Spin off The Soldier and The CEO
Sabrina Lee selalu merasa dirinya bukan anak kandung sang ibu karena perlakuannya yang terlalu over protektif apalagi dia tinggal di sebuah dusun yang terpencil. Lulus SMA dan ibunya meninggal, Sabrina nekad ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang layak sambil kuliah online. Sabrina diterima di Ramadhan Securitas sebagai bodyguard. Kemampuan Sabrina bela diri itulah yang diterima kerja di sebuah perusahaan perlindungan klien VIP. Lima tahun pekerjaan itu dilakoni Sabrina hingga dia ditugaskan mengawal CEO muda bernama Ardiona Waranggana yang menyebalkan. Ardiona atau biasa dipanggil Ardi, awalnya tidak suka dikawal perempuan tapi Sabrina wanita tangguh hingga Ardi mengakui gadis cantik itu keren. Disaat Ardi diwajibkan menikah, dia membawa Sabrina sebagai calon istrinya. Mereka menikah dengan perjanjian selama setahun tanpa Ardi tahu jika Sabrina adalah pewaris yang hilang dari keluarga Pratomo.
gen ke 8 klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penasaran
"Memang mirip siapa, Jeng Daisy?" tanya Dokter Lucky. "Artis Korea? Eh iya, mirip artis Korea lho."
Daisy mengangguk dengan wajah ragu. "Mungkin ya... Apa kemarin gara-gara Kenzie rewel terus aku nungguin dia bobok sambil nonton Drakor ya."
"Bisa jadi sih," senyum Dokter Lucky.
Daisy menatap wajah Sabrina lebih lekat. "Kamu asprinya Ardi kan?"
"Iya... Dok," jawab Sabrina.
"Oke. Kalau aku sudah ingat kamu mirip siapa, biar mas Lucky hubungi Ardi. Ya Ar, tolongin. Aku penasaran karena biasanya aku tidak pernah salah menilai orang," ucap Daisy ke Ardiona.
"Gampanglah mbak Daisy," jawab Ardiona.
"Yuk kita balik ke rumah sakit. See ya Ardiona, Sabrina," pamit dokter Lucky sambil menggandeng tangan Daisy.
"Hati-hati mas Lucky, mbak Daisy," senyum Ardiona.
"Senang bertemu dengan anda berdua, Dokter Lucky dan Dokter Daisy," balas Sabrina sambil mengangguk sopan.
Pasangan dokter itu pun meninggalkan Ardiona dan Sabrina yang melanjutkan makannya. Gara-gara ucapan Daisy, Ardiona pun menatap wajah Sabrina yang sedang menikmati sashiminya.
"Benar kata mbak Daisy, kamu mirip artis Korea."
Sabrina hanya menatap datar. "Apa saya harus jadi artis Korea, pak Ardiona?"
"Naaaahhhh, tidak usah! Nanti kamu stress, banyak tekanan, malah bunuh diri! Rugi !"
Sabrina tersenyum tipis. "Pak Ardiona mikirnya kejauhan."
Ardiona hanya mengedikkan bahunya. "Ada yang mau kamu beli Brina? Mumpung kita di mall."
Sabrina tampak berpikir. "Saya mau ke drug store membeli keperluan pribadi saya pak."
Ardiona mengangguk. "Beli saja Brina. Mumpung kita disini. Yang banyak sekalian biar kamu tidak bingung. Oke?"
Sabrina mengangguk. Aku memang butuh sabun, pembalut, obat-obatan, beberapa makeup dan cleanser aku juga sudah tinggal sedikit.
***
Ardiona menunggu Sabrina yang sedang berbelanja di drug store di sebuah kursi yang disediakan mall. Tadi pria itu menawarkan untuk membayar pengeluaran Sabrina tapi gadis itu menolak. Ardiona pun akhirnya memilih memberikan kebebasan pada pengawalnya itu.
Ardiona Waranggana
Sementara Ardiona duduk sambil menikmati pemandangan sekelilingnya dan otak bisnisnya mulai bekerja, Sabrina berbelanja agak banyak. Bukan apa-apa, gadis itu tidak mau ada yang ketinggalan dan harus keluar beli di mini market yang agak jauh dari rumah Ardiona. Sementara jika dalam mode bekerja, Sabrina harus profesional.
Tunggu, besok kan weekend, apa ada acara si CEO?
Sabrina melihat keranjang belanjaannya antara mau beli semua atau tidak tapi akhirnya dia memilih membelinya agar tidak bingung. Sabrina berdiri di kasir untuk mengantri ketika seseorang berada di belakangnya.
"Sudah selesai belanja kamu?" tanya Ardiona.
"Sudah pak."
Ardiona melirik ke arah keranjang pengawalnya yang berisikan semua barang-barang khas wanita. Ardiona tersenyum samar saat melihat selera Sabrina cukup lumayan untuk seorang pengawal. Pria bertinggi 185cm itu berdiri di belakang Sabrina membuat malah dirinya yang mirip pengawal gadis itu.
Sabrina tiba di kasir dan hendak mengambil dompetnya untuk membayar, namun Ardiona sudah memberikan black card nya di petugas kasirnya.
"Lho pak?" Sabrina menatap Ardiona yang tetap berdiri tanpa menoleh ke dirinya.
"Sudah. Kamu diam saja." Ardiona menyelesaikan transaksinya dan mengajak Sabrina keluar yang membawa tas belanjaannya.
"Brina, bawa mukena?" tanya Ardiona tiba-tiba.
"Ada pak. Kenapa? Bapak mau pakai?" jawab Sabrina dengan wajah polos membuat Ardiona menyipitkan matanya sebal.
"Sholat duhur dulu baru kita pergi lagi," ajak Ardiona ke mushola yang ada disana.
"Baik pak," jawab Sabrina.
Keduanya pun melaksanakan ibadah duhur di mushola mall baru berjalan menuju parkiran mobil dan Sabrina lagi-lagi tidak diijinkan menyetir.
"Kalau berurusan dengan acara sidak menyidak, harus aku yang nyetir Sabrina," ucap Ardiona.
"Baik pak."
Usai dari Central Park, keduanya pun ke beberapa mall hingga melaksanakan ibadah asar dan Maghrib. Menjelang makan malam, Ardiona malah mengajak Sabrina makan di pinggiran kaki lima untuk makan penyetan.
Sabrina menatap Ardiona dengan tatapan tidak percaya. Selama ini dia mengawal banyak orang, tapi bisa dihitung pakai jari yang mau humble seperti pria di depannya. Rata-rata orang yang dikawalnya adalah orang-orang kaya baru jadi merasa mereka rules the world. Justru yang sudah terbiasa sudah kaya, lebih santai hidupnya. Mereka jarang flexing, jarang pamer dan lebih suka tidak dikenal jika mereka kaya raya.
"Kamu tidak apa-apa kita makan malam disini?" tanya Ardiona.
"Tidak apa-apa, pak. Saya malah suka karena bisa makan banyak tapi tidak menguras dompet."
Ardiona tersenyum smirk. "Ayam goreng atau bebek?"
"Ayam goreng, paha, pakai sayur asem, sama kulit goreng," jawab Sabrina.
Ardiona yang sedang menulis pesanan, tertegun karena selera Sabrina sama dengan dirinya.
"Kenapa pak?" tanya Sabrina bingung.
"Kamu meneliti selera makan aku?" balas Ardiona.
Sabrina melongo. "Tidak pak. Saya malah tidak tahu selera bapak makan di tempat seperti ini."
Ardiona tersenyum dan melanjutkan menulis pesanan. "Minumannya es jeruk?"
"Tidak pak. Air mineral dingin."
Ardiona mengangguk lalu memberikan kertas pesanan mereka ke pelayan.
Sabrina melihat sekelilingnya dan merasa dirinya sangat nyaman dengan lingkungan seperti ini. Bukan berarti dia tidak bisa diajak makan fine dining tapi makan di kaki lima itu jauh lebih enak dan nyaman.
"Kamu kenapa?" tanya Ardiona sambil mengetik beberapa notes di ponselnya sebagai hasil sidaknya hari ini.
"Tidak apa-apa pak. Besok bapak acaranya apa?" Sabrina menatap Ardiona.
"Besok? Jogging di GBK. Mau?"
Sabrina mengangguk. "Tugas saya kan harus mengawal bapak."
"Jangan pakai baju yang mencolok."
"Nggak pak. Besok saya pakai baju zirah."
Ardiona tertawa kecil. "Kamu itu menyebalkan, tahu nggak!"
"Maaf."
Pesanan mereka pun datang dan mulai makan. Sabrina terkejut karena Ardiona makan menggunakan tangan, bukan sendok garpu.
Terkadang orang kaya itu memang ajaib.
***
Kediaman Dokter Lucky dan Daisy
"Papa curaaaannggg!" teriak Kenzie saat dia kalah main catur dengan Dokter Lucky. Ayah dan anak itu sedang berada di ruang tengah dengan ditemani Winston yang tiduran di sebelah Kenzie.
"Papa nggak curang, cuma lebih pintar!" balas Dokter Lucky ke putranya yang berusia tiga tahun.
Kenzie pun cemberut dan menata kembali bidak catur nya. "Lagi! Aku penasaran!"
"Oke. Siapa takut!" balas Dokter berusia empat puluh tahun itu. Kenzie pun mulai menyusun dan melakukan langkah pertama.
Dokter Lucky melihat Daisy yang tampak bingung di meja kerjanya. "Kamu kenapa Jeng?"
"Hanya penasaran saat bertemu asprinya Ardiona tadi. Wajahnya bikin aku seperti melihat seseorang. Tapi siapa..." jawab Daisy.
"Sayang, jangan terlalu banyak pikiran. Ingat adiknya Kenzie di dalam perut."
Daisy memang sedang hamil anak kedua dan kandungannya sudah berjalan tiga bulan. Pasangan dokter itu berharap anak keduanya adalah perempuan biar pas.
"Iiissshhh... Aku penasaran mas!"
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
dasar ardiona, ngaku aja kalo sudah jatuh hati sama Brina
tuh bktinya,lngsng ngejar mskpn lg d rs ktanya.....
langsung ajak Akad aja Ardi biar fariz bkn RM gk bs nyolong start lagi 🤣🤣🤣
apakah nikah dulu baru nyatakan perasaan..
tapi tanda2 cinta udah adaaa....
tumben g ikutan bilang kamprett 🤣🤣🤣🤣🤣