Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 : Main Band
Sesuai kesepakatan bersama, Zea dan Zio mulai berakting mesra dihadapan keluarga mereka. Dibelakang itu mereka kembali seperti biasa. Zea dan Zio sempat bermalam dia hari dikediaman keluarga Ray. Memudahkan kakek Adi memantau cucunya. Kakek Adi senang melihat cucunya akur dengan istrinya walaupun itu hanya sandiwara.
Begitu pula di rumah orangtua Zea, Murni senang setiap hari Zea keramas. Artinya dalam waktu dekat Zea akan hamil. Hingga seminggu berlalu, akting mereka masih tetap natural. Murni dan kakek Adi masih tertipu.
Setelah izin seminggu lamanya, Zea dan Zio hari ini mulai bersekolah.
"Arka, kok gue curiga ya? Ini benar-benar mencurigakan," kata Denis. Mereka sedang berada dikelas.
"Curiga apaan?" tanya Arka.
"Zio dan Zea kok kompak izin seminggu gak masuk sekolah, aneh."
"Bener juga. Mereka kan biasanya gak akur, kok kompakan gini gak masuk sekolah?"
Nina yang juga berada dikelas mendengar perkataan Denis dan Arka. Kalau bukan sudah berjanji pada Zea, akan Nina beri tahu yang sebenarnya pada Denis dan Arka. Namun, Nina masih bertahan memegang janjinya untuk tutup mulut.
"Mungkin mereka jodoh," sahut Nina.
Mendengar perkataan Nina, Denis dan Arka tertawa terbahak-bahak. Robbi yang juga mendengar obrolan mereka tiba-tiba tersenyum kecil.
"Nina ... Nina ... gak ada istilahnya Kodok sama Keong berjodoh. Rumah tangga mereka mau jadi apa kalau mereka jodoh? Yang ada ufo tiap hari terbang di dapur mereka," sahut Denis, masih tertawa terbahak-bahak.
"Bener kata Denis. Omongan Lo lucu banget," jawab Arka.
"Kata gue kan mungkin. Kita kan gak tau masa depan," jawab Nina.
"Zea itu jodohnya gue. Semua orang juga tau mereka gak cocok. Zea cocoknya sama gue." Robbi tidak tahan dan ikut menyahut.
"Amit-amit Zea jodoh sama Lo. Gue sebagai sahabat Zea gak akan ngerestuin. Apalagi Lo udah nyakitin Zea," jawab Nina pada perkataan Robbi.
"Gue rasa Lo sebentar lagi bakal terpaksa menerima gue sebagai jodoh sahabat Lo," sahut Robbi lagi dengan percaya diri.
"Gak akan," jawab Zea yakin.
"Eh Rob, Lo gak merasa bersalah sama Zea? Lo kan yang waktu itu cari gara-gara sampai Zio mukul Lo," kata Denis.
"Semua bermula dari Zio, gue gak bersalah," jawab Robbi, tidak suka pada perkataan Denis. "Kayanya kita udah gak sejalan lagi. Gue dan Nunu bakal keluar dari band. Gue udah gak suka lagi main band sama kalian. Gue udah menemukan hal baru yang gue suka." Robbi berkata dengan percaya diri. Di sekolah tidak mungkin band berjalan tanpa pemain keyboard dan pemain bass. Apalagi cuma Robbi dan Nunu yang bisa bermain keyboard dan bass dengan baik di sekolah itu. Robbi senang membuat band kebanggaan Zio tidak bisa tampil di lomba apapun lagi, terlebih dalam waktu dekat akan diadakan lomba bakat tingkat kecamatan.
"Apa Lo bilang?" Denis dan Arka terkejut.
"Nunu, Lo ngerti kan apa kata gue?" tanya Robbi pada temannya disebelah. Nunu mengangguk. Dia dan Robbi sudah dekat sejak SMP, jadi apapun kata Robbi dia selalu ikut.
"Lo sengaja ngelakuin ini semua supaya cool band hancur?" ucap Nina.
"Kalau iya kenapa? Toh gue masih dendam sama perlakuan Zio ke gue waktu itu," jawab Robbi dengan tegas.
"Lo pikir Lo manusia paling penting? Kami juga gak butuh Lo. Walaupun cool band gak bisa main lagi, itu lebih baik dari pada kami ngemis ke Lo, paham?" tegas Denis. Mereka sudah tau dari dulu kalau Robbi orang yang tidak suka diatur, menjengkelkan dan bicara semuanya, tapi selama ini semua selalu berjalan baik karena Robbi cukup menghormati Zio, tapi sejak Zio mencium Zea waktu itu, sikap Robbi berubah. Robbi tampaknya masih dendam pada Zio.
"Bagus deh kalau gitu. Gue malah senang tanpa gue cool band langsung berhenti," jawab Robbi lagi dengan tersenyum puas.
"Maksudnya?" Zio tiba-tiba datang dan langsung bertanya. Dia datang bersama Zea membuat Robbi tambah tidak suka.
"Zea, Lo hari ini masuk sekolah?" Nina berdiri dan langsung memeluk Zea. Nina sudah sangat rindu pada temannya.
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Zea.
"Zio, Zea, ini anak masih dendam atas kejadian waktu itu. Dia dan Nunu keluar dari cool band, padahal Minggu ini kita mau tampil di acara bakat anak sekolah tingkat kecamatan," ucap Arka memberitahu Zio dan Zea.
"Ya udah, gue juga gak butuh kalian. Silahkan keluar. Gue gak akan nahan kalian," kata Zio pada Robbi dan Nunu.
"Oke, gue juga maunya kaya gitu," jawab Robbi.
"Terus gimana dengan acara tampil kita?" tanya Arka.
"Zea, Lo mau kan bantu gue, satu kali aja. Gue tau sejak SMP Lo lihai main keyboard," pinta Zio.
Mendengar permintaan Zio, Robbi semakin meradang. Sejak kapan Zea lihai main keyboard. Kenapa Robbi sampai tidak tau. Apalagi selama ini Robbi sering membahas permainan keyboard dengannya dan Zea selalu mengangguk seolah tidak paham.
"Gue juga lihai main bass," jawab Nina.
"Beneran?" Denis dan Arka kembali terkejut.
"Kalau begitu, masalah terselesaikan. Lo mau kan, Zea?" pinta Zio lagi.
"Zea, kalau Lo mau, gue juga mau," kata Nina.
"Oke, gue bantu," jawab Zea. Mendengar jawaban Zee, Zio senang.
"Yes, berarti band kita akan tetap tampil Minggu ini," ucap Arka, senang.
"Sialan," runtuk Robbi dalam hati.
"Makasih ya?" ucap Zio tulus. Zea mengangguk.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....