Nadif, seorang pria tampan berusia 30 tahun yang hidupnya miskin dan hancur akibat keputusan-keputusan buruk di masa lalu, tiba-tiba ia terbangun di Stasiun Tugu Yogyakarta pada tahun 2012- tahun di mana hidupnya seharusnya dimulai sebagai mahasiswa baru di universitas swasta ternama di kota Yogyakarta. Diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalunya, Nadif bertekad untuk membangun kembali hidupnya dari awal dan mengejar masa depan yang lebih baik.
Karya Asli. Hanya di Novel Toon, jika muncul di platform lain berarti plagiat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernicos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nadif - Bab 6: Flashback
14 Juni 2014, kehidupan Nadif sebelum reset.
Beberapa hari sebelum konser besar di kampusnya, Nadif dan Ryo duduk di kantin fakultas, menikmati makan siang mereka. Di belakang Nadif, sebuah poster mencolok terpampang di dinding kantin, menampilkan acara megah:
**HIMAKOM UI* Yogyakarta Proudly Present:**
Kampung Komunikasi 2014
Tiket konser Raisa & Sheila on 7
17 Mei 2014 at Lapangan Sepakbola Kampus UI*
Ryo melirik Nadif dengan semangat.
“Eh, lo mau ikut nonton konser ini nggak, Dif?” tanyanya sambil menunjuk poster.
Nadif menggeleng sambil menyeruput es teh.
“Gue nggak terlalu tertarik, Yo”
Ryo tampak kecewa.
“Ayolah, Nadif. Konser ini kan keren banget. Ada Raisa dan Sheila on 7. Gue udah lama pengen nonton mereka, tapi nggak ada temen.”
Nadif tetap menolak.
“Gue sih lebih suka yang tenang. Konser rame gitu bikin capek.”
Ryo mendekat, memelas dengan tatapan penuh harapan.
“Gue ngerti, tapi kali ini beda. Gue beliin tiketnya, gratis. Nggak ada yang bisa gue ajak, dan gue nggak mau nonton sendirian. Tolonglah, bro, gue udah nyoba ngajak orang lain tapi pada sibuk.”
Nadif menghela napas. “Lo beneran maksa deh yo. Oke deh, gue ikut. Tapi jangan berharap gue bakal terlalu excited.”
“Yess! Makasih, bro!” Ryo tampak lega dan langsung mengeluarkan tiket dari tasnya.
Namun, pada hari H, Ryo tiba-tiba jatuh sakit dan nggak bisa datang. Nadif yang sudah berencana untuk tidak pergi, akhirnya terpaksa berangkat sendirian.
"Wah sial, si Ryo malah sakit. Yaudah deh daripada tiketnya mubazir," pikirnya.
Saat konser berlangsung, suasananya sangat meriah. Lapangan sepakbola kampus dipenuhi oleh ribuan mahasiswa dan mahasiswi yang bersorak-sorai, menikmati penampilan Raisa dan Sheila on 7.
Musik yang menggelegar dan cahaya lampu panggung yang berkilauan memberikan kesan yang sangat hidup, namun Nadif merasa semakin canggung karena hampir semua orang datang berpasangan. Setelah beberapa saat, dia memutuskan untuk pulang lebih awal.
Saat berjalan ke parkiran, Nadif merasakan suhu yang semakin dingin. Dia menurunkan kepalanya, melawan angin malam yang menusuk kulit. Tiba-tiba, dia bertabrakan dengan seorang mahasiswi berhijab. Keduanya jatuh ke tanah dengan keras.
Buggg...
"Aduh"
Nadif terkejut dan segera bangkit, membantu mahasiswi itu berdiri.
“Maaf ya, Mbak. Nggak sengaja tadi saya jalan sambil nggak lihat-lihat. Mbaknya nggak apa-apa?”
Belum sempat mahasiswi itu menjawab, Nadif memperhatikan wajahnya dan terkejut.
“Wah, ini Vonzy!” batinnya.
Ternyata, cewek yang ia tabrak adalah Vonzy, mahasiswi Teknik Kimia yang selama ini ia kagumi diam-diam sejak ospek fakultas.
“Iya, nggak papa kok, Mas,” jawab Vonzy dengan suara lembut, memeriksa tasnya yang sedikit berantakan.
Nadif masih terkejut. “Beneran nggak papa?”
“Iya, Mas. Nggak apa-apa,” balas Vonzy sambil tersenyum tipis, tapi matanya tampak sedikit cemas.
Tiba-tiba, sebuah mobil sport berhenti tepat di samping Nadif dan Vonzy berdiri. Mobil itu adalah BMW Series terbaru yang baru dirilis di tahun 2012, mengkilap dan sangat mencolok dengan desainnya yang modern.
Dari dalam mobil, seorang pria tampan dengan penampilan mewah melirik ke arah mereka. Ternyata, pria itu adalah Kevin, pacar Vonzy.
Kevin menurunkan kaca mobil dan menatap Nadif dengan tatapan sinis.
“Yang, ada apa? Itu temen kamu?” tanyanya dengan nada penuh penghinaan, matanya menatap Nadif seolah-olah merendahkan.
Vonzy menjelaskan, “Nggak papa kok, tadi nggak sengaja tabrakan pas jalan. Udah beres.”
Kevin hanya melirik Nadif dengan tatapan meremehkan.
“Oh, gitu. Ya udah, yuk pulang.” Dia kemudian menginjak pedal gas, dan BMW-nya meraung keras sebelum melaju pergi, meninggalkan Nadif yang masih berdiri mematung.
Setelah mobil menghilang dari pandangannya, Nadif terdiam, masih terkejut. Dalam hati, dia membatin,
"Kenapa dari sekian banyak orang di konser ini, gue harus tidak sengaja bertabrakan dengan Vonzy?"
Setelah mengambil motor di parkiran dia kembali pulang ke kontrakan.
####
Kembali ke waktu sekarang di tahun 2012 setelah Reset.
Nadif duduk sendirian di kantin sambil meneguk es teh. Ryo datang dan duduk berhadapan dengannya.
“Eh, lo ngelamun aja, Dif! Kenapa, sih? Ada apa?” tanya Ryo, penasaran.
Nadif tersadar dari lamunannya dan tersenyum.
“Ah, nggak ada apa-apa, Yo. Lagi mikir aja,” jawabnya sambil mengerutkan dahi.
"Lo sering ngelamun akhir-akhir ini. Lagi ada masalah atau gimana?”
Nadif menghela napas.
“Ngga kok, sebenernya, gue baru dapet kesempatan kerja sama dengan Mas Bayu, produser musik di Jogja. Dia tertarik sama beberapa lagu yang gue buat. Kemarin gue sempat rekaman di studionya.”
Ryo mengernyitkan dahi, penasaran.
“Wah, serius? Gimana tuh hasilnya?”
“Mas Bayu suka sama lagu gue. Dia pengen gue nyanyiin sendiri. Katanya, suara gue unik,” jawab Nadif dengan semangat.
Ryo tersenyum.
“Keren, bro. Jadi lo bakal punya single sendiri dong?”
“Iya, kalau semuanya lancar. Gue juga lagi fokus bikin konten di Yo*Tube. Gue berusaha biar ada pemasukan tambahan,” jelas Nadif.
Ryo mengangguk. “Ngomong-ngomong, lo butuh uang buat apaan sih?
Nadif sedikit ragu, lalu menjelaskan. “Gue butuh modal besar buat beberapa rencana ke depan. Gue pengen semua ini sukses dan bisa mencapainya.”
Ryo tampak penasaran.
“Rencana apaan?”
Nadif tersenyum. “Ada deh, kepo amatt”
“Ayolah, Dif, jangan gitu. Gue juga pengen bantu lo. Kalau lo butuh sesuatu, bilang aja. Gue tahu lo pasti bisa.”
Nadif tertawa ringan. “Gue makasih banget, Yo. Cuma gue mau semuanya ini sukses dengan usaha sendiri.”
Dalam hati, Nadif membatin, “Gue bakal butuh modal besar untuk melakukan investasi yang tepat pada beberapa hal. Gue ingat keuntungannya bakal melambung tinggi seperti di kehidupan sebelumnya. Gue nggak mau melewatkan kesempatan ini. Gue yakin ini bakal bikin gue kaya.”
####
Beberapa minggu setelahnya, Channel Yo*Tube Nadif mulai naik dan banyak mendapat tambahan subcriber. Juga dia mendapatkan kabar baik dari Mas Bayu. Nadif sedang duduk di kantin fakultas, memeriksa ponselnya saat pesan dari Mas Bayu masuk.
**Pesan Mas Bayu:**
“Hey Nadif, bisa mampir ke studio gue hari ini? Ada yang pengen gue omongin.”
Nadif membaca pesan itu dan merasa berdebar. Dia langsung membalas.
“Halo Mas Bayu, bisa banget. Jam berapa?”
Mas Bayu membalas cepat.
“Sekitar jam 4 sore. Sampai ketemu di studio!”
Saat sore hari tiba, Nadif menuju studio Mas Bayu di Jogja Kota. Suasana studio terasa sangat profesional dengan peralatan musik modern dan beberapa penghargaan di dinding. Mas Bayu menyambutnya dengan senyum lebar.
“Hey Nadif, selamat datang!” sapa Mas Bayu dengan semangat, sambil mengulurkan tangan.
“Terima kasih, Mas Bayu. Senang bisa datang ke sini,” jawab Nadif, sedikit gugup tapi antusias.
Mas Bayu mempersilakan Nadif duduk di ruang tunggu studio.
“Gue udah denger semua konten lo. Kualitasnya keren banget. Lo punya potensi besar,” kata Mas Bayu, sambil menyiapkan beberapa dokumen.
Nadif tersenyum, tapi merasa sedikit segan.
"Makasih banyak, Mas. Gue cuma berusaha keras buat ngasih yang terbaik. Jadi, apa yang harus gue lakuin sekarang?”
“Gue mau ngajak lo rekaman single baru. Kita bakal mulai proses produksi dan nulis lirik baru. Gue udah siapin beberapa konsep yang bisa kita coba,” jelas Mas Bayu, menunjukkan kontrak di mejanya.
Nadif tampak senang.
“Wah, itu keren banget, Mas. Gue siap banget buat mulai.”
“Bagus. Kita bakal take kontrak resmi hari ini, dan mulai rekaman minggu depan. Ada beberapa detail yang perlu kita bahas dulu,” ujar Mas Bayu sambil menunjukkan kontrak.
Nadif memperhatikan kontrak tersebut dengan seksama.
“Oke, gue baca dulu ya, Mas.”
Mas Bayu menjelaskan.
“Di kontrak ini, ada hak cipta, royalti, dan jadwal produksi. Gue yakin kerjasama ini bakal bikin lo melangkah jauh."
Nadif mengangguk.
“Oke, semuanya jelas. Gue siap tanda tangan.”
Mas Bayu tersenyum puas.
“Bagus. Setelah kontrak ditandatangani, kita akan mulai eksplorasi konsep musik. Lo bakal bawa sesuatu yang fresh dan unik.”
Nadif merasa semakin bersemangat, meski masih merasa sedikit canggung.
“Gue sangat berterima kasih, Mas Bayu. Gue benar-benar menghargai kesempatan ini.”
Mas Bayu memberikan tepukan di bahu Nadif.
"Sama-sama, Nadif. Gue yakin ini bakal jadi langkah besar buat lo. Kita bakal bikin sesuatu yang keren.”
Setelah menandatangani kontrak, Nadif dan Mas Bayu diskusi lebih lanjut tentang konsep musik dan ide-ide kreatif. Mas Bayu menunjukkan beberapa referensi, sementara Nadif memberikan masukan dan ide-ide barunya.
“Gue pikir kita bisa bikin sesuatu yang lebih personal. Mungkin ada elemen-elemen baru yang bikin musiknya beda,” usul Nadif.
Mas Bayu mengangguk.
“Setuju banget. Ide lo keren. Kita bakal mulai eksplorasi dan lihat kemana arah musik kita.”
Nadif merasa semakin bersemangat dengan setiap detik yang berlalu.
“Gue nggak sabar buat mulai. Terima kasih banget, Mas Bayu, atas kesempatan ini."
”Mas Bayu tersenyum lebar.
“Sama-sama, Nadif. Gue yakin kita bakal bikin sesuatu yang spesial. Lo siap buat melangkah ke level berikutnya.”
Kita sebagai pembaca seolah dibawa oleh penulis buat ngerasain apa yg Nadif alamin. Keren bangettt 🌟🌟🌟🌟🌟
semangat berkarya ya thor🙏🏽
#Gemes aku bacanya klw MC-nya Naif kaya gini.
Harusnya MC lebih Cool dan benar2 fokus memperbaiki diri, bahagiain keluarga, memantapkan karirnya. Jangan diajak2 RUSAK, malah mau...🙄