Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Keluar dari Obin
“Tuan, apa tidak masalah kita meninggalkan mereka dengan mencuri kunci ini?” tanya Luvi khawatir.
“Bukankah kita memang di tugaskan mengambil kunci ini bagaimanapun caranya, dengan cara halus, kasar ataupun curang”
“Apa yang anda ambil selain kunci tuan?” tanya Axon yang melihat barang bawaan Dom di ujung geladak kapal.
“Pedang Raja Owen. Aku akan menyimpannya” ucap Dominic.
“Tuan Dom, ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan dengan Ratu Emira di kamarnya?” tanya Horg dengan sedikit tawa ringan.
“Dom!, jangan bilang kau tidur semalaman dengannya!” Erita memukul lengan Dominic tanpa menunggu jawaban pria itu.
Dominic yang tidak bisa menghindari pukulan Erita hanya mampu mengeraskan ototnya dan melindungi kepalanya.
“Aku tidak sampai melakukannya, aku hanya pemanasan, sampai benar-benar panas” jawab Dominic juga dengan tawa kecil.
“Ah! Sialan kau Dom!” lagi-lagi Erita memukul lengan Dominic yang kokoh.
Luvi melangkah kearah pinggir kapal, dan memandang laut yang sangat luas. Rambutnya yang lurus dan indah berduyun menari terhempas angin.
Dominic yang melihatnya menghentikan tawanya, dan ikut melangkah kearah yang sama dengan Luvi.
“Hey, apa yang kau pikirkan?” tanya Dominic yang kini berada disamping Luvi.
“Laut ini sangat indah jika tidak di terjang badai. Birunya indah berkilauan” ucap Luvi sambil menatap laut biru yang terpantul cahaya matahari dan membias seolah berkilauan.
“Aku tidak menyangka kita bisa melewati laut Iblis secepat ini, perkiraanku setahun atau dua tahun kedepan, tapi ternyata bisa telah kita lalui kemarin” tangan Dominic terlipat di pinggir bibir kapal.
“Ya, aku juga tidak mengira akan secepat itu Tuan” ucap Luvi masih memandangi laut lepas di depannya.
“Itu semua tidak akan terjadi jika kau tidak disini, kau merubah semuanya, Luppy”
Dominic memandang wajah Luvi penuh arti. Gadis itupun balas memandang, kemudian mengalihkan pandangannya kembali.
“Tidak tuan, semua memang takdir. Aku hanya sedikit membantu, kalianlah yang lebih banyak berjuang” ucap Luvi sedikit merendah.
Malam mulai merebak. Mereka beristirahat di kabin, dan tidur di tempatnya masing-masing. Tapi tidak dengan Dominic yang lagi-lagi tidak bisa memejamkan matanya di malam hari.
Ia berkeliling di kapal, menjaga keadaan. Kemudian ketika pria itu melewati kamar Luvi, ia mendengar Luvi berbicara sendiri. Kuping Dominic sedikit di rapatkan ke pintu kabin kamar Luvi.
“Luppy? kau belum tidur?” tanya Dominic sedikit pelan dari luar pintu.
Selang beberapa saat, pintu terbuka. “Ada apa tuan Dom?” tanya Luvi yang tengah memegang sebuah pena bulu di jemarinya.
“Aku mendengar kau berbicara sendiri”
“Ah, itu … aku sedang menulis dan mencoba menerjemahkan buku tua disana, maaf jika suaraku agak keras tuan, karena aku harus mengejanya” tukas Luvi di bibir pintu.
“Kau sangat rajin membaca. Boleh kulihat tulisanmu?” pinta Dominic.
“Um, tapi bukankah ini sudah malam?”
“Ya, memang, tapi kita sama-sama tidak bisa tidur bukan?” Dominic mengangkat sebelah alisnya.
“Ya, baiklah. Masuklah” Luvi mengizinkan.
Dominic masuk ke ruang kecil yang hanya terdapat satu kasur kecil dan meja kecil yang tertempel di sisi dinding.
“Hmm, apa ini?, aku tak mengerti bahasa ini?” ucap Dominic sambil melihat-lihat tulisan Luvi yang asing dan mirip seperti simbol yang berada di meja.
“Itu bahasa Galboght, bahasa dari Benua Tin seratus tahun yang lalu, tentang taktik perang dan strategi penyerangan di daerah dengan medan sulit” jelas Luvi.
“Kau bisa menerjemahkan bahasa ini Luppy?” Dominic mengerutkan alisnya tanda heran.
“Aku membaca kamus tua di perpustakaan penyihir di kastil Obin kemarin dan aku mencatatnya, tapi aku masih kesulitan untuk bahasa yang aku tidak catat, jadi masih ada beberapa yang aku tidak mengerti”
‘Dia sangat cerdas, tak kusangka Luppy secerdas ini’ puji Dominic yang kagum dengan kecerdasan Luvi.
“Kenapa kau tidak membawa buku tua si penyihir kemarin?”
“Itu namanya mencuri tuan” kilah Luvi.
“Toh semua sudah berantakan, tidak akan ada yang menangkap mu jika kau mengambilnya dari sana”
Tiba-tiba Dominic merebahkan tubuhnya di kasur mungil. Kedua tangannya di lipat tertindih dibelakang kepalanya.
“Hey tuan, itu kasurku. Apa anda mau tidur disana?” tanya Luvi sambil menurunkan pundaknya.
“Sebentar, aku hanya ingin mengendorkan otot kakiku” Dominic mulai memejamkan matanya.
“Ck!, tuan kenapa anda malah memejamkan mata … “ decak Luvi bingung akan tidur dimana, sementara ruangan itu sangat kecil.
Luvi menggeser kaki Dominic dan gadis itu duduk di pinggir kasur. Gadis itu membuka kunciran rambutnya, rambut Luvi tergerai indah. Ia menyisir perlahan rambut lurusnya, sambil menunggu Dominic beranjak dari kasurnya.
Dominic akhirnya bangkit dari berbaringnya. Ia duduk dan melihat gerai rambut Luvi yang indah, merah tua dan mengkilat. Harum rambutnya dapat diendus oleh Dominic.
Luvi yang tidak sadar, tiba-tiba terkejut ketika kepala Dominic ternyata sudah berada di belakang kepalanya, pria itu mencium kepala Luvi dengan mata terpejam.
“Tuan … “
“Harum … rambutmu harum” ucap Dominic dengan suara sangat pelan.
Dominic memeluk Luvi dari belakang, kepala pria itu dimiringkan kemudian ia menyingkirkan perlahan rambut Luvi di leher dan membuka celah agar ia bisa mencium leher gadis itu.
Dominic merebahkan dan membaringkan Luvi di kasur dengan perlahan, hingga mata bening gadis itu membulat.
Dominic mengurung tubuh Luvi di diantara kedua tangan pria itu. Mulut mungil Luvi menganga, menunggu dengan sedikit ketakutan, apa yang akan pria itu lakukan padanya.
“T-tuan”
Pandangan Dominic menatap manik mata Luvi yang biru nan indah. Wajah pria itu mendekat. Entah kenapa Luvi tidak memberontak, seolah ia juga terkena sihir pesona Dominic yang memang banyak meluluhkan hati wanita.
Kini wajah keduanya sangat dekat, hingga bibir mereka saling merapat. Perlahan Dominic mulai menikmati kelembutan bibir Luvi dengan tenang. Luvi yang berada di bawah pria itu juga seolah pasrah dan menerima lumatan hangat bibir Dominic, matanya terpejam, jemarinya perlahan menyentuh pipi pria itu.
Keduanya larut dalam permainan hasrat. Kini jemari Dominic merambah ke dalam pakaian Luvi, terus menanjak keatas ...
“Tuan … “
“Aah …“ Luvi mengigit bawah bibirnya yang telah terlepas dari lumatan Dominic.
“Sshh … “ Dominic menggigit telinga Luvi dengan pelan …
Jemari Dominic terus menjelajah hingga ….
“Aah, Tuan … ”
“Tuan!”
“TUAN! Sadarlah!”
BUG!
BUG!
“Aww!” pekik Dominic.
Dominic mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Luvi menggunakan bantal tidurnya,
Lamunan Dominic pecah seketika…
“Hey!, apa yang kau lakukan?!” Dominic menangkis pukulan bantal serangan Luvi dengan lengannya yang kokoh.
“Aku mau tidur!, kenapa anda malah tidur dikasurku, lalu anda juga mengerang seperti sapi, membuatku takut saja”
Dominic kemudian bangkit dari kasur kecil itu, lalu akan melangkah keluar.
“Itu bukan menggerang, tapi mendesah” ujar Dominic yang sedikit kecewa karena harus mengakhiri hayalannya.
“Sial, baru juga aku akan menikmati … “
“Apa tuan?”
“Tidak!, sudah tidur saja sana!” Dominic melangkah keluar kemudian menutup pintunya.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.