Jaka Satya yang berniat menjadi seorang Resi, diminta Raja Gajayanare untuk bertugas di Sandhi Ponojiwan, yang bermarkas di kota gaib Janasaran.
Dia ditugaskan bersama seorang agen rahasia negeri El-Sira. Seorang gadis berdarah campuran Hudiya-Waja dengan nama sandi Lasmini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Utusan Putri Layla
Satya dengan cepat kembali ke kamar tidur telinganya seolah menangkap suara desisan lift yang bergerak..atau mungkin hanya desahan angin yang menerpa kaca jendela.
Dengan keris masih berada dalam genggamannya Satya menggeledah kamar tidur kemudian mengumpulkan pakaian yang bertebaran di lantai.
Benaknya kembali memikirkan tentang Puteri Kesepuluh
Bila tak ada aral melintang hari esok menjelang senja ia akan dapat membawa Puteri Layla ke luar dari Rahbain.
Kemudian orang-orang yang diupah dengan uang dana Seksi TS akan menyelinap ke seluruh pelosok kota pagi-pagi sekali untuk menempelkan selebaran yang menyatakan bahwa Putri Kirtu yang dibenci telah terbang ke luar negeri.
Poster selebaran telah dicetak dengan mencantumkan cap yang berhasil dicuri dari percetakan kaum radikal.
Satya merasa yakin bahwa penduduk takkan sudi lagi dịhasut untuk melancarkan serangan hanya kepada Emirnya sendiri.
Jaka Satya memasukkan semua pakaian ke dalam koper secara sembarangan, dengan pikiran nanti akan dapat dipilih kembali, kemudian meneliti lagi ke seluruh ruangan.
Mereka akan kembali lagi, cetus Satya dalam benaknya. Kalau tidak dalam satu jam, mungkin dalam dua jam.
Tok tok-tok! Terdengar suara gedoran keras di pintu kamar Jaka Satya.
Satya menoleh cepat ke arah pintu. Jari-jarinya menggenggam erat keris batu bintang merahnya yang sudah menyala-nyala. Suara ketukan terdengar lagi!
Satya mengendap-endap tanpa suara menuju dinding dị samping daun pintu dan..klik...ia memadamkan lampu ruangan.
"Tn. Satya?" Suara beraksen Bara memanggil.
"Masuk! " Satya melepaskan gerendel pintu namun badannya tetap merapat ke tembok.
Berkas cahaya dari koridor menerpa lantai ruangan dan Jaka Satya bergerak bagaikan kilat merenggut leher baju si pendatang.
Orang itu hanya memberikan perlawanan lemah ketika Satya membantingnya sehingga mencium lantai, kemudian mencengkram lehernya!
Ujung keris Satya tertuju ke kepalanya kemudian membentak dalam bahasa Bara; "Apa maksud kedatanganmu? Ayo cepat bicara...!"
"Ya... jangan sakiti saya, tuan!"
orang itu mendesah tergagap dengan mata terbelalak menatap keris Satya yang membara-bara.
"Kalau begitu cepat jawab pertanyaanku!" Satya memperketat cengkramannya sehingga orang itu mengernyit kesakitan.
"Putri Layla..."
"Putri Layla apa?"
"Oh, tuan! Putri mengirimkan pesan .."
"Okay, aku ingin mendengarnya!" Satya menariknya dari lantai kemudian mendorong tubuhnya ke arah dinding sehingga terjajar dengan kepala membentur tembok.
Satya melangkah kesamping sambil tetap mengawasi tingkah geraknya setelah menutupkan daun pintu ia menyalakan lampu ruangan.
Ternyata si pendatang seorang Bara berperawakan kurus dan tak terlalu tinggi, sinar matanya memancarkan ketakutan yang mendalam.
"Apa bunyi pesannya?"Satya melontarkan pertanyaan.
Si Bara menelan ludahnya beberapa kali tubuhnya terlibat gemetar.
"Putri Layla menyatakan ingin bertemu dengan anda di Kuil Bamorak, di halamannya."
Detak jantung Satya memacu cepat,
"Kapan?
"Setengah jam lagi."
"Baiklah !" cetus Satya sambil menekan perut si Bara dengan gagang kerisnya.
"Kau juga ikut bersamaku!"
Orang itu menggelengkan kepalanya,
"Tapi aku harus kembali menghadap Tuan Putri. Beliau menunggu kabar atas kesediaan anda dan takkan berangkat sebelum menerima berita ini."
Satya menggertakkan rahangnya sambil menatap beberapa saat ke arah wajah orang Bara. Akhirnya ia berkata: "Kalau begitu, pergilah !"
Si Bara menghambur ke luar pintu dengan napas yang tersengal diliputi rasa takut yang meledak-ledak.
Jaka Satya menyelipkan kembali keris di warangka yang ada pinggangnya dan menunggu beberapa menit berlalu.
Sebenarnya Satya berniat untuk menahan si Bara dan pergi bersamanya, orang itu dapat dijadikan sebagai sandera dan perisai, bahkan kemungkinan dia akan memperingatkan seandainya terdapat jebakan untuk Satya karena mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri.
Bila seseorang sedang berusaha memancing Satya ke lubang jebakan pasti segalanya telah disusun secara cermat sekali.
Namun putri Layla takkan berangkat ke Kuil Bamorak seandainya si pesuruh tak kembali berarti Satya harus berjalan sendirian menuju tempat misteri yang berkabut maut!