Savira tidak sengaja bertemu dengan seorang pemuda. Dia menolongnya sampai membiarkan dia tinggal di rumahnya. Namun, seiring waktu berjalan, dia merasakan hal berbeda dengan pemuda ini. Hingga benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya.
Namun, mengetahui jika pemuda yang dia tolong ternyata bukanlah orang biasa. Dia adalah seorang pewaris utama dari Perusahaan besar tempatnya bekerja.
Bagaimana setelah ini? Savira hanya merasa dibohongi oleh pemuda itu. Apa dia akan memaafkannya? Atau mungkin segala rintangan akan membuat dia menyerah begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Bingung Dengan Keputusannya
Savira benar-benar menikmati waktu liburannya di Rumah Kak Mena. Seharian hanya membantu Kak Mena untuk mengasuh Megan. Dan hal itu cukup membuatnya lupa akan semua masalah yang ada. Meski begitu, pikirannya tetap kacau.
"Dek, nih ada sisa kue dari yang Kakak buat tadi"
Kak Mena datang menghampirinya yang sedang duduk di teras rumah dengan menggendong Megan. Savira tersenyum, dia mengambil sepotong kue yang di bawa oleh Kakaknya itu.
"Kak, selama disini Kakak selalu buat pesanan catering dan kue juga? Terus Megan gimana?"
"Em, biasanya kalau pesanannya dari lokasi cukup jauh, Kakak bakal pakai jasa ojek online aja. Tapi kalo dekat suka antar sendiri, Megan biasa di titipkan sama Bibi"
Savira mengangguk mengerti, dia menatap ke arah halaman rumah yang tidak terlalu luas, namun terawat. Ini adalah rumah peninggalan orang tua Mena.
"Dulu, pertama kali bertemu dengan Kak Ganang, di Kota ini 'kan Kak?"
Kak Mena langsung tersenyum, masih teringat jelas bagaimana pertemuan pertama dirinya dengan mendiang suaminya. Ganang yang sedang ada pekerjaan di Kota ini bersama Bosnya, tidak sengaja bertemu Mena. Hingga akhirnya mereka mempunyai perasaan yang sama dan sampai menikah. Kak Mena yang langsung di bawa ke Ibu Kota setelah menikah. Tidak pernah menyangka jika usia pernikahan hanya akan bertahan satu tahun saja, karena suaminya yang lebih dulu di panggil Tuhan.
"Mas Ganang itu, adalah laki-laki baik yang bisa menghargai wanita. Makanya Kakak jatuh cinta padanya. Apalagi setelah Kakak tahu jika dia yang merawat kamu sejak orang tua kalian meninggal. Semakin kagum saja Kakak padanya"
Savira ikut tersenyum, bayangan bersama dengan Kakaknya, memang tak akan pernah hilang. "Dia memang begitu baik, Kak. Aku beruntung punya Kakak sebaik dia dan bisa bertanggung jawab"
"Oh ya Dek, kamu datang kesini apa Shandy tahu?"
Savira langsung terdiam mendengar itu, bingung harus menjelaskan darimana. Sementara dia saja masih belum mengerti dengan keputusannya ini. Entah itu yang terbaik, atau bukan.
Kak Mena langsung meraih tangan Savira, mengenggamnya dengan lembut. Mulai menyadari jika ada yang berbeda dari ekspresinya itu.
"Ada apa? Kalau ada masalah, cerita sama Kakak"
Savira menghela nafas pelan, dia menunduk dan mengelus lembut kepala Megan dalam gendongannya. Masih bingung harus menjelaskan darimana dulu.
"Kak, apa sudah menerima tentang kecelakaan yang membuat Kak Ganang meninggal?"
Kak Mena langsung mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan Savira yang tiba-tiba bertanya seperti itu. Padahal biasanya mereka berdua sudah biasa untuk tidak membahas hal itu lagi, karena hanya akan menyakitkan saja.
"Bisa, tidak bisa, Kakak tetap harus terima. Hanya saja Kakak ingin tahu siapa penabrak itu? Kenapa sampai sekarang dia tidak pernah mau menunjukan wajahnya. Kakak hanya ingin meluapkan emosi saja, semuanya masih terlalu menyakitkan, Dek. Kita baru saja mendapatkan kabar baik setelah menikah satu tahun, dan Kakak sedang hamil, hal yang harusnya menjadi kebahagiaan terbesar untuk kita. Tapi semuanya tidak seperti itu"
Savira menatap Kak Mena yang bercerita dengan berapi-api, bahkan dia yang sudah menahan tangisan. Dan itu juga yang Savira rasakan saat mengetahui kenyataannya. Dan sekarang entah akan seperti apa Kak Mena bersikap ketika dia juga tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kak Mena, jika sebenarnya penabrak Kak Ganang berkaitan dengan orang yang kita cintai, bagaimana?"
Disini, Mena malah semakin bingung untuk pertanyaan Savira. Kenapa tiba-tiba dia bertanya tentang hal seperti ini.
"Maksud kamu? Memangnya kamu sudah tahu siapa penabraknya?"
Savira menundukan wajahnya, air mata menetes begitu saja. Sesungguhnya dia juga bingung bagaimana cara bicara pada Kak Mena tentang ini.
"Sebenarnya Kakaknya Shandy yang sudah menabrak Kak Ganang. Aku juga baru tahu sekarang"
Deg,, Kak Mena langsung terdiam dengan begitu terkejut. Menatap Savira dengan tidak percaya atas ucapannya barusan. Karena sampai saat ini Mena masih belum tahu tentang siapa Shandy sebenarnya. Tentang identitasnya itu.
"Maksudnya gimana, Dek? Memangnya kamu sudah tahu siapa keluarga Shandy?"
Tangisan Savira pecah begitu saja, dia sudah banyak dibohongi oleh pria itu dan dia masih bisa menerimanya jika hanya tentang identitas itu. Namun, kali ini tolong beri dia waktu, karena terlalu mengejutkan baginya.
"Kak, sebenarnya Shandy adalah cucu dari Pak Ketua. Pemilik Perusahaan tempat aku bekerja"
Kak Mena terbelalak kaget mendengar itu, dia sama sekali belum tahu tentang hal ini. "Dek, kamu gak sedang bercanda 'kan? Bagaimana bisa?"
Dan semua cerita itu mengalir begitu saja. Menceritakan tentang bagaimana awal dia mengetahui identitas Shandy yang sebenarnya. Sampai hari kejadian dia bertemu dengan Kakek dan Papanya Shandy yang membahas tentang kecelakaan yang menimpa Kakaknya.
"Ya Tuhan, kenapa bisa seperti ini? Dek, kamu bagaimana sekarang? Perasaan kamu pasti terluka sekali"
Kak Mena langsung merangkul bahu Savira. Bisa ikut merasakan apa yang dirasakan adiknya sekarang.
*
Gilang masuk ke dalam kamar sepupunya ini. Melihat Shandy yang duduk bersandar di atas tempat tidur dengan selang infusan yang terpasang, juga beberapa alat medis yang terpasang di tubuhnya. Wajah pucat dengan tatapan kosong. Sungguh Gilang saja tidak tega melihatnya.
"Shan, kenapa lo gak mau di bawa ke Rumah Sakit aja? Setidaknya kalo lo gak mau berobat ke Luar Negeri, lo harus mau ke Rumah Sakit"
"Gak perlu Lang. Lagian udah capek juga. Pergi ke Rumah Sakit atau tidak, tetap aja gue bakal mati juga"
Gilang menghembuskan nafas kasar, dia duduk di pinggir tempat tidur. Menatap prihatin pada sepupunya ini. "Lo masih bisa buat kuat dan bertahan, Shan. Jangan nyerah gitu aja, lagian lo belum tahu alasan jelas Savira ninggalin lo 'kan"
Sampai saat ini bahkan belum ada yang memberitahu Shandy tentang kebenaran yang ada.
Pintu ruangan terbuka, Erlangga masuk ke dalam Kamar. Melihat keadaan adiknya yang seperti ini, dia juga tidak bisa hanya tinggal diam.
"Gue udah lihat kalau dia ambil cuti tahunan. Dan pas cari ke Rumahnya, dia gak ada disana. Kira-kira lo tahu dia bakal pergi kemana kalau liburan seperti ini? Gue sedang berusaha mencari wanita lo itu"
Shandy langsung menatap Kakaknya, dia berpikir keras kemana Savira pergi saat dia sedang mengambil cuti seperti ini.
"Mungkin ke Kota tempat Kakaknya berada"
"Dimana itu?"
Shandy mengingat-ngingat lagi, sampai dia baru sadar sesuatu. "Loh, dia tinggal di Kota yang sama tempat lo menjalani Perusahaan. Iya benar, kota itu"
"Ck, kenapa gak bilang dari awal"
Erlangga mulai bisa mencari tahu dimana keberadaan Savira. Dia harus membantu mengembalikan semangat hidup adiknya. Dia harus bisa sembuh.
"Pokoknya lo harus sembuh, karena gue gak mau ngurusin Perusahaan yang disini"
Shandy langsung memutar bola mata malas, memang itu tujuan utama Kakaknya. Bukannya saling berebut untuk jadi pewaris utama, ini malah tidak mau dan saling menuduh satu sama lain untuk dijadikan pewaris Perusahaan utama.
"Serah lo deh Kak"
Bersambung
Semangat Shandy 💪💪💪💪💪
lanjut ya kak tetap semangat
Berdamailah dg keadaan. Bantu Mena menerima garis Tuhan, bukan malah SPT itu
Ikhlaskan yg terjadi. bangun masa depan yg lebih baik tuk dirimu, keponakanmu bahkan mungkin juga tuk Kakak Iparmu. bisa jadi jodoh Mena dg Ganang hanya 1 th, jodohnya sampai justru bersama Langga. bukankah Mena kenal baik dg Erlangga pelanggan cateringnya ?