Bening gadis tompel dijodohkan dengan Bayu, pria tampan dan kaya dengan imbalan uang untuk pengobatan sang ibu yang mengalami gangguan mental.
Perjodohan yang tidak biasa karena yang menjodohkan Bening adalah Naura istri Bayu sendiri. Tentu Bayu menolak dengan tegas permintaan Naura istrinya. Wanita cantik yang profesinya sebagai artis terkenal.
Sementara Bening sebenarnya gadis manis tetapi wajahnya tompel tentu bukan selera Bayu.
"Kamu sudah gila Ra! Mana ada istri yang rela menjodohkan suaminya dengan wanita lain?!"
"Mas... tolong, dengan kamu menikahi Bening, jika aku syuting film ke luar negeri kamu ada yang mengurus."
Bayu terpaksa menikahi Bening, tetapi hanya demi menyenangkan hati Naura. Bayu bingung, apa tujuan Naura memaksa dirinya menikahi Bening. Ketika Bayu tanya alasan Naura tidak memuaskan.
Lalu apa yang akan terjadi setelah pernikahan Bening dengan Bayu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Setelah tahu siapa yang telepon, Bening meninggalkan handphone Bayu begitu saja. 'Cute' Bening sudah bisa menebak siapa si penelpon, sudah pasti Naura orangnya.
Sungguh romantis panggilan itu. Namun, Bening tidak pantas untuk iri, karena Naura yang sudah mengisi hati Bayu lebih dulu.
"Oh, ada telepon, sudah lama Ning?" Tanya Bayu yang baru selesai mandi hanya mengenakan handuk, segera menuju meja ambil handphone yang masih bergetar.
"Belum" Bening menjawab pendek. Ia menarik seprai yang masih berantakan bekas main kuda lumping belum dia bereskan. Sebab, menunggu Bayu bangun.
"Naura yang telepon Ning," Bayu memberitahu. Ia menatap Bening mungkin ragu untuk menjawab panggilan Naura, karena menjaga perasaan Bening.
"Angkat saja," Bening tahu maksud Bayu, ia memilih keluar tidak pantas jika Bening ikut mendengarkan obrolan karena privacy mereka.
Dengan tubuh lelah, Bening ke dapur hendak membuat teh hangat manis, mungkin mampu mengembalikan tenaganya yang hilang entah kemana.
"Tuan Bayu mana Ning?" Tanya bibi, karena melihat Bening hanya sendiri.
"Lagi telepon Bi," Jawabnya menunduk karena sedang mengaduk-aduk teh agar gulanya larut. Tidak lupa Bening membuat kopi untuk Bayu.
Pagi ini Bening tidak menyiapkan sarapan karena ketika hendak ke dapur, Bayu justru kembali membuatnya tidak berdaya.
Bening menuju kidchen set, ambil tromol hendak menyiapkan bekal. Walaupun sebenarnya hari ini rasanya ia ingin libur kerja. Namun, ia harus tanggung jawab dengan pekerjaannya.
Tak tak tak.
Bening mendongak melihat Bayu sudah rapi dengan pakaian kerja menuruni tangga. Ia segera membawa teh dan kopi ke meja makan karena tahu Bayu menuju tempat itu.
"Kopinya Tuan," Bening meletakan kopi di depan Bayu. Entah mengapa lidahnya serasa kelu untuk mengubah panggilan.
Tidak ada jawaban dari suaminya, Bening menatap wajah Bayu ternyata berbeda, padahal belum ada setengah jam yang lalu Bening disuguhkan ciuman mesra.
"Tuan mau membawa bekal juga?" Tanya Bening diplomamatis.
"Tidak usah" Jawabnya singkat, lalu menyeruput kopi sedikit.
Bening pun diam tidak mau bertanya lagi, entah apa yang membuat mood suaminya itu berubah. Hingga kopi Bayu, dan teh Bening habis, selama 30 menit suasana di meja makan berubah kaku.
"Saya berangkat Bi," Pamit Bening kepada art lalu mengejar Bayu yang sudah keluar lebih dulu.
Roda empat itu pun melesat pergi meninggalkan pondok indah. Bening melirik Bayu yang sedang gelisah, sebenarnya ingin bertanya. Namun, terpaksa menunda karena kendaraan mewah itu sudah tiba di depan toko.
"Aku turun duluan ya" Bening menyandak telapak tangan Bayu kemudian menciumnya. Bayu tersenyum tetapi senyum itu tidaklah hangat seperti tadi pagi.
"Bayu kenapa ya? Pasti ada kaitannya dengan telepon dari Naura," Gumam Bening yang tengah berdiri di pinggir jalan menatap mobil Bayu yang sudah menjauh hingga tak terlihat lagi.
"Bening... tumben kamu tiba belakangan?" Tanya Annas, karena biasanya Annas selalu telat daripada Bening.
"Agak kurang enak badan aku An," Bening melewati Annas kemudian membuka locker menyimpan tas disana.
Tidak banyak bicara, Bening kemudian membantu pelanggan mencarikan barang yang mereka butuhkan.
Annas sesekali melirik Bening, setiap akan mengangkat barang belanjaan terlihat berat tidak seperti biasanya. Annas dengan sigap membantunya.
"Ning, kamu kelihatan capek, biar aku saja yang angkat," Ujar Annas, lalu mengambil alih kardus belanjaan yang sudah dihitung oleh kasir, mengangkatnya ke mobil.
Bening membiarkan Annas, memang kali ini rasanya lemas, lalu duduk bersandar di rak dengan mata terpejam.
"Bening... kamu sakit? Kalau sakit lebih baik pulang saja," Suara tak asing terdengar di telinga Bening, lantas membuka mata.
"Kak Bian" Bening malu, selama ini dia kerja tidak pernah bermalas malasan, tetapi baru saja duduk justru kepergok pemilik toko.
"Kamu pucat Ning. Ayo, aku antar pulang," Bian perhatian.
"Saya boleh ya Kak, izin pulang hari ini?" Tanya Bening meyakinkan ucapan Bian, dengan perasaan tidak enak.
"Ya jelas bolehlah, kan aku yang nyuruh"
Bening pun ambil tas di locker, walaupun Bian kekeuh ingin mengantar, Bening menolak. Kali ini dia sudah menjadi istri orang, harus bisa menjaga sikap. Ia minta tolong Bian agar memesankan ojek untuknya. Tentu Bian membantu dengan senang hati.
"Kamu mau kemana Ning?" Tanya dua remaja wanita bagian kasir tidak suka. Mereka melihat Bening berjalan melewatinya bersama Bian merasa iri.
"Saya tidak enak badan Mbak, mau ijin pulang," Lirih Bening.
"Enak banget loe, orang lagi sibuk begini juga! Malah pulang!" Bagian kasir yang usianya sudah 25 tahun itu sewot.
"Sudah-sudah, saya yang menyuruh dia pulang, Bening itu lagi sakit. Mukanya pucat begitu memang kalian tidak melihat!" Ketus Bian, membela Bening.
Semua lantas diam, membiarkan Bening menemui ojek yang sudah menunggu di halaman diantar Bian.
"Huh! Menyebalkan!" Ketus kasir, tanpa didengar Bening. Dua wanita itu kesal, kenapa gadis buruk seperti Bening justru banyak digandrungi para pria.
"Maaf ya Nas" Bening sebenarnya tidak tega meninggalkan Annas kerja seorang diri.
"Tenang saja Ning, jangan pikirkan aku. Kamu cepat sembuh ya," Pesan Annas.
Bening mengangguk lalu ojek yang ditumpangi mengantarkan pulang.
Di perusahaan, seorang pria tidak semangat bekerja hari ini. Semenjak mendapat telepon dari istri pertamanya, mengabarkan bahwa sedang sakit di negara A, ia bingung sendiri. Sebab, Naura ingin Bayu datang ke negara tersebut.
Bayu bingung dibuatnya, pergi ke negara A? Itu artinya akan meninggalkan Bening. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan hati istri keduanya itu. Namun, dengan usahanya sedikit demi sedikit mampu membuat hati Bening melunak.
Walaupun kepergianya tidak akan lama, tetapi mengapa? Naura harus sakit sekarang, saat hubungannya dengan Bening membalik? Bayu rela bersusah-susah tinggal di rumah Bening yang tidak sesuai dengan kebiasaannya, dan akhirnya menjadi terbiasa.
Jika saat ini ia harus pergi apakah Bening tidak akan membenci dirinya? Pertanyaan itu yang membuat hati Bayu merasa takut.
"Aaaggghhh..." Bayu menunduk kepalanya terasa pening.Ternyata begini beratnya mempunyai istri dua. Padahal ini baru permulaan tetapi sudah dihadapkan dalam pilihan yang sama-sama berat.
Derrtt... deerrttt...
Getar handphone menyadarkan Bayu dari lamunannya. Ia lihat siapa gerangan yang menghubungi dirinya. Ternyata dari Naura, dan saat ini sudah yang ketiga kali. Naura mendesaknya agar segera menyusul Naura.
"Mas... apa kamu tega membiarkan aku sakit? Kalau aku kuat ke Indonesia, sudah pulang dari kemarin Mas,"
Begitulah telepon dari Naura.
"Iya, iya... aku kesana menjemput kamu," Jawab Bayu menyudahi telepon, kemudian diantar Wawan pulang. Namun, sebelumnya minta izin Bening mampir ke toko terlebih dahulu.
"Bening sakit Tuan, dia belum lama pulang" Jawab Annas, ketika Bayu menanyakan Bening, setelah tiba di toko.
"Bening sakit?" Bayu terperangah, tanpa permisi, Bayu meniggalkan toko itu pulang ke rumah.
...~Bersambung~...
koreksi
kadang kita yang menanam tetangga yang memanen hhhhh😄
kalo kau tau kopi itu buatan siapa...
jangan kau katai bodoh kau bilang hus atau ck runtuh sudah dunianya terlebih kata2 dr orang yg di cintai,, berkali-kali sedihnya.
kau itu yg bodoh, masa gitu aja ga paham ekekekekek