Ditinggalkan beberapa jam setelah pernikahan?? pasti menyakitkan bukan?? Itulah yg dialami Melody. Dirinya menikah dengan kekasihnya setelah mempersiapkan semuanya. Tapi tepat setelah resepsi pernikahan suaminya menghilang, dan pada malam hari dirinya ditalak melalui pesan singkat.
Akankah Melody mampu melewati semua ini dan menemukan cinta sejatinya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.16 Salah sasaran
Pagi itu, orang suruhan Desi yg merupakan teman Rara sendiri pun mendatangi hotel yg sudah dijadikan target sesuai rencana. Dan tibalah mereka di depan kamar hotel.
Dengan mendapatkan ijin dari staf hotel mereka pun melakukan penggrebekan. Dan tanpa basa-basi mereka mengetuk pintu kamar. Marco pun terbangun, dan melihat siapa yg datang. Dengan hanya memakai celana panjang, Marco pun membuka pintunya setelah yakin melihat seorang staf hotel.
Setelah pintu dibuka tamu yg muncul justru malah petugas kepolisian sesuai rencana Desi.
"Jadi sudah dimulai ya.." gumam Marco dalam hati.
"Angkat tangan diam ditempat." ucap petugas.
"Oke.. Aku mengerti.." ucap Marco.
Sementara Rara terbangun karena suara orang datang ramai. Dan dirinya masih tanpa busana dengan selimut yg menutupi tubuhnya.
"Marco ada apa ini?" tanya Rara.
"Kita ditangkap." ucap Marco.
Seketika Rara pun syok setelah membuka matanya. Dirinya ditangkap oleh pria yg mendekatinya selama ini dan lagi dirinya dituduh sebagai pela**r sesuai laporan ibunya. Rara pun merasa sudah salah melangkah dan malah masuk ke dalam lubang yg harusnya milik Melody.
"Rara.. Jadi kau adalah wanita malam itu?"
"Bukan, kumohon percayalah padaku Hen." ucap Rara.
"Dengan ini bagaimana aku bisa percaya? Meski kau bukan wanita malam, apakah benar jika seorang wanita single tidur bersama pria yg bukan suaminya??" tanya Henry kecewa.
"Henry, ini salah paham. Aku dijebak." ucap Rara.
"Bukankah kau yg menawarkan tubuhmu semalam dengan tarif yg kita sepakati?" ucap Marco masih berakting.
"Kau pikir aku akan memercayaimu begitu saja? Kita akan bicara di kantor polisi. Dan kau pakai bajumu lalu ikut dengan kami." ucap Henry.
Begitulah nasib Rara yg lebih menyedihkan dari Melody. Dirinya terkena jebakan ibunya sendiri, bahkan Marco tak percaya pada ucapannya dan terus berakting.
Rara yg bingung pun tak tahu harus meminta bantuan siapa, terlebih ibunya juga pasti di kantor polisi. Hingga Rara pun tak punya pilihan selain ikut ke kantor polisi. Malu pun ia rasakan tatkala orang-orang hotel menatapnya dengan tatapan jijik.
Rara pun menunduk dan menutupi wajahnya dengan masker. Sementara Marco santai meski tetap menutupi wajahnya. Rara pun mengepal geram dan menyalahkan Melody atas peristiwa ini. Dirinya malah tidur dengan pria asing suruhan ibunya dan ketahuan oleh Henry pria yg sedang mendekatinya.
"Kak Melody, ini semua salahmu..!!" umpat Rara dalam hati.
Rara pun hanya bisa menangis dan dibawa ke kantor polisi. Saat tiba, dirinya tak tahu harus berbuat apa dan bertemu dengan ibunya. Desi pun bingung kenapa Rara yg bersama Marco dan bukannya Melody.
"Rara apa yg terjadi?" tanya Desi.
"Ibu kenapa malah aku yg kena?" balas Rara.
"Apa maksudmu,? harusnya aku yg tanya kenapa kau yg datang bukan Melody?" tanya Desi.
"Kak Melody pergi dengan pria asing, kukira itu orang suruhan ibu. Lalu pria ini datang dan menjebakku." ucap Rara.
"Marco kenapa kau bisa salah sasaran?" tanya Desi.
"Maaf nyonya, tapi anda tak mengirimkan foto targetnya." ucap Marco.
"Gara-gara kau putriku kena masalah dan kau enak-enakan tidur dengannnya." ucap Desi.
"Ampun nyonya." ucap Marco.
Desi pun malah berbuat keributan di penjara sampai dipisahkan oleh petugas. Sementara Melisa dirinya menunggu Andrew yg akan datang dengan pengacaranya.
"Ibu berhentilah ber-ulah.. Kita bisa kena masalah lainnya." ucap Melisa.
Lalu Andrew datang dengan membawa pengacara mereka. Mereka pun mencoba menyelesaikan kasus ini dengan jalan damai dan siap membayar dendanya. Dan mereka hanya tinggal menunggu Melody bersama dengan pengacaranya
.....
Di tempat lain, Melody sedang mandi dan membasuh tubuhnya yg banyak terdapat bercak kemerahan atau kissmark. Dan dirinya merasa malu akan hal itu. Meski seorang janda tapi tetap saja harga dirinya hancur sebagai seorang wanita. Berkali-kali Melody membasuhnya dengan air dan sabun tapi bekas itu tak hilang juga dari tubuhnya. Air matanya pun mengalir deras meratapi nasib hidupnya yg menyedihkan.
Hingga Melody keluar dari kamar mandinya dengan tatapan frustasi dan tak tahu apa yg harus diperbuatnya. Seketika otaknya hang dan tak bisa mengingat apapun. Dan sebuah panggilan membuyarkan lamunannya.
"Ada apa tuan?" tanya Melody mendapat telepon dari pengacaranya.
"Anda baik-baik saja nona? Pagi ini kita harus ke kantor polisi untuk masalah semalam." ucap pengacaranya.
"Maafkan aku tuan, aku agak lelah habis begadang mengerjakan beberapa pekerjaan. Aku akan kesana sekarang." ucap Melody.
"Baiklah, aku juga sedang menuju ke sana, sampai jumpa."
Seketika Melody mengingat lagi semua luka yg ditorehkan oleh keluarganya hingga harus berakhir seperti malam ini. Untuk itu Melody akan melanjutkan semuanya sesuai rencana dan membalaskan dendamnya pada keluarganya. Melody ingin memberikan mereka hukuman berat yg cukup untuk membalas apa yg diterima Melody malam ini.
"Setidaknya kalian harus dihukum dan mendapatkan rasa malu atas ulah kalian..!" gumam Melody.
Melody pun menyiapkan tasnya yg berisi barang bukti tambahan dan segera bersiap menuju ke kantor polisi. Saat Melody keluar kamar, Zayn juga keluar kamar dan Zayn ingin bicara sejenak dengan Melody.
"Melody tunggu.." panggil Zayn.
"Aku sedang buru-buru.. Nanti saja kita bicara." ucap Melody berlari.
Zayn pun mengejarnya dan mengajaknya bicara sambil berjalan.
"Melody kau mau kemana? Kau yakin baik-baik saja?" tanya Zayn.
"Mana mungkin aku baik-baik saja, aku mau menghukum ibu tiri dan adik tiriku." ucap Melody.
"Dengan cara apa?" tanya Zayn.
"Ck, aku sudah melaporkan mereka ke polisi dan mereka sudah ditahan semalam." ucap Melody kesal.
"Aku akan mengantarmu." ucap Zayn.
"Lepas, aku bisa sendiri." ucap Melody saat tangan Zayn menahan tangannya.
"Naik mobilku lebih cepat daripada menunggu taksi." ucap Zayn.
"Naik motorku lebih cepat dari mobilmu." ucap Melody lalu meninggalkan Zayn menuju ke parkiran.
Pria itu tetap mengikutinya dan melihat Melody mengendarai sebuah motor matic tanpa melihatnya sama sekali. Zayn pun merasa Melody sangat marah padanya hingga mengabaikannya dan belum bisa diajak bicara.
Melody pun menuju ke kantor polisi dan bertemu dengan pengacaranya. Melody tak menerima jalur kekeluargaan dan tetap ingin ibu tiri dan Melisa dipenjara. Lalu Melody bingung melihat Rara juga ada di penjara tapi dengan kasus prostitusi.
"Ini gara-gara kau kak.." ucap Rara.
"Kau yg nakal kenapa menyalahkanku? Apa kau kekurangan uang sampai menjual diri?" tanya Melody membalas ucapan mereka selama ini.
"Harusnya kau yg disini bukan aku." balas Rara.
"Jadi kau masuk ke dalam jebakan ibumu sendiri??" balas Melody tersenyum.
"Rara Rara.. Kasihan sekali dirimu.." ucap Melody tak tahan ingin terus tersenyum.
"Kau yg pela***r..!" teriak Rara.
"Oh ya? Tapi kenapa kau yg ditangkap? katanya kau bersama seorang pria di hotel." balas Melody.
"Sudahlah hukumanmu akan lebih ringan dan mungkin kau akan masuk rehabilitasi. Oh iya jangan lupa ke dokter ya siapa tahu kan." ucap Melody tersenyum lebar.
Andrew pun ada dihadapannya dan menghadang Melody.
"Melody, haruskah kau seperti ini pada keluargamu sendiri?" tanya Andrew.
"Keluarga? Sejak kapan aku dianggap keluarga? Semua milikku kalian ambil, lalu aku diusir dari rumah, dihina dan difitnah sebagai wanita malam hanya karena aku bisa bertahan hidup diluar. Kau pikir aku tak menerima banyak luka? Belum lagi kau juga bersekongkol dengan mereka." balas Melody panjang lebar.
"Kau akan mendapat ganjaran atas perbuatanmu." ucap Andrew.
"Berkacalah sebelum bicara seperti itu. Kau juga bukan makhluk suci." balas Melody.