Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
...~Happy Reading~...
Hari demi hari berganti dengan minggu hingga bulan, sejak kesepakatan yang dibuat Hilal dan Khalifa di Hotel pasca pernikahan kala itu.
Kini, keduanya sudah bisa menjalani kehidupan seperti biasa. Pada akhirnya, Khalifa kalah tentang perdebatan nya yang enggan untuk tinggal bersama keluarga Hilal, dan masih ingin tetap tinggal di rumah nya.
Khalifa mengurus Hilal dan juga Aca serta tugas kuliah nya. Gadis itu masih tetap ceria dan tidak pernah mengeluh sama sekali, ia berusaha menikmati peran nya sebagai seorang istri dan juga ibu serta menantu di kediaman orang tua Hilal. Walau pada kenyataan nya, ia belum bisa menjadi istri yang sesungguhnya untuk Hilal.
“Bunda .... “
“Iya Sayang, ada apa hem?”
“Ayah gak pulang pulang, kulja telus. Aca bosan di lumah, mau jalan jalan. Tapi na gak ada yang ajak jalan jalan, telus Aca halus gimana?” Gadis kecil yang menjadi anak sambung Khalifa itu meletakkan kedua tangan nya di dagu sambil bertumpu pada meja belajar.
Khalifa yang sedang mengerjakan tugas kuliah nya, kini langsung tersenyum. Ia segera menutup laptop nya, lalu menghampiri gadis kecil itu untuk ia ajak duduk ditempat tidur nya.
“Aca mau jalan jalan kemana emang?”
“Kemana saja, telselah, penting jalan jalan. Aca bosan!” keluh nya lagi sambil menghela napas nya berat.
“Gimana kalau nanti sore, Aca jalan jalan sama Bunda aja? Kita ke Taman depan? Atau mau ke Mini market, beli coklat?”
“Coklat telus, nanti gigi Aca bolong gimana!” Aca menggelengkan kepala nya, “Aca gak mau coklat, mau na pelmen aja. Yang lasa buah sobeli,” imbuh nya yang membuat Khalifa semakin terkekeh.
“Ya sudah nanti terserah Aca mau beli apa. Yang penting, setelah makan itu tidak lupa gosok gigi. Dan juga, sekarang harus tidur siang dulu, agar sore nanti gak ngantuk!”
“Asikkk!” Aca bersorak bahagia, dengan cepat ia mengambil posisi untuk tidur, dan tak berapa lama ia sudah hanyut dalam dunia mimpi nya.
Sedangkan Khalifa, gadis itu menatap wajah Aca yang tengah tertidur. Wajah cantik dan manis namun terdapat sedikit ke bar baran dalam jiwa nya. Menatap lagi, kini pandangan Khalifa mendongak, pada sebuah bingkai foto seorang wanita yang tengah tersenyum begitu lebar dengan rambut panjang nya.
Benar, itu adalah foto Kirana, ibu kandung Aca. Foto itu di ambil oleh Aca belum lama, saat ia menginap di rumah nenek nya, yakni orang tua dari ibu nya.
Aca yang baru tahu bahwa ibu nya memiliki rambut panjang dan sering di katakan wajah nya sangat mirip dengan sang ibu, membuat anak itu langsung mengambil nya dan ia pajang di dalam kamar.
Bukan kamar nya, akan tetapi kamar sang ayah. Hilal sudah mencoba untuk melepaskan foto itu, akan tetapi di larang keras oleh Aca. Hingga akhirnya Khalifa mengatakan pada suaminya agar menuruti permintaan Aca dan membiarkan foto itu terpajang di sana.
Sakit? Jangan di tanya. Cemburu? Itu sudah pasti ada, akan tetapi Khalifa berusaha untuk sabar dan juga mengerti akan posisi Aca yang memang sangat ingin mengenal sosok ibu kandung nya.
Dan memang seharusnya Aca mengenal nya sejak dulu. Asal itu bisa membuat Aca bahagia, maka Khalifa tidak akan melakukan protes apapun. Toh kamar yang ia tempati memang lah kamar milik Hilal dan Kirana, bukan dirinya.
‘Apa kabar mba Kirana? Maafkan jika Khalifa masih sering memiliki hati jahat kepada mba Kirana. Khalifa masih belum bisa ikhlas sepenuhnya tentang semua ini, tapi percayalah. Khalifa tulus menyayangi Aca, dan Khalifa akan selalu menjaga Aca seperti anak Khalifa sendiri. Mba Kirana kini berada di Surga-Nya Allah, mba sangat dekat dengan Nya. Bolehkah Khalifa meminta tolong, tolong bujuk Allah agar bisa membuang semua perasaan jahat Khalifa yang selalu cemburu pada mba Kirana yang sudah jelas tidak ada disini, tolong mba.’
Khalifa menarik napas nya cukup panjang, tanpa sadar air matanya kembali menetes. Bukan kali pertama Khalifa berbicara dengan foto Kirana, cukup sering. Terlebih saat ia terkadang merasa lelah, dan suntuk dengan keseharian nya. Bahkan, di setiap sujud nya sellau terselip doa untuk mendiang istri suaminya.
Khalifa memang bukan wanita yang sempurna, bukan wanita yang baik. Tapi setidaknya, ia sedang berusaha untuk melakukan yang terbaik. Meskipun sulit, akan tetapi ia selalu bisa memperlihatkan kebahagiaan nya kepada semua orang.
...~To be continue ......