NovelToon NovelToon
Last Night

Last Night

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Romansa / Pihak Ketiga / Bad Boy
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Razella

"Hidup aja, ikutin kemana arus bawa lo. Teruskan aja, sampe capek sama semua dan tiba-tiba lo bangun dirumah mewah. Ucap gue yang waktu itu ga tau kalo gue bakalan bener-bener bangun dirumah mewah yang ngerubah semua alur hidup gue "- Lilac

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Little One

"Ulululu...lucu banget sih lo anjing. Aduh ini siapa sih yang ngide adek ngirim beginian. Lucu banget ih!"

Lilac sampai ditangga terakhir dan bisa mendengar pekikan gemas Raja. Ternyata diruang tamu sudah banyak pekerja yang berkumpul karna penasaran. Lilac yang masih berada didekat tangga tentu saja langsung mendekat.

"Itu apa?"

Suara Lilac berhasil memecah perhatian para manusia itu dari si hadiah yang baru saja datang. Jika saja disana hanya ada Joseph dan dirinya, mungkin Lilac akan langsung meminta anak itu untuk menggendongnya dan maju dibarisan depan.

"Ini katanya hadiah dari adek buat nona. Nona ngga dikasi tau emang?" Pertanyaan Rama mendapat gelengan dari Lilac yang masih terlihat ragu-ragu untuk mendekat. Namun tiba-tiba

Meow...meow...meow...

Senyum Lilac langsung mengembang begitu saja. Tanpa ragu lagi kakinya melangkah dan berjongkok didepan kandang hewan yang kini meraung itu. Suaranya tadi tak terdengar dari saking banyaknya manusia yang mengerubunginya.

"Ini...ini anak kucing?" Tanya-nya tak percaya. Kucing kecil dengan bulu berwarna putih bersih itu kini mencakar pintu kandang dan sesekali menggeram. Sepertinya ia ingin keluar. Maka dengan begitu Lilac langsung membuka kandangnya dan membawa kucing itu dalam pelukan.

"Jojo ngga ngasi tau nona kalo mau ngasi kucing?" Pertanyaan kembali dilayangkan Raja yang masih gemas. Ia bahkan ikut mengelus kepala si kucing yang kini berada di gendongan Lilac. Mungkin si kucing tau kalau manusia yang kini memeluknya itu adalah calon babunya, ia langsung mengusakkan kepala berbulunya kelengan Lilac. Lucu sekali.

"Dia aja ngga ngasi tau apapun. Saya kaget pas bu Desi bilang ada hadiah buat saya. Baru setelah itu dia ngasi tau kalo dia ngirimin sesuatu kesini. Astaga lucunya..." Dengan gemas Lilac meciumi wajah kucing itu. Bau susu, batinnya.

"Namanya siapa manis?" Tanya bu Aini yang baru datang dan membawa snack untuk camilan si nona.

"Jojo bilang namanya Layla. Bagus banget lagi namanya."

Lilac melepas Layla dan membiarkannya berlarian seluruh rumah.  Layla sepertinya suka tempat tinggal barunya. Semua orang yang ada disana mulai membicarakan kelucuan kucing kecil itu.

"Manis suka sama Layla?" Bu Aini mengusap pelan bahu Lilac dan berdiri disamping wanita itu. Mengusap sambil memijatnya dengan pelan.

"Suka ibu. Layla lucu. Saya berharap dia bisa betah disini." Entah kenapa rasanya Lilac ingin menangis. Jika saja pria itu tau, Layla mirip dengan kucing milik sang adik yang ada dirumah. Bukan hanya itu, Layla begitu mirip dengan kucing kecil yang dulu ayahnya bawa dari sawah untuk menemaninya yang selalu sendiri saat pagi dirumah.

"Ibu, Saya keatas dulu ya? Mau bilang makasih ke Jojo."

"Iya, sayang. Nanti kalo makan malam udah siap biar ibu panggil ya?" Lilac mengangguk dan segera kembali ke kamarnya. Disana ia lihat hiasan Bori yang mengarah ke jendela.

"Makasih. Makasih udah bawa Layla."

"Sayang suka sama Layla? Dia cantik kan?" Lilac berjalan mendekat kearah Bori dan duduk bersandar pada kasur.

"Lo sengaja bawa dia kesini biar gue inget sama siapa?"

"Sayang keinget siapa waktu pertama kali liat Layla?"

Dalam benak Lilac tentu saja langsung muncul wajah sang ayah. Pria yang selama ini hanya punya peran sedikit dalam hidupnya. Itu menurut Lilac.

"Ayah? Alva? Kakek? Atau Nadzifah?"

"Udah ngobrol sama mereka belum selama tinggal disini?"

"Gue benci banget sama lo." Sekuat tenaga Lilac menahan air matanya yang kini siap untuk tumpah.

"Saya juga sayang sama kamu. Mau nyoba hubungin ayah kamu? Lebih lama mana pas nelpon ibu sama ayah?"

"Hiks...Gue benci sama ayah..."

Keluar juga isakan itu. Isalam yang selama ini memang Jojo tunggu.

"Iya, sayang. Nangis aja. Maaf belum bisa peluk ya?"

Tangis Lilac makin kencang. Wanita itu menangis mengingat semua tentang keluarganya. Ingatan masa kecil saat rumah menjadi tempat yang paling ia inginkan setelah pulang sekolah. Rumah Lilac yang dulu begitu penuh dengan tawanya sendiri saat melihat sang ayah pulang membawa Ciki. Kucing kecil yang begitu mirip dengan Layla.

"Mau coba telpon ayah?"

Lilac menggeleng. Jika ia memaksakan untuk menelpon maka yang keluar hanya tangisan, dan Lilac benci itu. Ia tidak akan menangis didepan sang ayah.

"Nanti coba telpon yah? Kapan aja asal jangan lupa sama beliau. Jangan lupa juga Layla-nya disayang sayang, ditimang, biar ngga kesepian lagi kamu-nya."

"Lo mau ninggalin gue kemana lagi kali ini?" Tanya Lilac saat isakannya mulai mereda. Ia yakin jika anak itu punya maksud lain dengan membawakan Layla untuk menjadi temannya.

"Saya mau ijin ikut nugas ke NTB. Bareng beberapa temen saya dan juga beberapa senior. Sayang ngga papa kan?"

"Emang gue punya jawaban lain selain 'iya'? Ngga kan..."

Keduanya sama-sama terdiam. Rasanya semua jadi sepi setelah Joseph bilang akan ikut bertugas. Tak terbayang bagaimana rindunya Lilac saat tak ada seseorang yang menjawab umpatannya sepulang bekerja.

"Saya disana cuma setahun. Nanti kamu bisa ngobrol sama Bori, sama Layla, sama bu Aini. Saya juga udah minta tolong Rama dan Raja biar ngga ninggalin kamu sendirian terus. Ya sayang?"

"Kenapa lo ngga ngubungin gue pake hp aja? Kita bisa telponan disela kesibukan lo disana. Gue mau dibawa, gue mau tau kegiatan yang lo lakuin apa aja disana." Lilac menekuk kedua lututnya dan menumpukan dagunya disana.

"Saya ngga yakin buat komunikasi sama kamu lewat hp. Ayah atau Johan bisa aja nyadap hp saya, cantik. Bisa ya setahun aja? Saya juga berat, tapi biar semua cepet selesai. Tolong jangan cari om-om disana kalo kamu bosen nunggu saya. Jangan juga nyari yang seumuran sama kamu."

"Emang kenapa kalo nyari yang seumuran sama gue? Nunggu lo lama. Keburu gue mati kangen."

"Kamu ngga liat saya bucin setengah mati sama kamu? Yang ada saya yang mati karna ngga bisa sama kamu."

Keduanya tertawa setelah Joseph mengakhiri kalimatnya. Bukankah mereka sama-sama bucin?

"Mungkin besok saya bakal mulai nyiapin barang. Makanya juga ngirim Layla kesana hari ini."

"Tapi Jo..."

"Hm? Kenapa, cantik?"

"Katanya kucing putih tuh bloon."

Tawa keras Jojo langsung menggelegar mengisi sudut kamar. Hal itu jugalah yang membuat Lilac tanpa sadar ikut tertawa. Bisa-bisanya wanita itu berkata demikian.

"Ngga, manis. Semua kucing sama aja. Mungkin juga tergantung majikannya. Kalo si kucing nyaman sama majikannya ya pasti mereka bakal lebih manja dan ngelakuin hal yang menurut mereka bisa menarik perhatian tuannya."

Tak ada pilihan lain bagi Lilac untuk tidak bertahan dengan Joseph. Sikapnya, kegigihannya, semangatnya, mungkin orang tak akan percaya jika ada yang mengatakan kalau Joseph masih berumur sembilan belas tahun. Tapi siapa perduli. Lilac tak akan melepaskan pria itu begitu saja.

"Lo punya gue, berondong sinting."

"Eum. Saya punya kamu, little one."

1
santi
👍👍
Dzakwan Dzakwan
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
Laqueno Sebaña
Keren banget bro, aku terhanyut dalam cerita ini!
Razel: terimakasih yah/Smile//Smile/
total 1 replies
La Otaku Llorona <33
Tidak ada yang kurang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!