbang.
Dunia ini sangat indah. Berbeda jauh dari dunianya yang tidak memiliki banyak teknologi dan mesin-mesin serta gedung-gedung tinggi seperti di kota tiap negara. Dari atas sana, Qu Fengxiao dapat melihat sangat jauh tempat-tempat di negara yang dilewatinya.
Qu Fengxiao merasa ingin mengelilinginya.
“Bagus?” tanya Huo Yuzheng di sisinya.
Qu Fengxiao mengangguk sambil tersenyum. Dia membuka mata. “Tidak disangka, dunia ini juga sangat luas dan beragam. Di tempatku semuanya terlihat sama.”
Untung saja Huo Yuzheng menghentikannya menggunakan teleportasi atau Qu Fengxiao tidak akan memiliki kesempatan melihat ini semua.
“Itu belum seberapa.” Huo Yuzheng masih terlihat tenang.
Mereka melakukan perjalanan selama setengah hari di pesawat. Sampai akhirnya tiba di Manchester.
Qu Fengxiao tidak menyangka akan secepat itu. Ia pikir akan memakan waktu beberapa hari karena harus melintasi benua.
“Huo Yuzheng, kau pernah ke sini sebelumnya?” tanya Qu Fengxiao.
Huo Yuzheng menggeleng. “Aku terlalu sibuk. Tanyakan pada James.”
Qu Fengxiao menoleh ke belakang di mana James berada. “Kau pernah ke sini sebelumnya?”
James, berjalan di belakang mereka, membawa tiga koper sekaligus dengan wajah lelahnya dan senyum yang dibuat-buat. “Benar. Aku sudah memesankan hotel untuk kalian. Kita pergi ke sana sekarang sebelum membuat rencana.”
Qu Fengxiao juga tidak tahu harus pergi kemana, jadi dia mengikuti di belakang. Dia memperhatikan sekitar dengan seksama dan merasakan energi spiritual di udara.
Sama sedikitnya dengan di Shanghai. Qu Fengxiao menghela napas. Memang tidak cocok untuk kultivasi. Untung saja di dunianya, kekuatannya telah menyentuh puncak kultivasi. Jadi tidak perlu khawatir.
Yang ia khawatirkan adalah bagaimana cara kembali ke sana dan menghentikan kakaknya yang sangat kuat.
Hotelnya tidak jauh dari bandara. Ada banyak turis yang menginap di hotel ini juga. Sepertinya memang langganan turis dari berbagai tempat.
Di negara ini, ciri fisik Qu Fengxiao bisa dibilang tidak begitu mencolok. Warna matanya umum. Meski rambutnya lebih pucat, tapi banyak yang memiliki warna rambut serupa entah dicat atau turunan. Jadi tidak ada yang terlalu memperhatikannya karena berbeda.
Sejak tadi James dan Huo Yuzheng sibuk di ruangan mereka. Karena Qu Fengxiao bosan, dia pergi keluar untuk melihat-lihat sendirian.
Dia sudah belajar bahasa Inggris dengan Yang Hua beserta aksennya sebelum datang. Jadi dia dengan mudah beradaptasi.
Semakin dia memahami bahasanya, semakin dia mengingat banyak hal yang ditulis ibunya dalam buku coret-coretan. Ibunya sangat suka mengumpat, dan dia sepertinya sangat membenci Red Room. Ibunya muak menjadi mesin pembunuh Red Room.
Qu Fengxiao jadi merasa lebih dekat dengan ibunya setelah memahaminya. Meski pada akhirnya, tidak tahu apa mereka bisa bertemu atau tidak. Ibunya sudah mati, tapi apa seorang Dewi akan mati semudah itu? Qu Fengxiao tidak percaya.
Qu Fengxiao berjalan sambil bernyanyi riang. Melihat mobil berlalu lalang, serta orang-orang yang berjalan di sekitarnya.
Seorang wanita berambut cokelat berlari dari arah yang berlawanan dan tanpa sengaja menyenggol bahu Qu Fengxiao. Fisik Qu Fengxiao berbeda dari manusia biasa. Wanita itu nyaris terpental seolah habis menubruk patung besar dan berat. Qu Fengxiao secara otomatis menahan tangannya agar tidak terjungkal.
Wanita itu tampak sangat terkejut. Dia mengerutkan kening, mendesis saat merasakan tangannya seperti akan membeku. Qu Fengxiao spontan melepasnya.
Pupil mata wanita itu mengecil saat melihat Qu Fengxiao. Wajahnya panik. Dia terlihat linglung saat berjalan ke arah lain dan melanjutkan lari seperti telah melihat sesuatu yang mengejutkan.
Qu Fengxiao bingung. Ia mengerutkan kening. Karena penasaran, ia mengejar wanita itu diam-diam.
Wanita itu memasuki SUV hitam di pinggir jalan. Meski kacanya gelap, Qu Fengxiao masih bisa melihatnya. Ada lima orang di dalam sana termasuk wanita berambut cokelat.
Dua wanita dan tiga pria. Wajah mereka sangat asing. Salah satu dari mereka merupakan wanita paruh baya dengan beberapa keriput di wajahnya.
Qu Fengxiao adalah orang yang terang-terangan. Jika ada sesuatu yang mengganjal, dia pasti akan langsung menghampiri tanpa ragu. Seperti saat ini, dia berjalan ke arah SUV hitam itu.
Betapa terkejut orang-orang di dalam mobil itu. Seperti telah didekati makhluk mengerikan. Kecuali wanita paruh baya dengan mata biru yang hanya melihat kedatangan Qu Fengxiao dengan mata menyipit.
Kaca mobil terbuka. Seorang pria berkulit hitam muncul di baliknya dan melihat Qu Fengxiao, menutupi rasa gelisahnya.
“Apa ada sesuatu?” tanyanya.
Qu Fengxiao memiringkan kepala. Dia menunjukkan sebuah gantungan kunci berbentuk rumah. “Milik teman perempuanmu.”
Qu Fengxiao selalu memiliki persiapan. Sebelumnya dia mengambil gantungan kunci itu sebagai alasan mengapa dia mengikuti wanita itu.
Pria itu mengambil gantungan kunci itu. “Terima kasih.”
Kaca mobil ditutup kembali. Tapi Qu Fengxiao masih ragu.
Wanita itu tidak terlihat membutuhkan pertolongan, malah dekat dengan mereka. Jadi alasan mengapa dia terkejut saat melihat Qu Fengxiao tadi adalah karena dia merasa mengenali Qu Fengxiao.
Qu Fengxiao masih merasa tidak nyaman. Dia pun mengetuk kaca mobil hingga akhirnya terbuka lagi.
“Apa kau mengenal seseorang di foto ini?” Qu Fengxiao menunjukkan gambar di layar ponselnya. Itu adalah foto Isabella.
Raut pria berkulit hitam itu berubah drastis. Dia melihat Qu Fengxiao dengan aneh. “Tidak.”
Reaksinya jelas berbeda dari ucapannya. Pria itu berbohong.
“Aku dengar dia sangat terkenal.” Qu Fengxiao tidak menyerah.
“Ya, aku pernah melihat wajahnya di berita pencarian paling populer beberapa tahun yang lalu. Tapi itu sudah sangat lama. Aku tidak mengenalinya lebih dari itu.”
“Namanya Isabella Ellard.”
“Seorang Ellard tidak akan membunuh sesama Ellard. Dia membunuh semuanya.” Nada pria itu terkesan tidak ramah. “Memangnya apa urusanmu dengannya?”
Qu Fengxiao terdiam beberapa saat. Ia mengepalkan tinju, lalu berkata, “Di dalam mobil ini adalah satu anggota Keluarga Ellard, kan?”
“Apa maksudmu? Kau gila?”
“Aku melihatnya.” Qu Fengxiao pikir itu benar. Dia melihat ke sisi kaca lain dengan dingin, lalu berkata pada pria berkulit hitam itu, “Aku ... mencarinya.”
“....” Pria itu tampak terkejut dan melihat rekannya.
Setelah berdiskusi beberapa saat, akhirnya pria berkulit hitam itu melihat Qu Fengxiao lagi dan membuka pintu mobil, “Masuklah.”
Tanpa ragu Qu Fengxiao masuk ke dalam. Duduk di samping pria berkulit hitam itu dan melihat tiga orang lainnya. Di depan adalah wanita paruh baya dengan mata biru. Wanita itu menatap Qu Fengxiao dari kaca depan mobil. Mata birunya agak keruh, tapi dipenuhi kehidupan.
“Siapa namamu?” tanyanya.
Qu Fengxiao berpikir sejenak. Dia tidak bisa menggunakan nama aslinya di sini. Sebelumnya, saat belajar bahasa inggris dengan Yang Hua, dia diminta memilih sebuah nama untuk penyamarannya di Inggris.
“Claire.”
Itu adalah nama yang umum. Qu Fengxiao memilihnya karena berpikir itu cukup bagus.
Mobil dikemudikan, membawa Qu Fengxiao entah kemana. Tapi Qu Fengxiao sama sekali tidak panik. Dia melihat jendela dan menghafal jalan.
Mereka tidak pergi terlalu jauh. Mobil berhenti di parkiran sebuah grill. Wanita bermata biru itu keluar. Qu Fengxiao mengikuti.
Mereka masuk ke dalam grill. Wanita itu pergi ke meja bar, melihat ke arah Qu Fengxiao sekilas, “Kau bisa minum?”
Qu Fengxiao mengangguk seraya menghampiri. Wanita itu memesan anggur dengan isyarat kata kemudian duduk di kursi. Gerakannya santai dan terlihat sudah terbiasa.
“Kau sangat mirip dengan Isabella. Kalau bukan karena sikapmu, aku akan berpikir kalau kau adalah Isabella yang sedang menyamar. Apa hubunganmu dengannya?”
“Dengan cara berpikirmu, seharusnya kau bisa menebak.”
Wanita itu tertawa. “Kau benar putrinya?” Dia tampak tidak percaya dan tertawa geli.
Yah, memang agak mengherankan. Seseorang yang mendedikasikan diri untuk membunuh, tiba-tiba memiliki seorang anak setelah beberapa tahun kematiannya diumumkan.
“Aku tidak tahu cara apa yang dia pakai. Tapi semua perempuan yang menjadi anggota Red Room tidak bisa melahirkan.” Wanita itu menatap Qu Fengxiao dengan selidik. “Apa nama belakangmu?”
“Kau ingin mencaritahu ayahku?”
“Aku hanya sedang mencari beberapa kemungkinan. Kalau itu memang orang itu, maka aku tidak akan heran.”
Qu Fengxiao bingung. Siapa yang dimaksud wanita itu?
“Sejak orang itu mati, Isabella menjadi gila dan mengakhiri hidupnya bersama pewaris Red Room. Padahal dia memiliki seorang putri, tapi dia memilih mengakhiri hidup. Benar-benar gila.”
Wanita itu berpikir kalau Qu Fengxiao sudah ada sebelum kematian Isabella. Tapi faktanya, Qu Fengxiao ada setelah kematian Isabella yang hidup kembali di dunianya. Qu Fengxiao tidak berniat menjelaskan.
“Kenapa sekarang kau malah ingin menemukan orang gila itu? Jelas-jelas dia terbawa arus laut dan tidak kembali.”
“Aku tahu. Dia sudah mati.” Qu Fengxiao tampak murung. “Namamu Gwen, kan? Gwen Ellard.”
Wanita itu tersenyum. “Kau mencari Keluarga Ellard yang tersisa?” tebaknya. “Setelah apa yang dilakukan Isabella?”
Membunuh semua keluarga Ellard, wajar jika Gwen menyimpan dendam. Tapi wanita itu tidak tampak marah atau sejenisnya, justru mengejek Qu Fengxiao.
Gwen meminum wine miliknya, lalu melirik Qu Fengxiao. “Sudah lebih dari 50 tahun.” Ucapannya merujuk pada wine yang diminumnya.
Qu Fengxiao membalas, “Aku memiliki yang lebih dari 100 tahun.” Dia meminum wine itu seperti minum air putih.
Tidak ada alkohol yang dapat memengaruhinya. Bagi Qu Fengxiao, semua sama saja.
“Wah, apa rumahmu memiliki koleksi yang lebih lengkap?”
Qu Fengxiao menyipitkan mata dan menggeleng. “Suamiku akan membuangnya sebelum itu terjadi.”
Kakaknya punya, tapi dia dilarang menyentuhnya. Qu Fengxiao juga tidak begitu terobsesi pada alkohol. Dia hanya menyukai apa pun yang ia makan tanpa pilih-pilih.
“Ah, sepertinya aku akan memiliki cucu di masa depan.”
Qu Fengxiao tersedak wine saat itu juga sampai batuk. Gwen malah menertawakannya.
“Percintaan anak muda selalu membara. Apalagi kalian adalah pasangan muda. Aku sering melihatnya.” Gwen tidak peduli seperti apa reaksi Qu Fengxiao dan masih terus menggoda.
Qu Fengxiao ingin menjelaskan kalau itu tidak seperti yang Gwen pikirkan. Tapi sepertinya tidak perlu.
“Kau sendiri ....”
Gwen menjawab, “Aku tidak menikah. Seperti yang kukatakan, semua perempuan dari Red Room tidak bisa melahirkan. Aku juga tidak tertarik menjalin hubungan.”
“Kau membicarakan Red Room semudah itu.”
“Kau mengenaliku juga tidak mungkin tidak tahu tentang Red Room.” Gwen melihat orang-orangnya yang menunggu di luar. “Mereka juga anggota Red Room. Sayangnya mereka tersingkir dalam persaingan, mereka sekarat.”
“Kau tahu di mana lokasi Red Room yang sebenarnya?” tanya Qu Fengxiao.
“Kenapa kau mencarinya? Balas dendam? Kau tidak akan menemukannya kecuali jika terlalu bosan.”
“Red Room melakukan sebuah penelitian untuk mengembangkan monster mutasi. Aku pernah berada di salah satu laboratorium mereka. Jadi ini bukan untuk orang lain, melainkan untuk diriku sendiri.”
Gwen mengerutkan kening. “Monster mutasi?”
“Kau tidak tahu?”
“Ada beberapa rumor. Mereka membuat anak-anak hilang ingatan dan mengendalikan pikiran mereka menggunakan sebuah serum sebelum menjadikan mereka prajurit. Pengaruh terhadap Isabella tidak terlalu kuat, begitu juga denganku. Kami mengembangkan antibodi tertentu, yang membuat Red Room memburu kami di masa lalu. Mungkin ini juga penyebab mengapa Isabella memilih mati daripada kembali.”
“Serum itu ....”
“Sepertinya memang ada penelitian khusus menggunakan manusia dan hewan. Namun, aku tidak pernah menemukan mutasi apa pun.”
Qu Fengxiao tidak melanjutkan pertanyaannya lagi. Gwen sepertinya tidak ingin memberitahu lokasi mereka dan tidak tahu tentang monster mutasi. Monster mutasi hanya bisa dilihat oleh orang tertentu saat ini.
Tapi setidaknya Qu Fengxiao sudah mendapatkan informasi tentang Red Room lebih dalam. Jika dia bisa menjadi lebih dekat dengan Gwen dan mengorek informasi lebih banyak, itu akan jauh lebih mudah.
Pada saat ini, tiba-tiba ponsel Qu Fengxiao berbunyi. Dia berdiri dan pergi untuk mengangkat telepon.
Huo Yuzheng meneleponnya.
“Di mana?” Suara dingin itu menusuk telinga Qu Fengxiao.
Qu Fengxiao tersenyum getir. “Ah, aku akan kembali secepatnya, pasti! Aku baru saja bertemu dengan Gwen dan berbincang dengannya. Aku memiliki banyak informasi, ah!”
“Aku akan menjemputmu.”
“Tidak perlu! Untuk saat ini aku masih ingin mendapat kepercayaan darinya. Gwen sangat berhati-hati. Jika bukan karena aku menyebutkan Isabella, dia tidak akan mau bicara padaku.”
“Baik. Aku akan menunggumu kembali.”
Qu Fengxiao tersenyum malu-malu. “Baik, suamiku~”
Telepon dimatikan oleh Qu Fengxiao setelah merayunya sedikit. Ketika dia berbalik, dia melihat Gwen berdiri sambil bersedekap dada.
Qu Fengxiao sempat terkejut. Ia harap Gwen tidak mengerti bahasa mandarin sehingga yang dia dengar hanyalah perbincangan yang tidak diketahui artinya.
“Aku jadi seperti melihat Isabella sekali lagi,” komentar Gwen.
“....” Gwen mengerti?
Gwen mencibir, “Yah, kau hanya sedikit berbeda. Jika itu dia, dia akan menyangkal setengah mati demi mempertahankan harga diri.”
Qu Fengxiao masih ragu. “Kau mengerti?”
“Aku pernah mendengar beberapa kata saat menguping Isabella. ‘Suamiku’ atau seperti itulah.”
Ah, ternyata ibunya juga alay saat masih muda.
Qu Fengxiao merasa sangat lega. Gwen tidak mengerti bahasanya dan tidak memahami percakapan mereka. Dia hanya mengetahui kata-kata terakhir yang diucapkan Qu Fengxiao.
Qu Fengxiao tertawa canggung. “Kau sangat mengejutkanku. Aku pikir kau memahaminya tadi.”
“Memang kenapa kalau aku paham?”
“Bukan begitu. Aku takut kau akan merasa iri setengah mati.”
“Sudah cukup, aku tidak iri. Aku sudah melihat berbagai pasangan di dunia ini dan sama sekali tidak iri.”
Qu Fengxiao tertawa geli. Wajah Gwen datar, tapi dia tampak menahan malu dan berusaha sedatar mungkin.
“Karena suamimu sudah menelepon, sebaiknya kamu kembali ke pelukan suamimu itu.” Gwen tampak sebal.
Qu Fengxiao menjulurkan tangannya, memberi wanita itu ponsel miliknya.
Gwen menaikkan alis, memahami maksudnya. “Jaringan telepon bisa membuatku terlacak. Aku sedang dalam pencarian. Kita akan bertemu lagi jika beruntung.”
Qu Fengxiao cemberut. “Benar-benar tidak bisa?”
Gwen tersenyum kecut. “Sebaiknya urungkan niatmu mencari lokasi Red Room. Jangan sampai masa lalu terulang.”
Wanita itu berjalan menjauh. Dia sedikit menoleh ke arah Qu Fengxiao dan berkata, “Aku tidak mengantarmu.”
Gwen sangat pintar dan tahu apa yang diinginkan Qu Fengxiao dengan mendekatinya. Dia bukannya tidak ingin membantu. Qu Fengxiao adalah putri kakak sepupunya, termasuk satu-satunya keluarga yang tersisa. Dia tidak ingin terjadi sesuatu padanya.
Qu Fengxiao diam di tempat, memandang kepergian Gwen. Ia menghela napas panjang, lalu duduk di kursi terdekat sambil memijat kepalanya yang pusing.
Ia agak frustrasi. Jika saja dia boleh menggunakan sihir, dia pasti akan menggunakan teknik hipnotis pada Gwen.
Tapi jika dia menggunakannya, Gwen akan memiliki prasangka yang buruk dan akan banyak menghambat perjalanannya. Sebenarnya Gwen bukan ancaman. Tapi dia masih membutuhkan Gwen.
Qu Fengxiao keluar dari grill dan berjalan kaki melalui jalan yang ia ingat. Hotelnya tidak terlalu jauh. Dia berjalan kaki sambil memikirkan rencana bagaimana agar Gwen mau membocorkan informasi padanya.
“Jika masih tidak berhasil, terpaksa aku menggunakan cara lain.” Qu Fengxiao tidak suka cara paksa dan merasa buruk. Tapi dia tidak ada pilihan lain.
Di persimpangan, dia melihat Huo Yuzheng berdiri di pinggir jalan sambil memandang mobil-mobil berlalu lalang. Pria itu sangat tinggi dan enak dipandang.
Setelah melihat beberapa saat, Qu Fengxiao pikir ... tidak masalah jika mengulur waktu sebentar. Jangan terburu-buru menyelesaikan masalah.
Dia melangkah menghampiri pria itu. Huo Yuzheng menyadari kehadirannya dan menoleh, sedikit tersenyum.
“Hari akan malam. Kita kembali.” Huo Yuzheng mengulurkan tangannya.
Qu Fengxiao menerima ulurannya tanpa mengalihkan pandangan. “Huo Yuzheng, ayo kita bulan madu.”
To be continue