WORST PRINCE

Lucas berjalan dengan langkah percaya diri, meninggalkan balkon dan kembali memasuki istana.

Pikirannya berputar cepat, merencanakan langkah-langkah berikutnya.

Marina, yang baru berusia sepuluh tahun, dan pelayannya, Jorge, menunggu di aula besar, tempat mereka telah merayakan keberhasilan Lucas sebelumnya.

Ketika Lucas masuk, Marina berlari menghampirinya dengan semangat.

"Lucas, kamu hebat sekali tadi!" seru Marina dengan mata berbinar. "Kamu pasti akan menjadi pahlawan besar!"

Lucas mengangguk, menunjukkan senyum tipis. "Terima kasih, Marina. Tapi ini baru permulaan. Kamu harus segera kembali ke tempat ayahmu, dan bersiap untuk masuk Akademi tahun depan."

Marina mengangguk antusias. "Aku tahu! Aku akan berlatih keras supaya bisa sepertimu nanti!"

Jorge, yang berdiri tak jauh dari mereka, maju mendekat dengan penuh hormat. "Kami akan memastikan Marina tiba dengan selamat, Pangeran."

Lucas menatap Jorge dengan mata yang penuh determinasi. "Terima kasih, Jorge. Pastikan Marina tiba dengan selamat dan sampaikan salam hormatku kepada Duke Velmore."

Marina tersenyum lebar. "Aku akan bantu apa saja yang kamu butuhkan, Lucas, dari tempat ayahku. Jangan lupa kabari aku ya!"

Lucas menatapnya dengan tatapan lembut sesaat sebelum kembali pada ekspresi dinginnya. "Tentu, Marina. Dukunganmu sangat berarti."

Setelah Marina dan Jorge pergi, Lucas kembali ke kamarnya.

Malam itu, dia duduk di meja kerjanya, menulis rencana-rencana di sebuah jurnal.

"Fairris Beaumont, Karakter utama novel The greatest war against the devil.." Gumam Lucas sambil memandang jurnalnya. "Dia masuk akademi Kekaisaran tahun ini juga, kan?" lanjutnya.

Pikirannya melayang jauh ke depan, membayangkan pertempuran yang akan datang.

Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk. "Masuk," ujar Lucas tanpa menoleh.

Arthur masuk dengan penuh hormat, membawa nampan berisi minuman hangat. "Maaf mengganggu, Yang Mulia. Saya membawakan minuman untuk Anda."

Lucas menoleh, menatap Arthur dengan tatapan tajam namun tenang. "Terima kasih, Arthur."

Arthur meletakkan nampan di meja dan mundur beberapa langkah, menunggu instruksi lebih lanjut. "Apakah ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk Anda, Pangeran?"

Lucas menggeleng pelan. "Tidak untuk saat ini. Pastikan saja semuanya siap untuk keberangkatan kita ke Akademi."

Arthur mengangguk cepat. "Tentu, Yang Mulia. Saya akan memastikan semuanya sudah dipersiapkan dengan baik."

Setelah Arthur keluar, Lucas kembali fokus pada jurnalnya.

Dia menuliskan nama-nama potensial yang bisa menjadi sekutu atau lawan di Akademi.

Dia tahu, setiap langkah harus direncanakan dengan cermat.

Pagi harinya, Lucas bangun lebih awal dan langsung menuju ruang latihan.

Dia tahu bahwa persiapan fisik sama pentingnya dengan strategi.

Jessica sudah menunggunya di sana, bersiap dengan segala kebutuhan latihan. "Selamat pagi, Pangeran. Semua sudah siap," kata Jessica dengan penuh hormat.

Lucas mengangguk. "Baik. Kita mulai latihan hari ini."

Mereka berlatih dengan intens, memperkuat tubuh dan pikiran untuk menghadapi tantangan yang akan datang.

Lucas menjaga sikap dingin dan fokus, memberikan instruksi dengan tegas.

Setelah sesi latihan yang melelahkan, Lucas duduk beristirahat.

"Kita harus terus meningkatkan kemampuan kita," ujar Lucas sambil menghapus keringat dari dahinya.

Arthur mendekat, membawa handuk dan air minum. "Saya akan memastikan jadwal latihan Anda teratur, Pangeran."

Lucas menatap Arthur dengan tatapan yang penuh keyakinan. "Terima kasih, Arthur. Dukunganmu sangat berarti."

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan persiapan yang intens.

Lucas terus mengasah kemampuannya, memimpin timnya dengan disiplin dan visi yang jelas.

Setiap malam, dia melanjutkan perencanaannya, memastikan bahwa setiap detail sudah dipikirkan dengan matang.

Satu bulan kemudian, pendaftaran Akademi Kekaisaran dimulai.

Lucas berdiri dengan ekspresi yang percaya diri, dengan Arthur dan Jessica yang membawa barangnya.

Lucas melihat ke arah gerbang yang megah, penuh dengan determinasi.

"Ini saatnya," katanya dengan suara penuh keyakinan.

Mereka melangkah maju, memasuki Akademi dengan langkah yang angkuh dan percaya diri.

Dan dengan setiap langkah, Lucas semakin dekat dengan takdir yang telah dia rencanakan.

Akademi Kekaisaran adalah batu loncatan menuju masa depan yang penuh kemenangan dan perubahan besar.

Lucas tersenyum tipis. "Awal yang bagus.."