Achassia Alora adalah gadis misterius yang selalu menutupi identitasnya. Bahkan hampir semua orang di sekolahnya belum pernah melihat wajahnya kecuali beberapa guru dan kedua sahabatnya. Gadis yang di anggap miskin sebenarnya adalah cucu dari keluarga kaya raya yang terbuang. Begitu banyak rahasia yang ia sembunyikan, bahkan dari ibunya sendiri.
Setelah bertahun-tahun ia hidup tenang bersama ibunya, sang Kakek kembali datang dalam kehidupan mereka dan memburunya untuk kepentingan bisnisnya. Tentu saja Achassia selalu menghindar dengan cara apapun agar tidak tertangkap oleh Kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Selama beberapa hari ini Alin dan teman-temannya tidak menggangu Acha. Selagi ia tidak dekat-dekat dengan Kainoa, maka Alin tidak akan mengganggunya lebih jauh. Karena itu Acha sebisa mungkin menghindar dari cowok itu.
Saat ini mereka semua berkumpul di aula karena akan ada pengumuman. Kelas Acha dan Kainoa di gabung, membuatnya mau tak mau harus bertemu dengan cowok itu. Achassia mendengus kesal, tempat ini sangat luas tapi kenapa Kainoa sepertinya sengaja mendekati tempat duduknya.
"Sengaja banget sih mereka ke sini." Kesal Anya melihat Kainoa dan yang lainnya berjalan kearah mereka.
"Nanti kalau ketauan Alin, pasti Acha di gangguin lagi." Sahut Luna ikut kesal.
"Awas aja kalau sampe gangguin Acha lagi, gue tonjok sekalian mukanya." Ucap Anya mengepalkan tangannya.
"Muka siapa yang mau Lo tonjok?" Tanya Chaziel yang tiba-tiba sudah duduk di sebelahnya.
"Muka temen Lo." Jawab Anya melirik tajam kearah Kainoa.
Acha menarik tangan Anya. "Nya." Panggil Acha memperingati agar Anya tidak melewati batas.
Anya menatap Chaziel dan teman-temannya. "Lagian kalian ngapain sih sini? Bikin orang jadi kena masalah aja." Kata Anya membuat mereka mengerutkan keningnya tidak mengerti.
Acha langsung menarik tangan Anya, ia sudah berusaha memperingati gadis itu, tapi Anya masih saja tidak mau diam.
"Lo kenapa sih Nya? Kok sinis banget sama kita?" Tanya Chaziel membuat Anya membuang mukanya.
Tentu saja sikap Anya membuat kelima cowok itu bertanya-tanya, apalagi perkataan Anya, gadis itu bilang dia dan teman-temannya yang menyebabkan masalah untuk ketiga gadis itu. Memang apa yang mereka perbuat. Saat bertanya lagi, ketiga gadis itu kompak menutup mulutnya tidak mau menjawab ataupun mengatakan sesuatu.
"Perhatian semuanya, harap duduk yang tenang karena ada yang akan saya sampaikan." Ucap salah satu guru di depan sana.
"Mengenai kemping untuk kelas 11 yang akan di adakan 2 Minggu lagi akan di tunda menjadi bulan depan karena bertepatan dengan acara guru-guru." Lanjut guru itu membuat sorakan heboh para murid yang tidak terima.
"Sial." Ucap Acha kesal, tanpa sadar ia mengatakan itu cukup keras sampai di dengar Kainoa dan yang lainnya.
Waktu yang sudah ia tunggu-tunggu hampir satu bulan ini sia-sia. Kenapa harus di undur? Padahal Acha sudah tidak sabar untuk pergi ke New York, tapi semua gagal hanya dalam beberapa detik. Karena sudah terlanjur kesal, gadis itu langsung pergi meninggalkan aula.
"Acha kok keliatan marah banget ya?" Tanya Luna membuat Anya juga merasa bingung.
Anya menggelengkan kepalanya. "Gatau juga gue. Mending susulin aja deh." Ucapnya.
Kedua gadis itu berdiri hendak menyusul Acha, tapi begitu mereka sampai di pintu, suara guru yang di depan menghentikan langkah mereka.
"Kalian berdua, kembali ke tempat duduk." Ucap guru itu, mau tak mau Anya dan Luna kembali ke tempat duduknya.
Hal ini memang sudah jadi hal biasa, Acha bebas melakukan hal apapun tanpa ada yang melarang. Karena itu Acha bisa keluar dengan mudah tanpa harus di tegur guru.
Banyak murid yang tidak terima karena kempingnya di undur, para guru sampai kuwalahan karena suara mereka terlalu berisik.
"Tenang-tenang, saya belum selesai bicara." Ucap guru itu mencoba menenangkan para murid.
"Karena kempingnya di undur, saya akan menambahkan waktu kemping nanti menjadi 5 hari sebagai ganti atas kesalahan ini." Lanjut guru itu sontak membuat para murid bersorak gembira karena waktu kempingnya di tambah 2 hari.
Setelah pengumumannya selesai, Anya dan Luna segera keluar untuk mencari Acha. Sudah bisa mereka pastikan, jika Acha saat ini pasti ada di gudang belakang. Mereka berdua menerobos kerumunan dengan cepat agar Kainoa dan teman-temannya tidak bisa mengikuti mereka.
Anya dan Luna menghela nafas begitu melihat Acha sibuk dengan komputernya, mereka berdua sudah panik saat gadis itu tiba-tiba meninggalkan aula dengan raut wajah marah. Saat ini pun wajah Acha masih terlihat dingin, Anya mencoba mendekati gadis itu, setelah berada di belakang Acha, ia memegang pundaknya membuat Acha menoleh kearahnya.
"Lo kenapa? Tiba-tiba marah nggak jelas?" Tanya Anya, tapi Acha sama sekali tidak menjawab.
"Acha pengen banget ya pergi kemping, karena itu Acha marah pas waktunya di undur?" Tanya Luna, ia tidak tau Acha marah karena apa sampai jadi seperti ini.
Acha menghela nafas. "Yang penting buat gue cuma waktunya." Ucapnya, waktu yang ia tunggu harusnya hanya tinggal 2 minggu lagi.
Anya mengerutkan keningnya. "Maksud Lo?" Tanyanya tidak mengerti.
"Gue bakal kasih tau kalian nanti." Jawab Acha sekenanya, tidak mungkin ia memberitahu mereka alasan sebenarnya.
"Lo bilang yang penting cuma waktunya?" Tanya Anya membuat Acha mengangguk.
"Waktunya emang di undur, tapi kempingnya nanti jadi 5 hari." Lanjut Anya membuat Acha langsung menatapnya.
"Maksud Lo?" Tanya Acha.
"Sebagai ganti karena udah ngundur waktunya." Sahut Luna memberitahu.
"Beneran?" Tanya Acha membuat Anya dan Luna mengangguk.
"Mangkanya jangan kabur dulu." Ucap Anya memutar bola matanya malas. Selain merasa heran, ia juga merasa khawatir karena gadis itu pergi dengan wajah marah.
Luna menggaruk keningnya. "Emang Acha mau ngapain sih?" Tanyanya penasaran, karena Acha tidak gampang marah.
"Nanti aja gue kasih tau." Ucap Acha mengulang ucapannya tadi.
Anya mendengus. "Nanti kapan?" Tanyanya, membuat Acha mengendikkan bahunya.
Anya dan Luna menyerah, percuma saja mau bertanya berapa kali pun tidak akan pernah di jawab. Di rasa sudah tidak ada masalah, mereka kembali lagi ke kelas.
...🍃🍃🍃🍃🍃...
Hari ini adalah jadwal piket Acha, Anya dan Luna, karena itu mereka jadi yang paling terakhir yang keluar dari kelas. Setelah mengunci pintu kelas, mereka bertiga berjalan beriringan untuk segera pulang. Hari ini Acha akan ikut pulang dengan mereka berdua. Mereka melihat Alin dan teman-temannya di lorong, sepertinya Alin memang sengaja menunggu mereka.
Kali ini Anya tidak akan terpancing emosi lagi karena Acha memberitahunya jika itu tidak ada gunanya untuk melawan gadis seperti Alin. Tanpa rasa takut, ketiga gadis itu berjalan mendekat.
Dari arah lain, tanpa semua gadis itu sadarai, Kainoa dan teman-temannya melihat mereka. Tadi mereka ikut Arkan ke ruang OSIS lebih dulu untuk menunggu Arkan. Chaziel langsung menutup mulut Gavin begitu melihat keenam gadis itu yang sepertinya tidak akur. Mereka sengaja bersembunyi di balik tembok yang cukup jauh, walaupun mereka bisa melihat semuanya, tapi mereka tidak bisa mendengar apa yang para gadis itu bicarakan.
Alin dan kedua temannya menghadang Acha, Luna dan Anya. Mereka sudah tau hal ini akan terjadi, alasannya pasti karena Kainoa dan teman-temannya tadi duduk di dekat mereka.
"Udah gue peringatin jangan deket-deket Noa!" Ucap Alin membetak Acha.
"Tapi tuh cowok yang deketin temen gue, gimana dong?" Sahut Anya mengejek.
"Bangsat!" Teriak Alin tidak terima, ia hendak menjambak rambut Anya tapi gadis itu dengan cepat menghindar.
Anya melipat kedua tangannya. "Kenapa? Nggak di respon ya? Kasian." Ucap Anya semakin mengejek Alin.
"Tutup mulut Lo ya bangsat!" Bentak Alin marah, harga dirinya serasa di injak-injak oleh Anya.
Sedangkan Tania dan Dara tidak berani mengatakan sepatah kata pun semenjak kejadian di toilet. Mereka berdua masih takut dengan kejadian satu tahun yang lalu, meskipun itu hanya rumor.
"Nggak usah di ladenin, ayo pulang." Kata Acha pada Anya dan Luna.
"Gue belum selesai ngomong ya anjing!" Bentak Alin, tapi sama sekali tidak Acha hiraukan.
"Heh!" Karena begitu kesal, Alin menarik tangan Acha sampai gadis itu terhuyung.
Acha menghela nafas. "Minggir." Ucapnya berusaha sabar.
"Nggak, sebelum gue kasih pelajaran ke Lo!" Balas Alin tidak mau kalah.
Tatapan Acha berubah tajam. "Gue peringatin untuk terakhir kalinya. Minggir." Ucapnya menekan kata terakhir.
Alin menyadari jika tatapan Acha berubah, jujur ada rasa takut dalam dirinya, tapi ia tidak mau menyerahkan.
"Emang Lo mau apa, hah?" Tanya Alin menantang.
Tanpa banyak bicara, Acha merogoh saku Hoodie-nya dan mengeluarkan pisau lipat di kedua sisinya. Sontak Alin dan kedua temannya langsung berjalan mundur. Setelah tidak ada yang menghalangi jalannya, Acha pergi lebih dulu, setelah itu di susul Anya dan Luna.
Bukan hanya Alin dan kedua temannya yang terkejut, tapi Kainoa dan teman-temannya juga. Kelima cowok itu syok melihat kejadian tak terduga tadi.
