keinginannya untuk tidak masuk pesantren malah membuatnya terjebak begitu dalam dengan pesantren.
Namanya Mazaya Farha Kaina, biasa dipanggil Aza, anak dari seorang ustad. orang tuanya berniat mengirimnya ke pesantren milik sang kakek.
karena tidak tertarik masuk pesantren, ia memutuskan untuk kabur, tapi malah mempertemukannya dengan Gus Zidan dan membuatnya terjebak ke dalam pesantren karena sebuah pernikahan yang tidak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Gara-gara mengantuk
Jam sudah menunjukkan pukul 4 lebih seperempat, dan salah satu teman sekamar Aza tampak kebingungan membangunkannya. Aza masih tertidur pulas, tidak menyadari bahwa waktu sholat subuh sudah hampir tiba. Teman sekamarnya, Laila, mencoba memanggilnya pelan.
“Aza... Aza, bangun! Sudah hampir Subuh,” bisik Laila, sedikit cemas. Ia tahu aturan pesantren sangat ketat soal disiplin, terutama dalam hal bangun pagi untuk sholat berjamaah.
Namun, Aza tidak bergeming. Laila menoleh ke arah teman-temannya, berharap ada yang bisa membantunya. Salah satu dari mereka, Rahma, menghampiri Laila dan berkata, “Mungkin kamu harus membangunkannya dengan lebih tegas. Kalau tidak, dia bisa kena masalah.”
Laila mendesah, lalu mencoba mengguncang bahu Aza dengan lembut. "Aza, bangun. Sudah Subuh." Tetapi Aza hanya menggeliat sedikit, menarik selimutnya lebih erat, dan terus tertidur.
"Bagaimana ini?" tanya Laila, bingung. "Aku tidak ingin membangunkannya dengan kasar, tapi waktu sudah mepet."
Nisa menatap Aza yang masih tertidur lelap. "Kalau begini terus, dia bisa terlambat ke masjid. Sebaiknya kita coba lagi sebentar, kalau tidak berhasil, mungkin kita harus memberitahu Bu Nyai."
Dan benar saja, belum sampai mereka berhasil membangunkan Aza tiba-tiba dari luar kamar berdecak,
"Anak baru susah di bangunin ya?" tanyanya kemudian membuat ketiga teman Aza dengan cepat menoleh ke sumber suara. Ternyata Farah dan dua senior lainnya sudah berdiri di ambang pintu.
"Mbak Farah, maaf mbak saya akan bangunkan Aza sekali lagi." ucap Rahma dengan cepat.
"Nggak perlu, saya tahu caranya." ucap Farah sembari berjalan menghampiri Aza dengan membawa sebuah gayung yang sudah berisi air setengahnya, rupanya setiap pagi Farah dan teman senior lainnya mendapat tugas membangunkan para santri dan memastikan mereka bangun tepat waktu.
Aza terbangun dengan terkejut saat segayung air dingin menyiram tubuhnya. Bukan hanya dipercikkan seperti santri lain, tapi untuk Aza, Farah sengaja menyiramnya.
Aza membuka matanya lebar saat mendapati tubuhnya basah kuyup dan langsung duduk, menatap ke arah Farah yang berdiri sambil tersenyum puas. Teman-teman sekamar Aza tampak terdiam, sebagian merasa kasihan, sementara yang lain hanya bisa menyaksikan kejadian itu dengan canggung.
"Apa-apaan ini?!" seru Aza, suaranya jelas menunjukkan ketidakpercayaannya atas apa yang baru saja terjadi.
Farah, dengan sikap angkuhnya, hanya mengangkat bahu. "Kamu sulit dibangunkan. Di pesantren ini tidak ada tempat untuk yang malas-malasan," ucapnya santai, seolah yang ia lakukan adalah hal biasa.
Aza merasakan kemarahan membakar dirinya, "Memang tidak ada cara lain yang lebih pantas?!" keluhnya.
"Mau dengan cara apa? Dipukul? Kalau teman-teman kamu aja sudah kuwalahan, harus bagaimana lagi."
"Tapi nggak gitu juga kan, dasar nggak punya sopan santun."
"Kamu mengerti apa tentang sopan santun? Jangan berlagak di sini, semua santri tidak ada yang di istimewakan meskipun kamu dekat dengan Bu nyai sekalipun."
Awas aja kalau dia sampai tahu siapa aku, menangis deh ...., batin Aza kesal, namun ia menahan diri untuk tidak meledak di depan teman-temannya. Ia tahu, jika ia melawan sekarang, ia akan semakin menjadi sorotan dan mungkin semakin memperkeruh situasi.
"Baiklah," jawab Aza sambil mengusap wajahnya yang basah. "Aku akan bangun. Tidak perlu drama berlebihan," lanjutnya dengan nada kesal, berusaha menormalkan situasi.
Farah mendekat dengan senyum mengejek. "Di sini kamu harus belajar lebih sopan, Aza. Aku peringatkan sekali lagi, jaga sikapmu, apalagi di depan yang lebih tua dari kamu," ucapnya sinis, lalu pergi meninggalkan kamar dengan kepala tegak.
Aza mengepalkan tangannya, tapi berusaha menenangkan dirinya. "Nggak penting," gumamnya pada diri sendiri sambil mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Teman-temannya yang lain hanya bisa menatap tanpa berani ikut campur.
Farah semakin kesal saat Aza malah meninggalkannya begitu saja bahkan tanpa permisi,
"Dasar anak nggak punya aturan." gerutu Farah membuat teman-teman Aza yang lain menundukkan kepalanya tanpa berani menatap Farah dan teman-temannya. Hingga Farah berlalu meninggalkan kamar itu barulah mereka bernafas lega.
"Untung nggak terjadi perang dunia." ucap Laila lega.
"Ya udah lah, ayo cepetan ke masjid. Biar Aza nyusul." ajak Rahma yang tidak ingin terkena imbas kemarahan Farah.
Segera setelah membersihkan diri dan berwudhu, Aza ikut berjamaah sholat subuh bersama teman-teman yang lain di masjid pesantren. Setelah selesai sholat, semua santri duduk rapi untuk mengikuti kajian subuh yang dipimpin oleh salah satu ustadz. Suasana masjid hening, hanya terdengar suara ustadz yang memberikan ceramah. Namun, Aza tampak kelelahan dan mulai kehilangan fokus.
Sesekali, matanya terpejam dan kepalanya terangguk-angguk seolah hendak tertidur. Rahma, teman di sebelahnya, memperhatikan Aza yang hampir terlelap. Dengan cepat, Rahma menyenggol lengan Aza pelan. "Aza, bangun, jangan tidur. Kita masih di masjid."
Aza tersentak dan segera duduk tegak, berusaha tetap terjaga. "Iya, iya, maaf," bisiknya sambil mengusap matanya yang masih terasa berat.
Rahma tersenyum kecil, "Hati-hati, kalau ketahuan, nanti bisa kena tegur lagi."
Aza mengangguk lemah, berusaha menahan kantuknya.
Yang benar saja, aku bisa mati berdiri kalau begini ...., batin Aza kesal.
Meski sulit, ia bertekad untuk tetap terjaga hingga kajian selesai, meski pikirannya terus melayang pada rasa lelah yang belum sepenuhnya hilang.
Waktu sorokan Al Qur'an tiba, seluruh santri sudah berkumpul di serambi masjid untuk mulai mengaji. Teman-teman sekamar Aza duduk dalam barisan, tetapi setelah beberapa saat, mereka menyadari bahwa Aza tidak ada di antara mereka. Rahma, yang duduk di barisan depan, mulai khawatir dan saling pandang dengan teman sekamarnya yang lain.
"Mana Aza?" bisik Rahma kepada Tika, yang duduk di sampingnya.
Nisa mengangkat bahu, "Tadi aku nggak lihat dia di kamar. Mungkin dia masih ke kamar mandi?"
"Astaghfirullah hal azim, kalau ketahuan telat, bisa kena hukuman!" bisik yang lain.
Mereka mulai saling bertanya-tanya di mana Aza berada. Ada yang menduga Aza mungkin tidak tahu jadwal sorokan, atau mungkin masih antri di kamar mandi. Rahma, yang merasa bertanggung jawab karena lebih dekat dengan Aza, berencana untuk mencarinya setelah sorokan selesai. Namun, mereka hanya bisa berharap Aza tidak tertangkap basah oleh pengurus pesantren karena tidak hadir tepat waktu.
Farah, yang beberapa hari ini selalu memperhatikan gerak-gerik Aza, menyadari bahwa gadis itu tidak ada di antara para santri yang berkumpul untuk sorokan Al Qur'an. Dengan tatapan tajam, ia berjalan menghampiri teman-teman sekamar Aza yang tampak gelisah.
"Mana Aza?" tanya Farah dengan nada tegas, matanya menatap satu per satu wajah mereka.
Rahma mencoba tersenyum canggung. "Mungkin dia... sedang ke kamar mandi, Mbak Farah."
Laila, yang tak ingin Rahma terus berbicara, buru-buru menambahkan, "Iya, kayaknya dia... nggak enak badan, jadi mungkin istirahat sebentar di kamar."
Namun, alasan mereka terdengar tak sinkron dan makin beragam.
Farah semakin curiga dengan penjelasan yang tak koheren itu. "Kalian bohong, ya?" suaranya semakin tajam. "Jangan coba-coba melindungi dia. Jika dia melanggar aturan, semuanya akan terungkap."
Teman-teman Aza saling bertukar pandang, terlihat panik. Mereka tak ingin menimbulkan masalah lebih besar, tapi di sisi lain, mereka juga tak tahu pasti di mana Aza berada.
Bersambung
Happy reading
si Parah itu anak nya Imah sma siapa ya thor...🤔🤔🤔...
Imah memebuat cerita yang mengada² biar percaya si Aza... dan ending nya Aza percaya....
si Parah itu anak nya Imah sma siapa ya thor...🤔🤔🤔...
Imah memebuat cerita yang mengada² biar percaya si Aza... dan ending nya Aza percaya....
sebaiknya praktikan walau beda usahanya,kepercayaan kunci utamanya ...ya kan?
Nafis ga jadi sama ustadz Zaki malah jadi istri kedua
ning chusna otw jadi janda korban poligami suami nya
imah gamon 🤣🤣
emak nya Farah siapa ya...🤔...
aku lupa🤦🏻♀️
yang sebelm nya ku baca ber ulang²....