Ayu Lestari, seorang wanita yang harus rela pergi dari rumahnya saat warga mengetahui kehamilannya. Menghabiskan satu Malam dengan pria yang tidak di kenalnya, membawa petaka dan kemalangan pada Ayu, seorang wanita yang harus rela masa depannya terenggut.
Akankah Ayu menemukan siapa ayah bayi yang di kandungnya? bagaimana reaksinya saat mengetahui bahwa pria yang menghamilinya adalah seorang pria yang di kenal culun?
Penasaran kan? yuk ikuti terus kisahnya sampai akhir ya, jangan lupa tambahkan subscribe, like, coment dan vote nya. 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali datang
Sampai di mansion.
Gibran berjalan sambil menggendong Raja yang sudah tertidur sejak di perjalanan, Ayu mengekor dengan langkah gontai saat akan memasuki pintu utama yang tinggi menjulang.
Begitu masuk, keduanya di kejutkan dengan kedatangan Ghina yang tengah duduk menyilangkan kakinya menatap tajam kehadiran Ayu yang sekarang sudah sah menjadi istri dari anak bungsu Wiratma.
Gibran menarik tangan Ayu menggunakan sebelah tangannya, dia membawa Ayu ke kamarnya seraya menidurkan Raja tanpa harus memperdulikan manusia tak berhati seperti Ghina. Sejak kehadiran Raja dan Ayu membuat sifat Gibran semakin berubah, kedua kakaknya saja sampa beberapa kali menepuk pipinya mengira bahwa semuanya hanyalah mimpi.
"Sebenarnya, mau apalagi kamu kesini?" Tanya Wiratma dengan wajah datarnya.
"Suka-suka aku dong, ini kan rumah Kakak sendiri. Aku peringatkan sama kamu kak! Kalian jangan tertipu dengan tampang mereka, memangnya kalian percaya kalau anak yang tidak tahu asal-usulnya itu beneran anak si Culun? Bisa saja itu anak orang lain, kalau pun iya Gibran menodainya, masa iya dalam satu kali cetak langsung jadi? Pikir pakai logika dong, jangan terlalu percaya dan baik sama orang, nanti kalian di manfaatin." Ucap Ghina dengan menggebu-gebu.
"Stop, Tante! Kalau tidak tahu jalan ceritanya seperti apa, lebih baik Tante diam saja. Tante punya anak perempuan, jangan sampai apa yang sudah keluar dari mulut Tante itu jadi bumerang untuk anak Tante di masa depan kelak." Geram Ghani mendengar cerocosan Ghina.
"Sudah bicaranya? Hanya penampilan anakku saja yang culun, tapi tidak dengan sikapnya. Dia lebih punya perasaan di banding kamu yang terlihat sempurna nyatanya busuk, sebagai sesama wanita seharusnya kamu merasakan apa yang di rasakan oleh Ayu. Hasil tes DNA menyatakan bahwa Raja benar-benar anak Gibran, bahkan itu di lakukan dalam pengawalan yang ketat dan tak kan ada satupun orang yang mampu menggagalkannya."Berang Widya dengan nafas naik turun, dia pernah ada di posisi Ayu dan itu sangat menyesakkan dadanya.
Ghina membuang wajahnya ke sembarang, dia berdecih dan menganggap semua orang di rumah yang luas ini munafik. Bukan hanya tidak terima akan kehadiran Ayu dan Raja, dengan adanya Raja akan menjadi penghalang bagi Ghina untuk menggeser posisi pewaris di keluarga Wiratma.
Wiratma berdiri dan melangkahkan kakinya, dia menyeret adiknya sendiri keluar dari dalam mansionnya.
"Lepaskan! Kau harus dengarkan aku Kak, jangan sampai mereka berdua membodohimu!" Pekik Ghina memberontak.
Brukkk ..
Ghina tersungkur ke bawah lantai, dia tak menyangka jika Kakak kandungnya sendiri sampai hati memperlakukannya demi membela orang yang baru saja di kenalnya secara tak terduga.
"Aku tahu apa tujuanmu! Tidak akan ada yang bisa menggeserkan Raja sebagai pewaris keluarga Wiratma, tiada paksaan atau apapun itu. Ini murni dari dalam hatiku sendiri, dan ingat! Akan ku cabut semua sahamku di perusahaan suamimu, tidak secuil pun harta yang akan ku gelontorkan untuk membantumu nanti." Tegas Wiratma.
Setelah mengatakan hal itu pun, Wiratma melenggang pergi meninggalkan Ghina yang masih terduduk di atas lantai. Beberapa kali Ghina memanggil Kakaknya, namu. Sama sekali Wiratma tak memperdulikan panggilan adiknya. Sejak dulu Ghina selalu saja egois, Wiratma masih menyimpan rasa sakit yang tak pernah ia lupakan selama bertahun-tahun lamanya. Restu yang tak ia dapatkan sehingga ia kehilangan calon buah hatinya, semua itu karena Ghina yang selalu menghasut kedua orangtuanya dan memprovokasi agar situasi lebih memanas, sehingga kedua orangtua Wiratma menjadi sangat membenci Widya.
Di dalam kamar.
Gibran menidurkan Raja di atas kasur king sizenya, sementara Ayu menyisir semua penjuru kamar yang di dominasi warna abu muda. Fokus Ayu teralihkan saat melihat sebuah lemari kaca yang di dalamnya berisi piala yang berjejer disana, ada pula foto masa kecil Gibran saat seusia Raja memegang sertifikat dan juga Piala lomba kejuaraan, disana wajah Gibran sangat persis dengan wajah Raja saat ini.
"Tidurlah, kau perlu istirahat." Ucap Gibran sambil menggarukkan kepalanya yang tidak gatal, ada rasa canggung saat ia berduaan dengan Ayu di dalam satu ruangan.
"Lalu kau mau kemana?" Tanya Ayu.
"A-ada sesuatu yang harus aku urus." Jawab Gibran dengan gugup.
Gibran pun keluar dari dalam kamarnya, kamar yang bukan hanya miliknya saja, melainkan menjadi kamarnya dan juga Ayu yang sudah sah menyandang status seorang istri.
Gibran menghampiri keluarganya yang tengah berkumpul di ruang tamu, kecuali para istri kakaknya dan keponakannya yang tengah pergi ke sebuah acara.
"Dimana dia?" Tanya Gibran seraya mendudukkan tubuhnya.
"Sudah di seret Papa." Jawab Ghani.
Wiratma datang masih dengan wajah dinginnya, dia duduk di sofa single dan menyilangkan kakinya dengan tangan bertumpu di kedua sisi sofa. Tatapannya mengarah kepada Gibran, ada hal yang harus dia urus agar tidak ada kekacauan ataupun masalah lagi di keluarganya.
"Gibran, Papa suka saat kamu memperlihatkan ketegasan kamu dan rasa tanggung jawab kamu. Papa ingin kamu seperti itu seterusnya, jadilah pemimpin yang tegas dan juga berwibawa serta bertanggung jawab, karena sekarang kamu sudah berkeluarga dan harus memberikan contoh bagi anak-anakmu kelak. Dari penampilanmu saja sudah banyak yang mencibir, apalagi sikapmu yang terlihat lemah, apa kamu ingi. Anakmu mengalami hal yang sama sepertimu?" Ucap Wiratma.
Gibran menggelengkan kepalanya, mungkin emmang sudah seharusnya dia mulai berubah dari segi manapun. Raja harus menjadi pria yang di segani, dia berjanji akan menjadikan Putranya sebagai pria yang jauh lebih baik darinya.
"Jangn loyo, semakin kamu loyo maka semakin banyak yang akan menginjakmu. Sudah cukup Raja dan Ayu menerima penghinaan yang tiada habisnya, lebih baik kamu ikut Kakak besok dan kita akan permak wajah tampanmu yang tersembunyi itu." Ucap Ganesha.
/Slight//Slight/