DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM22
"Dengar Damar, kau tidak perlu repot-repot lagi mencari ku ataupun menafkahi aku. Aku tidak lagi membutuhkan hal itu. Sekarang kau silahkan fokus pada istri baru mu dan juga CALON ANAK MU, karena aku juga akan fokus untuk segera menggugat cerai dirimu!"
KLONTANG!
Sendok ditangan Gavriil tiba-tiba terlepas begitu saja, saat ia mendengar Hana akan menggugat cerai Damar.
"Kenapa lo, Gav?" David melongo heran.
"Tremor dadakan," jawab Gavriil singkat.
Sementara di ujung telepon, Damar menajamkan indera pendengaran nya. Rahangnya mengeras, giginya bergemeretak.
"Kau sedang bersama Gavriil?!" bentak Damar, dadanya memanas.
"Ya benar, lebih tepatnya bersama Monica, David dan Gavriil. Why?" sinis Hana.
"Jadi kau menghancurkan rumah kita karena hanya ingin bebas lagi menjadi wanita murahan?! Ingin menjadi jalang?! Begitu?!" Damar tertawa miris.
"No, no! Off course no! Aku menghancurkan rumah itu, bukan karena ingin menjadi seperti yang kau tuduhkan. Melainkan karena ibu dan mbak mu yang begitu serakah! Apa kau tau dua manusia berotak dangkal itu meribut-ributkan tanah mereka dan memaksa aku untuk membayar tanah tak seberapa itu? Jika aku tak membayar, mereka meminta aku untuk angkat kaki dari rumah ku! Mereka ingin tanah? Akan aku berikan, tapi, tidak dengan rumah yang sudah ku bangun dengan hasil keringatku sendiri!" Hana menggeram, menahan emosi.
Damar tertawa sinis. "Mana mungkin mereka setega itu mengusirmu, mereka hanya menggertak mu saja, Hana. Kenapa begitu? Karena mereka kesal melihat keangkuhan mu. Akhir-akhir ini kau begitu angkuh dan jadi pembangkang, wajar jika ibu dan mbak ku menakut-nakuti dirimu seperti itu."
"Ternyata kau tak jauh beda, Damar. Otak mu sama dangkal nya dengan dua anggota keluarga mu itu!" desis Hana.
Dada Damar kembali bergemuruh, ia tak terima dikatai dangkal oleh Hana. Apalagi harus disaksikan oleh teman-teman sang istri.
"Aku sudah lama bersabar menghadapi mu, Hana. Kau ingin cerai dariku? Kau pikir, jika bercerai denganku, akan ada yang mau menerima semua sifat-sifat burukmu? Memangnya ada pria yang sudi menikah dengan wanita pemalas, hobby membangkang, lebay, cengeng, boros dan tidak pernah bersyukur seperti mu?" Damar berusaha menyerang mental Hana.
Hana terhenyak, dadanya sesak. Ia tak menyangka, Damar bisa mengucapkan kalimat-kalimat tak masuk akal seperti itu. Wanita itu menggigit ujung bibirnya, hingga darah segar mengalir di sudut bibir mungil itu.
"Pemalas?" lirih Hana. "Enam tahun kita menikah, enam tahun juga aku selalu bangun sebelum kamu bangun. Aku mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dari pagi hingga bertemu malam!"
"Itu memang tugas seorang istri!"
"Itu tugas bersama! Itulah kenapa disebut dengan rumah tangga! Tapi, memangnya kaum patriarki seperti mu bisa mengerti tentang hal ini?" Hana tersenyum remeh, meskipun Damar tak dapat melihat ekspresi nya.
"P-patriaki?!" Damar tak terima.
"Sudahlah, Damar. Sudahi saja pembicaraan ini. Terimakasih karena sudah menghubungi ku dan menyadarkan aku. Meskipun terlambat, setidaknya aku sadar bahwa selama enam tahun ini aku telah salah memilih pasangan hidup," lirih Hana dengan suara bergetar.
"Salah pilih pasangan? Waaah! Kau benar-benar ya, aku tidak menyang-"
"Lelah ku dianggap malas, bicara ku dianggap membangkang, sakit hati ku dianggap lebay, tangis ku dianggap cengeng, kebutuhan ku dianggap boros, dan ... keluh kesah ku dianggap tidak bersyukur. Apa semua itu kurang untuk mendefinisikan jika aku salah memilih pasangan?!"
Di ujung sana, Damar berdecak kesal. "Hanabi! Tutup mulutmu, jangan bicara omong kosong!" bentak Damar semakin gusar.
"Kau lah yang harus menutup mulut busukmu hey pria bajingan, kotor, laknat, kadal, buntung, kadas, kurap! TUNGGU SAJA SURAT GUGATAN CERAI DARI KU!"
TUTTTT!
TUTTTT!
TUTTTT!
Hana membanting ponselnya ke atas meja makan setelah memutuskan sambungan telepon yang sudah mengacak-acak emosinya.
Suasana menjadi hening, Gavriil dan Monica bungkam dengan tenang. Namun, berbeda dengan David, pria itu bungkam dengan wajah meringis kesakitan. Di bawah meja, rupanya Monica sengaja mencubit kuat paha David, guna menahan pria itu agar tak melontarkan pertanyaan konyol pada Hana.
Namun, David tetaplah David. Meskipun didera rasa sakit, pria itu tak mampu menahan rasa penasaran nya.
"H-han!" panggil David.
Hana melirik dengan wajah bertekuk.
"Emangnya, Damar beneran kadas kurap-WUADUUUWWWW!"
Suara David melengking saat jemari Monica berputar 360° di pahanya.
"Sakit, Mon!" rengek David.
Hana menatap David sembari tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Wanita yang masih dongkol itu memilih meninggalkan ruangan makan, guna menenangkan hati yang nestapa.
Hana berjalan dengan langkah gemetar, tubuhnya terasa menggigil. Kondisinya semakin tidak fit.
Terbayang-bayang kembali kalimat Damar yang menusuk-nusuk hatinya, air mata Hana jatuh tak terbendung.
'Ah, Tuhan. Hadiah apa yang hendak kau berikan kepada ku sampai-sampai aku harus merasakan sakit yang luar biasa seperti ini?' Hana bermonolog di dalam hati sembari mengusap air bening yang membasahi kedua pipi.
"Ugh! Perutku keram sekali ...!" jemari indah itu mencengkram erat perut rampingnya.
Hana limbung, keringat dingin menetes dari wajahnya. Dunia wanita itu terasa berputar-putar, pandangannya mendadak gelap.
BRUGH!
*
*
*
Up tipis-tipis ya 🥰 Malam kalau keburu, Author up lagi 🙃
Jangan lupa tinggalkan jejak like & komentar, biar Author haha hihi bacanya 😆
tapi tetap semangat y Thor buat cerita ny yg lbih bagus lgi👍😘
lanjutkan pokoknya😆😆😆
bener tuh kata David🤭😆😆😆