CINTA KOK BEGITU

Hari berganti hari, hubungan Dewa dan Alina pun masih belum ada perkembangan berarti. Alina yg selalu menjaga diri, sering kali menghindar. Karena belum siap untuk hal hal yg belum di inginkan. Terutama hubungan suami istri. Dan Dewa pun memakluminya. Terlebih Dewa masih ingin menyelesaikan urusan keluarga yg belum selesai. Dan dewa ingin papanya bisa diambil dan dirawat sendiri.

Hari ini adalah awal sekolah di tempat yg baru. Dewa menggunakan pakaian yg tidak mencolok saat keluar dari rumah. Bahkan jauh dari kata pelajar. Karena penampilannya ini. Begitu juga Alina, seakan juga turut serta menyamar ketika keluar dari rumahnya.

Sesampainya di sekolah Dewa pun melepas jaket yg menutupi seragam sekolahnya. Beruntung celana yg dipakai hampir mirip dengan pakaian kerja kantoran. Dan berwarna biru muda. Dewa dan Alina sampai sekolahan tidak bersamaan. Sehingga Dewa terlebih dahulu melapor ke pihak sekolah, jika dirinya anak baru di sekolah ini.

Tak lama kemudian Alina pun menyusulnya di ruang kepala sekolah, untuk melaporkan kepindahannya. Dan juga hari ini adalah awal masuk sekolah.

Dewa dan Alina diantar oleh salah satu guru menuju ruang kelas 12A. Dan kebetulan mereka berdua satu kelas. Alina dan Dewa sepakat untuk tidak terlihat akrab disekolah ini. Karena ada misi yg harus dilakukan oleh Dewa dan juga Alina.

Beberapa hari lalu, Alina iseng iseng untuk mengetahui keberadaan Dewa yg sedang bersama om Mustafa. Dan Dewa mengiyakan saja perkataan Alina itu. Dewa belum tahu jika Alina juga memiliki misi yg sama dengan dirinya. Masih banyak yg ditutupi oleh Alina.

Kembali ke kelas, Dewa memperkenalkan diri di depan kelas. Penampilannya yg cupu membuat teman satu kelasnya hanya melirik sekilas. Sementara Alina mendapatkan sambutan hangat. Terutama untuk teman satu kelasnya yg cowok.

Alina mendapat perlakuan itu karena parasnya yg cantik, serta tutur katanya yg lembut. Hal itu membuat banyak teman cowok di kelasnya terpesona.

" awas ya kalau sampai menggoda cowok cowok di kelas.." pesan singkat Dewa ke Alina.

Alina yg membaca tidak menggubris pesan dari Dewa itu. Ia mengabaikan , karena tidak ingin banyak teman temannya tahu.

Dewa duduk dipojok belakang bersama seorang siswa berwajah datar, tidak ada senyuman maupun sambutan. Penampilannya yg sangat sederhana. Bahkan jika diperhatikan, pakaiannya sedikit Kumal tanpa disetrika. Dan hal itu membuat Dewa sedikit terbantu. Karena setidaknya ada orang yg dibawahnya selain dirinya di kelas ini. Terutama tentang penampilan.

Sementara Alina mendapat sambutan hangat dari teman sekelasnya. Bahkan bukan hanya siswa yg antusias ingin berkenalan. Dari beberapa siswi pun berebut untuk berkenalan dengan Alina.

Alina dikenal sebagai siswi yg cantik dan lugu. Sehingga banyak yg suka terhadap tingkah lakunya. Dan hal itu membuat Dewa geram, karena seperti tidak dianggap di kelas. Namun demi penyamaran, Dewa pun akhirnya pasrah.

Hingga pelajaran dimulai pun Alina menjadi pusat perhatian. Sementara dewa masih berdiam diri dengan teman sebangkunya. Dan dewa memperhatikan teman sebangkunya itu. Terlihat dari wajahnya, jika temannya itu sangatlah lelah dan terkantuk-kantuk. Namun ia tetap masih bertahan hingga jam istirahat.

" Nama saya Dewa, siapa nama Lo...?" kata Dewa memperkenalkan diri dan menyodorkan tangannya ke arah teman sebangkunya.

Teman sebangkunya itu tampak ragu. Namun karena tidak enak hati karena tangan Dewa tidak segera turun, maka ia pun menyalami Dewa.

" Tito.." jawabnya.

" Salam kenal Tito.." kata Dewa menjabat tangan Tito.

" Lu , ga ke kantin...?" tanya Dewa.

Tito hanya menggelengkan kepala. Dan Dewa tidak mau memaksa Tito untuk ke kantin. Namun Dewa mengeluarkan 2 bungkus roti bekal miliknya. Dan memberikan salahsatunya kepada Tito.

" Makan, Lo sepertinya sangat lelah..." kata Dewa.

Tito agak ragu menerima pemberian dari Dewa. Dan Dewa memaksa untuk menerima pemberiannya itu. Dan akhirnya Tito mau tak mau menerimanya.

" Maaf kepo, Lo kenapa sampai ngantuk begitu...?" tanya Dewa.

Namun Tito tidak menjawab. Ia memakan roti pemberian dewa, serta pikirannya menerawang jauh. Entah apa yg dipikirkannya.

Tak berselang lama pun bel kembali berbunyi. Tanda pelajaran pun akan dimulai kembali. Alina masuk bersama teman lainnya. Tampak dua gadis akrab dengan Alina saat ini. Dan Dewa hanya memperhatikan saja.

Hingga di akhir pelajaran hari ini. Dewa masih memperhatikan Tito disebelahnya. Karena tidak ada pembicaraan maupun perkataan di setiap pelajaran. Dan di istirahat kedua pun, Tito masih berada di kelasnya. Dan ketika bel tanda pelajaran usai berdentang. Tampak Tito buru buru keluar kelas. Hal itu membuat Dewa penasaran. Dewa pun mengirimkan pesan ke Alina, jika dirinya ada keperluan setelah pulang dari sekolah.

Alina yg mendapat pesan singkat pun hanya membacanya saja. Bahkan tidak membalas pesan Dewa. Alina pulang menggunakan motornya sendiri. Dan Alina bertiga bersama teman barunya di kelas tadi. Vera dan Nita, adalah nama teman Alina. Yang kebetulan keduanya juga menggunakan motor kesayangannya.

Dewa mengikuti Tito hingga di luar pagar sekolah. Dewa mengambil motornya terlebih dahulu kemudian menyusul kembali Tito. Sesampainya dijalan raya, Tito sedang berbicara dengan orang yg sepertinya preman. Dewa belum mau mendekat. Karena masih ingin mencari tahu tentang Tito sebenarnya.

Tito seakan sedang berdebat dengan preman yg mencegatnya itu. Dan tak lama kemudian teman preman itu datang, dan pergi bersama orang yg mencegat Tito.

Dari jauh Dewa memperhatikan Tito yg menghela nafas lega. Kemudian berjalan kembali menyusuri jalan raya. Dewa mengikutinya dari jauh.

Hingga beberapa menit kemudian, tampak Tito memasuki sebuah rumah yg sederhana dan sedikit terbengkalai. Dan disana ada beberapa anak yg menyambut Tito. Kemudian mereka menyalami Tito. Tito tampak menyayangi mereka. Namun dari penglihatan Dewa, jika anak anak itu bukanlah adik ataupun saudaranya. Terlebih dari jumlah anak anak tersebut yg berjumlah 5 orang anak. Dan usia anak itupun rata rata hampir sama, sekitar 7 tahunan. Dan 3 diantaranya masih memakai pakaian layaknya anak SD.

****

Tito masuk ke dalam rumah singgahnya saat ini. Anak anak yg menyambut Tito pun mengikutinya dari belakang. Tampak seorang ibu ibu paruh baya terbaring di tempat tidur. Dan dari arah dapur munculah seorang gadis kecil membawa nampan berisi air minum. Air putih yg sengaja untuk ibu ibu paruh baya itu.

" Mak, minum obatnya dulu ya..., mas Tito baru pulang sekolah. Biar ganti baju dulu..." kata gadis itu, sambil melihat ibu paruh baya itu memegang tangan Tito.

" Apa emak sudah makan San...?" tanya Tito kepada gadis yg bernama Santi.

Santi menggeleng, karena memang belum makan.

" Beras habis mas, karena yg tadi pagi sudah habis. Anak anak juga baru sarapan pagi tadi. Siang belum makan..." jawab Santi.

Tito menghela nafas, karena uang sisanya telah diminta oleh orang yg mencegatnya tadi. Tito ingin melawan, tapi lagi lagi mereka mengancam emak yg telah merawat ya itu. Walaupun kemungkinan ia akan menang melawan keduanya, tapi taruhannya adalah kesehatan emak serta adik adik nya ditempat ini.

Tito adalah anak yatim piatu yg dirawat oleh emak Ijah yg kini sedang sakit. Jangankan untuk biaya berobat, untuk makan sehari hari saja, Tito harus banting tulang dengan kerja di sebuah warung makan yg tidak jauh dari tempatnya ini.

Sementara Santi, gadis yg sudah dianggap adiknya sendiri hanya bisa bantu sekedarnya, karena selain ia juga sekolah, ia juga bekerja di sebuah loundry dekat rumah tersebut. Santi adalah siswi SMA negeri kelas 11, tidak jauh dari tempatnya saat ini. Rumah itu adalah rumah sewaan yg disewa oleh Tito. Karena tempat bernaungnya dahulu adalah rumah milik Mak Ijah yg diambil paksa mantan suaminya kemudian dijual. Sementara Tito adalah anak angkat dari Mak Ijah. Begitu pula Santi dan yg lainnya.

Mak Ijah tidak mempunyai anak, karena dulu, suaminya lah yg mandul. Karena sering mabuk mabukan serta minum minuman keras. Selain itu mantan suaminya juga seorang yg suka judi. Dan tadi yg mencegat Tito adalah anak buah dari mantan suami Mak Ijah dahulu.