Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Duka
Sore itu setelah melakukan pembayaran administrasi, si kembar pulang di antarkan oleh Hasbi dan Hanan. Baba Daffa dan ummah Khalisa begitu khawatir saat melihat putranya tampak di perban di bagian lengan. Mereka juga baru tahu kejadiannya saat Ummah Khalisa menghubungi keponakannya Hanan. Hanan dengan polosnya mengatakan kejadian yang menimpa Abang sepupunya itu.
"Assalamualaikum,"
"Wa'akaikumsalam,"
Semuanya menyalami baba Daffa dan ummah Khalisa. Ummah Khalisa langsung mengelus lengan putranya. Ia sedih melihat putranya sampai menjadi korban begal. Ya, mereka fikir kejadian yang menimpa Vanka dan Vanya adalah korban dari pembegalan yang memang lagi maraknya.
"Ya Allah nak, kamu sampai di jahit seperti ini. Ayo masuk, anak-anak ayo masuk dulu."
Ummah Khalisa juga menyuruh ke dua keponakannya untuk masuk. Mereka pun memasuki rumah tersebut dan langsung menuju ruang keluarga. Tak lama ayah Dhafi dan bunda Humaira pun tiba di kediaman baba Daffa. Mereka yang sudah mendengar kabar Vanka pun tampak khawatir.
Vanka hanya bisa menghela nafas. Kenapa semuanya tampak khawatir. Padahal Vanka tak ingin semuanya mengkhawatirkan kondisinya. Baginya, ia baik-baik saja. Hanya apes sedikit di siang itu.
"Kamu tahu siapa yang melakukan perbuatan ini nak? Ya Allah mas, lihat tangan putra kita. Sakit ya sayang?" Yang namanya ibu, pasti akan sangat mengkhawatirkan anaknya.
"Ummah, Anka tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil. ummah jangan khawatir ya."
"Benar sayang, anak kita ini laki-laki. Laki-laki itu harus kuat dan tidak boleh lemah." Baba Daffa pun ikut bersuara. Seorang ayah akan menunjukkan sisi kuatnya, walaupun sebenarnya ia juga begitu mengkhawatirkan putranya.
"Assalamualaikum,"
"Wa'akaikumsalam."
Para orang tua saling cipika-cipiki. Anak-anak menyalami ke dua paruh baya yang masih tampak muda tersebut. Mereka pun memberi tempat untuk ayah Dhafi dan bunda Humaira serta Oma Balqis yang baru saja pulang dari rumah saudara.
Seketika ruangan itu di penuhi dengan nada ke khawatiran. Apalagi Oma Balqis yang tak kuasa melihat salah satu cucunya terluka. Malam itu pun menjadi malam berkumpulnya anak-anak dan para orang tua.
......................
Drrrttt...
"Sayang, angkat dulu telfonnya. Sepertinya ada yang penting."
Baba Daffa yang sedang mengerjakan pekerjaan kantor, mengingatkan sang istrinya. Ummah Khalisa yang baru saja keluar dari kamar mandi dan bersiap-siap untuk tidurpun langsung menyambar telfonnya. Sebuah panggilan dari bibinya. Keluarga dari almarhum ayahnya.
"Ada apa bibi telfon ya mas, hallo assalamu'alaikum. innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Yang sabar ya Bik, Khalisa akan segera kesana bersama mas Daffa dan bunda."
Mendengar Istrinya mengucapkan kalimat tersebut, seketika baba Daffa menoleh. "Siapa yang meninggal sayang?"
Sembari mengenakan kembali baju gamisnya ummah Khalisa menjawab. "nenek mas. Pasti bunda juga sudah mendapat kabar. Ayo mas, kita segera ke rumah duka. Bunda pasti sangat sedih mendengar kabar ini." Ummah Khalisa sudah mengenakan kembali hijabnya.
Baba Daffa juga sudah menutup laptopnya dan mengenakan jaket serta celana panjang. Mereka keluar kamar dan mendapati bahwa Oma Balqis sudah bersiap untuk berangkat ke rumah duka.
"Bun, bunda sudah tahu? Sabar ya Bun."
Ummah Khalisa memeluk Oma Balqis. Mereka sama-sama bersedih. Apalagi ummah Khalisa juga begitu dekat dengan almarhumah neneknya.
Vanya yang baru saja akan mengambil minum ke dapur melihat ke dua orang tuanya dan omanya seperti akan pergi. Ummah Khalisa mengatakan yang sebenarnya, Vanya yang mendengar kabar duka tersebut pun ikut bersedih. Vanka yang baru saja keluar kamar mendengar suara-suara di depan kamarnya pun terkejut mendapat kabar tersebut.
"Kalian besok pagi saja ya nak menyusul. Vanka istirahat saja dulu semalam di rumah bersama Vanya. Besok pagi kalian berangkat bersama Hanan dan Hasbi. Ummah, baba dan Oma serta ayah Dhafi dan bunda Humaira akan berangkat sekarang. Jaga rumah baik-baik ya sayang."
Ke dua anak kembar itu mengangguk. Mengantarkan ke dua orang tua mereka dan juga nenek mereka hingga ke depan pintu. Lalu memasuki rumah itu dan mengunci rapat setelah mobil itu menjauh. Vanka memeluk kembarannya. Ia tahu Vanya pasti begitu sedih dengan kabar mengejutkan ini. Sebenarnya tak bisa di katakan kabar mengejutkan juga, karena sebelumnya nenek dari almarhum kakek mereka memang sudah sakit-sakitan. Dan sudah waktunya menyusul almarhum kakek buyut mereka yang sudah tiada setahun yang lalu.
......................
Pagi itu, semuanya sudah berada di rumah duka. Kesedihan begitu terlihat di wajah masing-masing keluarga. Vanya, Vanka, Hasbi dan Hanan juga sudah tiba di rumah duka. Almarhumah sebentar lagi akan di shalat kan dan di kebumikan di pemakaman umum, bersebalahan dengan kuburan almarhum kakek buyut dan kakek si kembar, yaitu ustadz Taqa, ustadz panutan umat yang terkenal akan kebaikannya.
Para pengiring jenazah sudah memenuhi pekarangan rumah. Keluarga jauh, para kerabat, para kenalan juga ikut mengantarkan almarhumah. Keluarga yang di kenal baik itu memang begitu di sukai oleh banyak orang. Sehingga kabar duka ini pun membuat orang-orang tak ingin ke tinggalan momen terakhir dan juga sebagai mengingat almarhum ustadz Taqa, alias kakek si kembar.
Kini semua orang sudah tiba di pemakaman umum. Mata yang sembab, wajah yang pucat tanpa polesan dan tatapan yang sendu menghiasi kepergian almarhumah. Kematian ini kembali mengingatkan setiap hamba-Nya bahwa semua pasti akan kembali kepada-Nya.
Di sebelah sudut kanan, seseorang tengah memperhatikan Vanya. Vanya yang tengah bersedih tak mengetahui jika sedang di perhatikan oleh seseorang.
"Kek, keluarga siapa ini yang meninggal?" Shaka yang juga turut serta di pemakaman itulah yang memperhatikan Vanya. Ia ikut bersama sang kakek untuk mengantarkan almarhumah untuk terakhir kalinya.
"Keluarga dari almarhum sahabat kakek. Beliau sudah kakek anggap seperti orang tua sendiri. Tak menyangka ternyata beliau menyusul suami dan anaknya."
Shaka tak lagi bertanya. Ia begitu tak menyangka jika yang meninggal itu keluarga dari Vanya, dan kakeknya kenal dekat dengan keluarga almarhumah. Ternyata dunia ini begitu sempit. Hanan juga sempat melihat kehadiran Shaka di sana. Namun suasana tengah berduka ini membuat ia tak terlalu menanggapi nya.
Satu persatu para pelayat meninggalkan makam tersebut, dan terakhir di ikuti oleh para keluarga. Vanya berjalan beriringan bersama Vanka menuju mobil mereka.
"Tunggu!"
......................
...To Be Continued ...
kalau shaka anak siapa ya thor?