BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan
Dua minggu telah berlalu, kini Nola menagih jawaban dari Eca. Sebenarnya Nola juga hanya mengharapkan satu jawaban dari Eca yaitu persetujuan Adiknya itu.
"Gimana Ca? Kamu udah dapat jawabannya kan? Kamu bukan adik kandungku kan Ca?"
Eca hanya diam lalu membuang pandangannya ke arah lain. Dua hari yang lalu hasil tes DNA miliknya memang sudah keluar. Tak perlu di jelaskan lagi bagaimana hasilnya kalau melihat raut wajah Eca yang begitu sendu dan sudah siap meluncurkan air mata.
"Kamu mau mengelak juga nggak akan bisa Ca. Terima saja kenyataannya. Lagipula aku juga sudah menganggap mu sebagai adikku sendiri"
Eca tersenyum kecut mendengarnya. Eca jelas masih ingat apa yang Nola katakan pada Bara waktu itu jika dia hanya di jadikan tumbal untuk kebahagiaan Nola saja.
"Oke, kalau gitu. Aku akan mengatur pernikahan kamu dan Bara. Kamu tenang aja karena pernikahan kalian tidak akan di ekspose demi kebaikan kamu sendiri. Kamu tinggal terima beres. Kamu juga tenang aja, kami melakukan ini tentu tidak gratis. Kamu akan mendapatkan komisi yang besar setelah kalian bercerai. Ka.."
"Stop Mbak!!!" Potong Eca.
"Aku bahkan belum menyetujuinya tapi kamu sudah merencanakannya sedemikian rupa. Apa Mbak Ola benar-benar nggak punya hati lagi? Aku juga punya kehidupan sendiri Mbak. Aku punya seseorang yang aku cintai. Aku juga ingin bahagia Mbak!!"
Nola tersentak dengan penolakan Eca. Wanita yang sudah sangat frustasi dengan desakkan mertuanya itu melangkah maju ke hadapan Eca.
"Kamu pikir aku nggak mau bahagia hah??!!!!"
Nola memegang kedua bahu Eca. Menatap mata adiknya yang sudah basah itu dengan mata mengkilap.
"Kamu pikir aku hidup lontang-lantung tanpa orang tua itu karena siapa?? Apa aku perlu mengingatkan kembali apa yang membuatku kehilangan kedua orang tuaku?? Apa kamu udah lupa Eca?? Apa kamu lupa HAHH!!!" Sentak Nola sambil mendorong Eca sampai gadis malang itu tersungkur ke lantai.
"Kalua bukan karena menuruti keinginan mu dulu, pasti kedua orang tuaku masih hidup!! Kalau dulu Ayah lebih memilih berlibur ke pantai sesuai dengan keinginan ku daripada berlibur ke puncak pasti mobil mereka nggak akan masuk jurang!! Itu semua gara-gara kamu Ca!! Gara-gara keinginanmu!!"
Nola berbalik memunggungi Eca. Air matanya luruh karena mengingat bagaimana dulu orang tuanya pulang ke rumah hanya tinggal nama. Nola yang marah karena keinginannya tak di turuti untuk berlibur ke pantai membuat Nola tinggal di rumah seorang diri.
Ayah dan Ibunya memilih menuruti keinginan Eca yang waktu itu mendapat peringkat satu di sekolah. Hingga kecelakaan naas itu terjadi. Mobil yang Eca dan kedua orang tuanya naiki masuk ke dalam jurang. Dia antara ketiganya hanya Eca yang selamat dari musibah itu.
"Selama ini aku tidak pernah menyalahkan mu karena aku juga menyayangi mu Ca. Tapi di satu sisi, aku juga sedih karena kamu aku jadi kehilangan mereka"
Nola kembali berbalik menatap Eca yang masih tergugu dalam tangsinya.
"Sekarang, apa kamu bisa kembalikan mereka Ca? Apa kamu bisa menggantikan momen antara aku dan kedua orang tuaku yang hilang gara-gara kami?"
"Maafkan aku Mbak"
Nola menyeringai sambil mengedipkan matanya yang sudah kembali penuh dengan air mata.
"Maafkan itu untuk apa Ca? Walau kamu seribu kali mengucapkannya, Ayah dan Ibu nggak akan pernah bisa kembali"
Bukan hanya Nola, Eca sendiri merindukan kedua orang tuanya itu. Meski sekarang Eca tau mereka hanyalah orang tua angkatnya, tapi Eca tetap merindukan mereka. Rasa bersalah juga masih hinggap di dalam nantinya sampai saat ini.
Tapi apa yang harus Eca lakukan untuk menebusnya? Dulu Eca juga sempat ingin mengakhiri hidupnya karena rasa bersalah itu.
"Sudahlah, kalau kamu memang nggak mau bantu aku. Biarlah aku yang hancur. Hidupku memang sudah hancur sejak kamu mengantarkan kedua orang tuaku ke hadapan maut. Mungkin itu memang tujuan mu dari dulu karena dulu Ibu lebih menyayangiku "
"Enggak Mbak, aku nggak bermaksud seperti itu"
"Lalu apa Ca? Kamu aja nggak peduli sama aku kan? Padahal dulu aku selalu berbagi kasih sayang Ayah kepadamu. Apa yang seharusnya kau terima secara penuh malah harus aku bagi bersamamu. Maaf karena sudah membuka rahasia ini. Aku nggak akan datang dan memaksamu lagi. Mulai sekarang, jangan anggap aku saudaramu lagi!"
Nola meraih tasnya yang tergeletak di sofa. Dia memilih pergi dari apartemen kecil milik Adiknya itu.
"Oh ya, sebenarnya aku masih menyimpan sesuatu yang mungkin saja bisa menjadi petunjuk siapa orang tua kamu sebenarnya" Ucap Nola tanpa berbalik.
"A-apa Mbak? Apa itu Mbak, tolong katakan padaku Mbak!" Eca berdiri menghampiri Nola.
"Tapi sudahlah Eca, kamu juga tidak mau membantuku. Jadi lupakan saja tentang itu. Kamu juga sudah dewasa, untuk apa kamu mencari mereka. Kamu sudah tidak butuh mere..."
"Aku bersedia Mbak!!" Potong Eca dengan cepat.
"Apa kamu bilang?" Nola berbalik menatap adiknya.
"Aku bersedia menjadi madumu" Eca menutup matanya yang di susul dengan cairan bening keluar dari matanya. Air matanya kembali luruh dalam hening.
"Berkah Ca?" Nola menatap Eca dengan penuh binar.
"Iya Mbak. Aku akan melakukan ini demi menebus rasa bersalahku padamu. Aku juga ingin tau siapa orang tuaku Mbak"
"Makasih Ca. Aku tau kalau kamu gadis yang baik"
Ingin sekali Eca tertawa dengan manisnya kata-kata Nola. Padahal sejak tadi Nola terus saja memakinya.
"Kalau gitu aku akan segera menyiapkan segalanya Ca. Kamu nggak usah khawatir ya?"
"Tapi apa Mas Bara udah setuju Mbak?"
"Itu urusanku Ca. Yang penting itu kamu" Nola mengusap wajah Eca yang basah.
"Tapi cuma satu tahun kan Mbak? Kalau aku nggak bisa punya anak, kami akan bercerai. Kalau aku hamil Mas Bara akan menceriakan ku saat aku sudah melahirkan?" Eca merasa dirinya begitu mengenaskan.
Menikah dengan orang yang tidak ia cintai. Kemudian akan di ceraikan setelahnya. Menikah juga belum tapi perceraian sudah menunggunya depan mata.
"Benar Ca. Tapi Mbak minta sama kmu, tolong jangan libatkan hati dalam hal ini. Tolong jaga hati kamu untuk tidak jatuh cinta dengan Bara. Kamu tau kan kalau aku begitu mencintai Bara? Hanya dia kebahagiaan ku saat ini. Kamu bisa kan?"
Deg...
Apalagi yang Eca dengar itu. Meski dia sendiri sudah memiliki pria yang ia cintai, tapi membayangkan menjalani rumah tangga yang seperti itu tentu saja membuat Eca takut.
Dia bukan takut jatuh cinta dengan Bara, namun dia takut tidak akan pernah merasakan yang namanya bahagia saat terbelenggu dengan pernikahan yang tidak ia inginkan.
"Aku nggak bisa janji karena kita tidak akan pernah tau bagaimana Tuhan membolak-balikkan hati seseorang. Tapi tenang aja Mbak. Aku sudah punya Efan, pria yang aku cintai" Biar saja Nola marah akan jawaban yang ia berikan itu. Tapi memang dia tidak bisa berjanji lagi.
"Mbak percaya sama kamu Ca!" Nola yakin bahwa cinta yang Bara miliki hanyalah miliknya seorang.