(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Rencana Berhasil
"Oh My God!" Luc terperanjat saat melihat sesuatu benda aneh tergeletak di dalam lemari kecil itu. "Kenapa bentuknya seperti..." Luc tidak melanjutkan perkataannya\, karena kedua matanya fokus pada benda panjang yang bentuknya menyerupai alat v*tal pria dewasa. "Oh\, shiit! Ini dild*." Luc mengumpat akan tetapi tangannya gatal\, dan penasaran untuk memegang benda tersebut.
Luc mengerutkan keningnya namun kedua matanya masih menatap penasaran pada benda yang sudah di tangannya. Ia memperhatikan detail benda tersebut, kemudian menakan tombol 'on' yang tersedia di pangkal benda itu.
"Oh!" Luc terkejut ketika ia menekan tombolnya, benda tersebut langsung bergerak memutar seperti ulat bulu yang sedang kepanasan.
"Nona!" Bersamaan dengan hal itu, Arion memasuki kamar mandi, dan mendekati Luc. Kedua mata Arion membulat sempurna saat melihat benda yang dipegang nona mudanya itu, "Nona, letakkan!!!" seru Arion bernada perintah.
Luc tersenyum meringis kemudian segera meletakkan benda tersebut ke dalam lemari kecil lagi. "Ha ha ha, jangan salah paham, aku hanya..."
"Aku sendiri tidak tahu kalau ada benda itu di situ!" potong Arion lalu dengan nada datar.
"Iya! Kau pasti tidak mengetahuinya karena istrimu menyembunyikannya!" balas Luc, sambil berjalan keluar dari kamar tersebut sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Entah kenapa otaknya menjadi semakin kotor setelah melihat dan memegang benda tadi.
"Ternyata istrimu selama ini kesepian, pantas saja dia berselingkuh," ucap Luc pada Arion yang berjalan mengikutinya dari belakang.
"Anda tidak sedang mengolokku 'kan!" Arion berkata sinis dan datar pada Luc.
Luc balik badan, menghadap Arion kemudian berkacak pinggang sambil menatap tajam pria tersebut, "apakah aku seburuk itu di matamu?" tanya Luc tak kalah sinis.
"Menurutmu?!" Arion menatap wajah cantik Luc, namun ia segera mengalihkan pandangannya, karena ia harus tetap mematuhi SOP-nya. Tidak boleh menatap nona muda, tidak boleh terlalu dekat, dan tidak boleh kontak fisik dengan nona muda. Emh ... tapi point ketiga sepertinya sudah ia langgar beberapa kali.
Ah, sial! Arion mengumpat di dalam hati.
"Lupakan!" balas Luc lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah Arion. Karena ia juga tidak mau terlalu lama dekat dengan bodyguard-nya itu.
Arion mengandarai mobil tersebut menuju rumah sakit di mana putrinya di rawat di sana. Sampai di rumah sakit, Luc mengikuti Arion yang berjalan menuju laboratorium untuk memeriksa botol obat yang ia temukan di kamar Vicky.
"Aku harap hasilnya cepat keluar," ucap Arion pada petugas yang berkerja di laboratorium rumah sakit itu.
"Kami akan mengusahakan secepat mungkin, Sersan," jawab petugas tersebut.
"Hubungi aku jika hasilnya sudah keluar. Aku akan segera ke sini," ucap Arion seraya memberikan nomor teleponnya pada petugas tersebut.
"Oke!" jawab petugas tersebut.
Arion dan Luc keluar dari laboratorium menuju ruang ICU. Sampai di sana ia melihat Angela dan Vicky duduk di depan ruangan tersebut.
Angela segera berdiri menyambut kedatangan Arion dan Luc di sana.
"Ella, terima kasih, dan maaf karena sudah merepotkanmu," ucap Arion pada Angela.
"Aku senang membantumu, Sersan," jawab Ella tersenyum, seraya menatap kagum pada Arion yang selalu terlihat sangat tampan dan mempesona. Kemudian pandangan Ella beralih menatap Luc yang berdiri di samping pria tersebut.
"Nona Luc," sapa Ella.
"Jangan terlalu formal seperti pria sialan ini! Panggil Luc saja!" tegas Luc seraya melirik tajam pada Arion.
"Oke." Ella mengangguk patuh.
Vicky menghampiri Arion, menatap suaminya dengan tajam, "Arion kenapa kamu memerintahkan dia berjaga di sini?! Apa maksudmu!" protes Vicky pada suaminya.
"Demi keamanan!" tegas Arion tidak mau dibantah, seraya mengambil borgol dari dalam kantong jas yang ia gunakan. Dengan gerakan cepat dan tak terbaca ia menarik kedua tangan Vicky dan memborgolnya.
"What! Arion, apa-apaan ini!" teriak Vicky memberontak, tidak menyangka suaminya sendiri menangkapnya seperti ini. "Lepaskan aku!!!!" Ia masih berusaha memberontak, namun Arion semakin kuat mencekal kedua tangannya agar tidak bisa lepas.
"Jika kau tetap memberontak, aku akan menembak kepalamu!" ancam Arion seraya menodongkan senjata api tepat di pelipis istrinya.
Vicky menelan ludahnya dengan kasar, perasaan takut dan kalut menyambangi hatinya.
Ella tersenyum lalu menunjukkan surat penangkapan Vicky, "ini adalah surat penangkapanmu dari atasan kami. Kau sudah melakukan kejahatan pada putrimu sendiri, jadi jika ingin membela diri maka jelaskan semuanya di kantor polisi!" tegas Ella pada Vicky yang menatapnya tajam dan mengumpatinya sambil terus memberontak dari tekanan Arion.
"Kalian fitnah! Arion, kenapa kau tega kepadaku. Dan mana mungkin aku mencelakai putriku sendiri!!!!" teriak Vicky penuh emosi, dan berusaha membela diri.
Luc mengamati ekspresi wajah Vicky dengan lekat, sebagai seorang psikolog tentu ia bisa membaca ekspresi wajah seseorang yang sedang berbohong. "Ella segera bawa dia kantor polisi," pinta Luc pada polisi wanita itu.
"Baik, Luc," jawab Ella lalu menggiring Vicky keluar dari arena rumah sakit tersebut menuju mobil polisi yang terparkir di depan lobby rumah sakit di mana beberapa rekannya sudah menunggu di sana.
Rencana mereka berhasil.
"Istrimu sepertinya banyak menyimpan rahasia," ucap Luc pada Arion setelah Ella dan Vicky sudaj tak terlihat.
"Dan sialnya aku selama ini telah salah mengira kalau dia adalah ibu yang baik. Aku mempertahankan pernikahan kami karena tidak ingin membuat putriku kekurangan kasih sayang dan menderita karena perpisahan kami," jawab Arion berakhir curhat pada Luc.
"Tidak masalah, semua orang pernah salah menilai seseorang. Sekarang bukan saatnya untuk menyesali semua yang sudah terjadi, kau sekarang harus fokus pada kesehatan dan kesembuhan putrimu." Luc menasehati Arion.
Arion menatap Luc dengan lekat sambil mengulas senyum dan menganggukkan kepalanya beberapa kali, "tidak biasanya Anda bijak seperti ini," ungkap Arion, sekaligus mengolok nona mudanya itu.