Di tengah hiruk pikuk dunia persilatan. Sekte aliran hitam semakin gencar ingin menaklukkan berbagai sekte aliran putih guna menguasai dunia persilatan. Setiap yang dilakukan pasti ada tujuan.
Ada warisan kitab dari nenek moyang mereka yang sekarang diperebutkan oleh semua para pendekar demi meningkatkan kekuatan.
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang masih berusia 7 tahun. Dia menjadi saksi bisu kejahatan para pemberontak dari sekte aliran hitam yang membantai habis semua penduduk desa termasuk kedua orang tuannya.
Anak kecil yang sama sekali tidak tau apa apa, harus jadi yatim piatu sejak dini. Belum lagi sepanjang hidupnya mengalami banyak penindasan dari orang-orang.
Jika hanya menggantungkan diri dengan nasib, dia mungkin akan menjadi sosok yang dianggap sampah oleh orang lain.
Demi mengangkat harkat dan martabatnya serta menuntut balas atas kematian orang tuanya, apakah dia harus tetap menunggu sebuah keajaiban? atau menjemput keajaiban itu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleta. shy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Time skip
Seorang pemuda tampak sedang duduk disebuah batu besar yang dihadapannya terdapat dua sungai dengan mata air mengalir begitu derasnya. Duduk termenung seraya menikmati keindahan alam terpampang nyata di pandangan matanya.
Disamping pemuda itu juga tampak seorang gadis manis nan cantik jelita juga sedang menikmati suasana segar dari alam ini. Keduanya seakan larut dengan pikirannya masing-masing. Tidak ada suara percakapan diantara keduanya. Mulut mereka seakan bisu untuk mengucapkan kata-kata.
Suara kicauan burung di pagi hari terdengar bersahut-sahutan tak kenal lelahnya. Hewan itu berterbangan kesana kemari saling mengejar satu sama lain memperlihatkan kegembiraan yang belum tentu dirasakan oleh semua insan manusia.
"Jangan biarkan satu orang pun dari mereka yang lolos. Kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat. Semua harus sesuai rencana, jangan sampai ada sedikitpun pergerakan kita yang mencurigakan mereka." Ucap gadis itu memecah keheningan.
Pemuda itu terlihat tidak menggubris sedikitpun ucapan gadis itu. Pikirannya masih larut dalam ingatan masa lalunya yang begitu kelam.
"Dasar es batu!!"
"Bisakah kau sedikit menghargai apa yang aku katakan?" Kalimat pertanyaan gadis itu disertai sedikit bentakan. Dia menggerutu kesal.
Namun lagi-lagi pemuda itu tetap mengacuhkan dirinya membuat gadis itu tidak tahan lagi untuk berteriak kuat.
"Yuan!!!!" Dengan kuat dia berteriak tepat didekat telinga pemuda itu saking kesalnya.
"Apakah kau tuli ha?"
Pemuda itu berdecak pelan. Perlahan dengan malas bola matanya melirik sedikit kearah gadis itu.
"Dari tadi kau terus berbicara. Bisakah kau simpan terlebih dahulu suaramu yang cempreng itu, aku sedang malas berbicara." Balasnya.
"Memangnya sejak kapan kau tidak malas berbicara?" Gadis itu merasa dongkol sekali hatinya. Apa yang di katakan dirinya benar, sejak kapan orang dihadapannya ini tidak malas berbicara. Hari-hari dia harus berteriak terlebih dahulu supaya direspon oleh pemuda itu.
Orang yang ditanya sama sekali tidak menjawab. kembali melihat aliran sungai yang terus mengalir dihadapannya.
"Yuan, jawab!!!" Suara melengking gadis membuat orang yang disampingnya itu reflek menutup telinganya. Dia juga sedikit mengguncang bahu pemuda itu agar menanggapinya.
Pemuda itu tak lain tak bukan adalah Yuan. Waktu berlalu begitu cepatnya, usianya sekarang sudah menginjak 18 tahun. Usia anak remaja pada umumnya. Dan gadis yang disampingnya itu adalah Chia, anak dari Xiao Lee, pedagang yang sebelumnya sering melakukan proses tukar menukar barang dengan permata siluman milik Yuan.
"Sekali saja aku mohon jangan ganggu aku. Aku tidak berniat untuk berbicara denganmu." Kalimat yang diucapkan Yuan begitu pedas dan menohok. Namun, sedikitpun kata itu tidak masuk kedalam hati Chia. Kenyataannya setiap hari gadis itu mendengarkan kata-kata pedas dari mulut Yuan.
"Memangnya apa yang kau lihat dari sungai yang mengalir ini? Jika kau beranggapan kalau sungai itu sangat indah, maka kau salah besar menyia-nyiakan sesuatu yang lebih indah daripada sungai ini." Gadis itu terus berbicara kepada Yuan. Walaupun terkesan cuek, tetapi dia tetap saja melakukannya.
Mendengar hal itu Yuan berbalik menatap tajam gadis didekatnya itu. Dia penasaran, "Memangnya apa yang lebih indah dari sungai yang mengalir saat ini?" Yuan bertanya balik.
"Aku." Jawab Chia spontan seraya menaikkan satu alisnya menggoda Yuan.
"Ternyata berbicara denganmu memang tidak ada gunanya." Kesal Yuan.
Sontak saja gadis itu tertawa terbahak bahak melihat ekspresi wajah Yuan yang kesal seperti itu. Walaupun memiliki sifat dingin seperti es, tetapi dia mengetahui sisi baik dari pemuda tersebut. Ada hal yang mengubah hidupnya sehingga menjadi dingin seperti ini.
8 tahun bukan waktu yang singkat. Tumbuh dan besar tanpa orang-orang yang disayanginya bukanlah sesuatu yang mudah. Ada sebuah pecahan kecil yang hilang dalam hidupnya, membuat Yuan berusaha mengganti pecahan itu dengan sesuatu yang baru.
Banyak hal yang berubah semenjak kejadian buruk itu. Sakit hati atas kepergian orang yang paling dicintai olehnya membuat hidup Yuan sekarang seolah tanpa arah dan tujuan.
Ada sebuah harapan bagi Yuan untuk bisa kembali ke masa dulu. Dia hanya ingin menghabiskan hari-harinya bersama orang yang dicintainya itu.
Disaat orang tuanya terbunuh secara keji dan meninggalkan dirinya seorang diri, sampai dengan dia bertemu dengan sosok perempuan lanjut usia yang memiliki kehangatan dan kasih sayang kepadanya, sama layaknya kasih sayang orang tua kepada anaknya.
Seorang perempuan tua yang diasingkan oleh desanya sendiri, seorang perempuan tua yang hidup sebatang kara, seorang perempuan tua yang mencurahkan semua kasih sayang yang dimiliki kepada dirinya, dan seorang perempuan tua yang mampu membuat hidup seorang anak kecil yatim-piatu kembali berwarna.
Akan tetapi, kini perempuan tua itu sudah pergi meninggalkannya di dunia yang penuh ketidakadilan ini.
...
"Saudara Xiao Lee telah melakukan kesalahan fatal karena menganiaya cucu dari tetua Bai Feng, Xingcho. Atas perbuatan yang dilakukannya, berdasarkan kesepakatan dari tetua Desa teratai biru, menjatuhi hukuman mati untuk saudara Xiao Lee dengan cara dipancung!"
"Dan untuk saudara Ling-Ling, dikarenakan telah secara berani menyembunyikan sosok buronan desa hingga beberapa bulan lamanya, ditambah dengan pemberontakan di desa ini beberapa tahun yang lalu, juga akan dijatuhi hukuman mati dengan cara di racun!"
Mendengar hal itu, dua orang anak kecil berusaha memberontak atas putusan hakim desa yang memberikan hukuman mati kepada orang yang disayangi itu.
"Aku tidak terima!! Kenapa harus ayahku yang kalian salahkan? Memang anak sialan itu yang selalu membuat onar di desa ini!!" Gadis kecil itu membela ayahnya ditengah-tengah petinggi desa yang semuanya hadir tanpa terkecuali. Dia adalah Chia. Tanpa rasa takut dirinya berteriak kencang.
"Dan untuk nenek itu, kenapa kalian harus libatkan dia!! Dia tidak tau apa-apa, lepaskan dia!!" Chia berkata penuh emosi. Tubuhnya saat ini di genggam kuat oleh dua orang pengawal desa yang level tingkatannya berada jauh diatas dirinya.
Sedangkan Yuan berusaha melakukan komunikasi dengan 2 sosok siluman yang sebelumnya sudah melakukan kontrak darah dengannya. Dia berniat untuk meminjam kekuatan keduanya agar menyelamatkan nenek Ling dari marabahaya.
"Pinjamkan kekuatan kalian berdua, aku mohon habisi mereka. Selamatkan nenekku!" Yuan memohon.
"Ini semua tidak semudah yang dibayangkan. Ada sesuatu yang memang belum kau ketahui bagaimana kinerja kami. Semuanya penuh dengan keterbatasan. Ada di kondisi tertentu kami bisa mengendalikan tubuhmu, tapi tidak untuk sekarang." Fuxhang menjelaskan.
Yuan tidak mau putus asa. Dia berteriak keras kepada nenek Ling agar melawan mereka semua, jangan hanya diam menerima hukuman yang memang tak sepantasnya dia dapatkan.
Yuan meronta-ronta untuk melepaskan diri dari dua orang pengawal yang sedang melakukan tugasnya agar dirinya tidak memberontak. Karena memang perbedaan kekuatan, Yuan hanya bisa berusaha tapi tidak membuahkan hasil.
"Tidak!!!! Aku mohon lepaskan nenekku. Jangan kalian sentuh dia atau aku akan membunuh kalian semua!!" Teriak Yuan seraya menatap tajam semua tertua desa termasuk Bai Feng.
Mendengar ancaman dari Yuan, mereka semua yang hadir ditempat pengeksekusian tergelitik geli, tidak sanggup menahan tawa. Seorang anak kecil yang berusia 10 tahun berani mengancam tetua desa yang kekuatannya berada jauh sekali diatasnya.
Sebelum mengeksekusi keduanya, salah seorang tetua desa, Gui Lui langsung mendekat kearah keduanya untuk bertanya permintaan terakhir mereka.
"Kalian semua adalah orang-orang yang tidak pantas hidup di dunia ini. Semua yang kalian perbuat, aku akan menuntut balas atas ini semua. Akan ada dimana seseorang yang akan menghancurkan kalian semua tanpa tersisa." Nenek Ling berucap dingin kepada Gui Lui yang merupakan mantan saudara seperguruannya. Nenek Ling sambil menatap wajah Yuan dari kejauhan. Dia mengucapkan sesuatu menggunakan gerak bibirnya kepada anak kecil tersebut.
"Nenek sangat menyayangimu. Semua yang nenek perbuat adalah untuk melindungi mu. Tolong jangan lupakan nenek." Gerak bibir itu langsung dimengerti oleh Yuan. Dari kejauhan nenek Ling melihat bagaimana Yuan sebegitu kerasnya memberontak untuk mendekat kearahnya.
"Masukkan dia di akademi desa ini. Perlakukan dia seperti anak pada umumnya." Ucapnya dingin.
"Aku juga meminta hal yang sama agar putriku dimasukkan ke akademi desa ini. Dan perlakuan juga dengan baik, aku disini akan menebus semua kesalahanku dengan nyawa." Ucap Xiao Lee.
"Baiklah." Jawab Gui Lui ketus.
"Ini semua salahku, maafkan aku tetua Ling." Xiao Lee mengakui jika nenek Ling adalah tetua yang pantas atas desa ini. Dia begitu mengenal sosok ini, dia sangat mengidolakannya. Disaat semuanya diam dan tidak ada yang berani mengambil tindakan waktu adanya pemungutan upeti, nenek Ling satu-satunya orang yang berani menentang dan melakukan pemberontakan hingga jabatannya sebagai tetua desa dicopot saat itu juga.
"Maafkan aku, ini memang salahku. Seandainya aku dan putriku tidak bersembunyi ditempat tetua, pasti ini tidak akan terjadi. Maafkan aku tetua." Xiao Lee menundukkan kepalanya menyesal melibatkan nenek Ling didalamnya.
"Jangan pernah meminta maaf. Aku melakukan ini atas dasar kemanusiaan, karena kita sama-sama manusia. Dan untuk mereka semua, adalah binatang yang tidak mempunyai akal!" Jawab nenek Ling menekankan ucapannya kepada Gui Lui.
Proses pengeksekusian dimulai, Yuan dan Chia sama-sama diperlihatkan sesuatu yang tidak pantas untuk mereka lihat. Bahkan disaat pengeksekusian itu juga hadir sosok anak sialan penyebab semua ini. Keduanya menggeram menyaksikan jika yang menjadi pengeksekusinya adalah Xingcho sendiri.
"Aku berjanji akan menuntut balas atas ini semua. Aku janji." Gadis kecil itu menangis terisak-isak.
"Maafkan aku dan ayahku karena melibatkan nenekmu dalam masalah ini." Ucap Chia pada Yuan terbata-bata.
"Ayahmu dan nenekku berada di pihak yang benar. Semua kesalahan ini adalah tanggungjawab mereka semua." Jawab Yuan seraya menatap satu persatu semua orang yang berada disini.
"Aku tidak akan membunuh anak itu dengan tanganku. Aku berjanji jika anak itu akan terbunuh dengan tangannya sendiri." Tatapan benci Yuan kepada Xingcho dihadapannya. Hal yang sama juga terlihat pada Chia dia menatap sosok anak itu dengan tatapan membunuh.
...
Kejadian yang menimpa neneknya itu akan menjadi sebuah memori yang wajib untuk selalu diingat oleh Yuan. Pentingnya dia memperkuat diri sekarang karena ada balas dendam yang harus diselesaikannya.
Semenjak kejadian itu juga, Yuan dan Chia menjadi dekat. Mereka berdua dimasukkan kedalam akademi Desa Bunga teratai biru sesuai dengan permintaan terakhir nenek Ling dan Xiao Lee. Gui Lui benar-benar mengabulkan permintaan keduanya itu.
8 tahun berlalu, Yuan sekarang terlihat begitu dewasa. Wajahnya yang tampan juga tidak jarang membuat semua perempuan tertarik kepadanya. Hanya saja karena sikap dinginnya, Yuan seringkali dicap sebagai orang yang aneh. Hingga beredar kabar antah berantah yang mengatakan Yuan merupakan sosok yang suka sesama jenis karena tidak memiliki ketertarikan terhadap perempuan.
Begitu juga dengan Chia, dia sekarang benar-benar menjadi idolanya para lelaki. Wajahnya yang cantik jelita membuat semua pria berharap untuk memilikinya. Akan tetapi, perempuan itu terlihat begitu galak dan acuh kepada semua orang dan pengecualiannya hanya kepada Yuan dia bersifat terbuka.
Keduanya bersahabat dekat walaupun memang kadang Chia lah yang menganggap Yuan adalah sahabatnya. Tidak tau bagaimana Yuan menganggap dirinya, entah sebagai sahabat atau bukan sama sekali.
Yang jelas keduanya sama sama berencana melakukan aksi balas dendam atas kematian orang yang disayanginya itu.
"Mereka akan mati! Tidak peduli bagaimanapun caranya. Sekarang hanya masalah waktu. Jika sudah menemukan waktu yang tepat, biar aku sendiri yang menyelesaikan masalah ini. Kau cukup diam dan melihat bagaimana caraku menyelesaikan ini semua." Kata demi kata yang diucapkan Yuan begitu dinginnya. Hingga sekarang tidak ada seorangpun yang tau jika dia memiliki sebuah kitab kuno yang sangat berharga, termasuk Chia.
Selama delapan tahun, mana mungkin tidak ada perkembangan sama sekali bagi Yuan dalam mempelajari isi Kitab Alam Suci. Hanya dia yang mengetahui sejauh manakah dia sekarang, sekuat manakah dia sekarang.
Kekuatan yang bersumber dari dalam Kitab Alam Suci ditambah dengan kekuatan yang berasal dari kontrak darah antara dirinya dengan 2 siluman didalam tubuhnya, Tidak mungkin Yuan masih berada dilevel yang sama bukan?
.
.
.
.
.
.