Aruna dan Melvin yang kembali di pertemukan setelah 8 tahun. Mereka dulu 1 sekolah dengan Melvin adalah senior Aruna.
Setelah 8 tahun mereka kembali di pertemukan dengan keadaan yang berbeda. Melvin menjadi seorang aktris terkenal dan Aruna yang menjadi sutradara.
Tetapi ada scandal masa lalu dalam hubungan mereka yang belum selesai. Tentang kedekatan mereka dulu dan kenapa berpisah. Setelah sekian lama di pertemuan kembali dan Aruna yang sudah bersama seorang anak laki-laki berusia 8 tahun.
Bagaimana kah cerita di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Menghindar
Flashback of
Aruna masih melihat bagaimana wajah Karina yang ternyata tidak berbeda seperti dulu. Wajah itu terlihat menakutkan dan tanpa Aruna sadari Karina tiba-tiba melihat ke arahnya Aruna yang sadar langsung membalikkan tubuh dengan cepat.
Dia seakan tidak ingin saling bertatapan dengan wanita itu. Karina mengkerutkan dahi yang cukup heran melihat wanita yang berjarak 12 m dari tempatnya berdiri. Dia juga memperhatikan Aruna yang hanya terlihat punggungnya saja.
"Nyonya, Melvin ayo silakan nikmati makanannya dan semoga semua ini Nyonya sukai dan bisa nyaman di pesta saya," ucap Monica yang pasti bersikap sangat ramah kepada tamu istimewanya itu.
Karina hanya mengangguk saja dan kembali menoleh ke arah Aruna yang semakin penasaran dengan Aruna.
Karina terlihat begitu serius pada gadis yang tadi melihat dirinya dan tiba-tiba membalikkannya tubuh. Hal itu memang sempat di lihat Karina. Tetapi Karina tidak sempat melihat wajah Aruna. Karina tidak peduli dan kembali berbincang-bincang dengan Monica.
Aruna yang langsung meninggalkan tempat tersebut yang menghampiri putranya dan juga Mila.
"Mama dari mana saja sih?" tanya Rain.
"Mama tadi menemui teman Mama," jawab Aruna dengan wajah tampak resah.
"Aruna, Mama sebaiknya menunggu di mobil saja ya, Mama benar-benar sangat tidak nyaman di acara pesta ini," ucap Mila.
"Mah! tidak enak dengan bu Monica," ucap Aruna.
"Mama pamit saja. Soalnya Mama tiba-tiba saja pusing," Mila terus saja memberikan alasan.
"Sudahlah Mah! biarkan saja Nenek pergi. Mama tidak kasihan apa melihat Nenek," sahut Rain berpihak pada Mila.
"Ya sudah kalau begitu mama mau tunggu di mobil atau mau pulang?" tanya Aruna memberikan pilihan.
"Mau pulang!" Mila dengan cepat memberikan jawaban.
Aruna menghela nafas, Dia sudah tahu jika mamanya itu hanya berpura-pura saja lemas dan tidak enak badan agar pulang.
"Baiklah kalau begitu biar Aruna pesankan taxi saja," sahut Aruna. Mila mengangguk dengan semangat.
"Rain tunggu sebentar di sini ya," ucap Aruna.
"Baik, Mah! Nenek langsung istirahat kalau sudah sampai ya," ucap Rain berpesan.
"Iya Rain. Rain juga pulangnya jangan lama-lama. Langsung ajak mama kamu pulang kalau sudah malam!" titah Nenek.
"Pasti Nenek!" sahut Rain dengan mengangguk.
Aruna dan Mila langsung pergi. Aruna harus di buat ribet dengan sang Mama yang banyak alasan. Dari pada mulutnya terus mengoceh. Jadi lebih baik Aruna menuruti saja perintah mamanya itu
Setalah memesankan taksi dan memastikan Mila masuk ke dalam Taxi tersebut. Aruna yang kembali ke dalam lokasi pesta. Aruna menghampiri tempat di mana tadi dia meninggalkan Rain dan ternyata sudah tidak ada Rain di sana.
"Kemana Rain!" Aruna yang langsung panik dengan kepala berkeliling melihat di orang-orang di sana.
Sama sekali tidak ada Rain yang membuat perasaan Aruna jadi kalang kabut. Apalagi pesta itu sangat ramai dan banyak orang yang pasti tidak ada yang satupun yang dikenali Rain.
Aruna dengan wajah penuh khawatir yang mencari-cari.
"Giselle kamu lihat Rain tidak?" tanya Aruna panik yang tidak sengaja berpapasan dengan Giselle.
"Tidak! sejak tadi sini dan tidak melihat Rain, aku juga tidak melihat kamu membawa Rain," jawab Giselle.
"Tadi aku datang bersama Rain dan sekarang aku tidak tahu di mana Rain. Aku baru saja meninggalkannya sebentar," ucap Aruna panik.
"Aruna tenang dulu jika panik seperti ini Kamu tidak akan menemukan Rain. Kita cari ya!" Giselle yang sangat mengerti dengan sahabatnya itu kalau sudah tentang anak pasti paniknya akan berkali-kali lipat.
Mereka berdua akhirnya mencari Rain dan sampai akhirnya langkah Aruna terhenti ketika dari kejauhan melihat putranya yang berbicara dengan seseorang yang sedang berjongkok di hadapannya.
"Rain..." lirih Aruna dengan menghela nafas yang benar-benar merasa lega akhirnya menemukan Rain. Giselle yang ikut mencari Rain juga lega.
Aruna langsung menghampiri Rain yang berdiri di belakang pria tersebut.
"Rain!" panggil Aruna membuat Rain menoleh.
"Mama!" sahut Rain.
Pria yang berjongkok itu menoleh ke belakang yang membuat Aruna kaget yang tak lain adalah Melvin. Melvin langsung berdiri dan sementara Rain menghampiri Aruna.
"Mama tadi Om itu sudah membantu Rain. Rain ingin mengambil makanan dan langsung diambilkan Om itu, soalnya sangat tinggi dan Rain kurang tinggi untuk mencapainya," ucap Rain.
"Mama menyuruh kamu untuk tetap menunggu di sana dan kenapa harus pergi?" tegur Aruna yang marah. Wajahnya juga terlihat begitu serius yang membuat Rain sudah tahu jika dia dimarahi.
"Aku yang membawa dia untuk kemari. Aku menawarkan makanan yang lain," sahut Melvin yang membela Rain.
"Kau seharusnya tidak melakukan hal itu," Aruna yang tidak suka dengan tindakan Melvin.
"Mama maafkan Rain. Rain tidak mendengarkan mama dan janji tidak akan melakukan hal itu lagi. Tetapi jangan marah pada Om itu. Om itu tidak salah apa-apa," ucap Rain dengan suaranya yang pelan.
"Lain kali jangan mendekati putraku!" tegas Aruna yang langsung pergi membawa Rain.
"Jangan mendekati, memangnya aku mau ngapain hanya berbicara saja tidak bisa. Anaknya begitu lembut berbicara dan sangat manis. Tetapi dia sangat judes dan wajahnya begitu garang," gerutu Melvin dengan merocos yang sedikit kesal dengan kata-kata Aruna.
Acara pesta yang belum usai. Tetapi Aruna harus pulang karena Rain juga sudah lelah dan bahkan sampai tertidur di gendongan Aruna. Walau bertubuh kecil tetapi Aruna sangat kuat menggendong putranya yang tertidur di bahunya itu.
"Aruna kamu mau pulang?" langkah Aruna terhenti ketika ditegur oleh Monica. Aruna melihat ke arah Monica yang ternyata tidak hanya sendiri melainkan ada Karina.
Tadi Aruna menghindari wanita itu dan sekarang berpapasan dengan jarak yang cukup dekat dengan Karina. Karina yang sembari minum melihat ke arah Aruna.
"I-iya Bu. Rain sudah tidur dan kasihan jika dipaksakan di sini," jawab Aruna yang sedikit gugup berbicara di depan Monica dan sangat tidak berani melihat Monica.
"Ya udah kalau begitu kalian hati-hati. Makasih juga kamu sudah meluangkan waktu untuk datang ke tempat saya dan salam untuk mama kamu," ucap Monica.
Aruna menganggukan kepala dan sebelum pergi dia juga menundukkan kepala termasuk kepada Karina. Tetapi Karina begitu sangat memperhatikan Aruna lagi dan lagi dia merasa telah mengenal wanita ini.
"Aku melihat saat promosi film Melvin, yang merupakan salah satu sutradara di perusahaan kamu?" tanya Karina memastikan
"Benar Nyonya, namanya Aruna dan cukup lama bekerja di Perusahaan saya, dia juga sangat berbakat selain jadi asisten sutradara dia juga penulis skenario dan juga terkadang menggantikan sutradara handal untuk melakukan take syuting," jawab Monica.
Monica memang selalu membicarakan Aruna yang baik-baik dan memuji Aruna pada orang lain. Lain jika ada Aruna yang pasti terlihat sebagai bos yang galak dan bahkan selalu merasa kurang. Tetapi bukankah lebih baik seperti itu daripada bos yang membicarakan jelek anak buahnya di belakang dan hanya berbicara manis di depan anak buahnya.
"Dia sudah menikah?" tanya Karina yang tiba-tiba saja sangat penasaran.
"Iya. Aruna menikah di usia muda dan yang digendong tadi adalah putranya, Saya juga tidak tahu usia putranya berapa. Tetapi yang saya tahu putranya sangat pintar," jawab Monica.
"Begitu kah!" sahut Karina yang tidak mengatakan apa-apa lagi dengan ekspresi yang tidak terbaca.
Bersambung