Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
"Alhamdulillah... Akhirnya bisa istirahat dengan tenang. Rasanya capek seharian gotong royong terus masak dan kegiatan lainnya." Sherly merebahkan dirinya sembari memeluk bonekanya yang sudah usang.
"Sher, boneka kamu sudah jelek. Kenapa nggak kamu buang aja sih? Beli yang baru, warnanya aja udah memudar tuh." ucap Fifia sembari melihat ke bawah.
"Nggak, Mbak. Boneka ini sangat berarti untuk ku. Aku nggak mau beli yang baru. Cukup ini aja."
"Alasannya?"
"Ini pemberian dari bapak ku waktu aku masih kecil. Dengan memeluk boneka ini. Aku merasakan bapak ada bersama ku." ucap Sherly sendu.
"Memangnya bapak kamu kemana?" tanya Fifia yang bingung dengan raut wajah Sherly yang tiba-tiba berubah mendung.
"Sudah lama meninggal, Mbak." sahut Nayla sembari mendekati Sherly berusaha menenangkannya.
"Innalilahi.. maaf Sher. Aku nggak tau, kalau ternyata bapak kamu sudah meninggal." Fifia turun dari atas kasur dan mendekati Sherly.
"Nggak papa kok, Mbak." ucap Sherly dengan senyum di paksakan.
"Assalamu'alaikum..." Yulia masuk ke kamar.
"Wa'alaikumsalam..." ucap mereka bertiga kompak.
"Kamu kenapa, Sher?" tanya Yulia saat melihat mata Sherly memerah akibat menangis.
"Aku nggak sengaja nanyain bapaknya Sherly, Mbak. Makanya dia nangis kek gini. Mungkin Sherly kangen sama bapaknya." ucap Fifia
Yulia duduk di sebelah Sherly. "Kamu kangen sama bapak mu?"
Sherly mengangguk pelan.
"Jangan nangis lagi yaa. Kalau kamu nangis seperti ini kasihan bapak mu yang ada di surga sana. Bapak mu pasti sedih melihat mu menangis seperti ini. Coba kamu tersenyum."
Sherly tersenyum tipis.
"Senyuman apaan seperti itu, Sher. Senyum tuh kayak gini nih." Nayla menampilkan senyuman merekahnya membuat Sherly terkekeh kecil.
"Nahh, gitu dong senyum. Bapak kamu pasti seneng kalau lihat kamu senyum seperti ini. Apalagi senyuman anaknya ini manis banget ngalahin gula manisnya." goda Yulia.
"He,em. Aku aja sampai klepek-klepek." timpal Fifia yang membuat Sherly tertawa kecil.
"Makasih yaa, kalian udah ngehibur aku."
"Kita sebagai teman sudah seharusnya menghibur temannya, menjaganya, mendukungnya, melindunginya." Fifia menggenggam tangan Sherly.
"Betul yang di katakan sama, Mbak Fia."
Mereka berempat pun saling berpelukan. "Aku seneng deh memiliki teman seperti kalian." ucap Fifia setelah melepaskan pelukannya.
"Aku juga seneng bisa berteman sama, Mbak Fia. Udah cantik, jago bela diri lagi. Lumayan bisa lindungi aku dari si dua macan betina itu."
"Dua macan betina? Siapa Sher?" tanya Nayla
"Yaa siapa lagi kalau bukan si biang rusuh Mila sama Ulya "
Fifia terkekeh kecil. "Aman.! Aku pasti lindungi kalian kok. Aku udah anggap kalian seperti keluarga aku sendiri. Habisnya kalian baik banget sih sama aku."
"Sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim memang keluarga bagi umat muslim lainnya. Seperti halnya Mbak Fia ini. Mbak Fia kan tidak hanya teman, sahabat, tapi juga keluarga buat kita semenjak Mbak Fia masuk di pesantren ini." ucap Yulia
"Semoga kita bisa bersama-sama seperti ini terus yaa." Nayla merangkul mereka bertiga.
"Amin" ucap Sherly, Fifia dan Yulia secara bersama.
"Ayoo kita tidur, sudah malam." ujar Yulia.
Mereka pun lantas berbaring di kasurnya masing-masing. "Selamat malam semua" ucap Fifia.
"Bukan selamat malam Mbak Fia. Katakan jangan lupa baca doa sebelum tidur." ujar Nayla
"Ahh yaa maaf"
.
.
.
Fifia terbangun dari tidurnya. Ia merasa kedinginan, padahal ia sudah memakai selimut. Ia mengambil jaket hoodie kesayangannya lalu memakainya.
"K-kenapa rasanya dingin sekali?" gumam Fifia dengan bibir bergetar. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing sekali.
"M-mbak Yulia... Mbak Yul..." Fifia memanggil-manggil Yulia. "R-rasanya dingin sekali seperti masuk hingga ke tulang-tulang ku." gumam Fifia. Tubuhnya meringkuk seperti bayi.
"Nayla... Sherly...." Fifia berharap salah satu teman sekamarnya ada yang mendengar suaranya.
"Mbak Yul... Nayla... Sherly...." Fifia terus memanggil teman sekamarnya.
Sherly mengucek matanya. Ia mendengar Fifia memanggil-manggil namanya. "Mbak, ada apa?"
"S-sher, boleh aku pinjam selimut kamu? Aku kedinginan."
"Astaghfirullah hal'adzim....." pekik Sherly saat melihat bibir Fifia membiru.
"Mbak Yulia, Mbak Nayla bangun "
"Ada apa Sher?" tanya Yulia
"Kamu ada apa bangunin aku, Sher?" Nayla mengucek matanya.
"Mbak Fia, Mbak...."
"Mbak Fia kenapa?" Nayla mengernyitkan dahinya.
"Mbak Fia, itu bibirnya membiru. Mbak Fia sakit."
Yulia gegas memeriksa Fifia. Dan yaa, benar apa yang di katakan oleh Sherly. Bibir Fifia membiru, tubuhnya terasa panas namun Fifia menggigil seperti orang kedinginan.
"D-dingin banget, Mbak." ujar Fifia. Matanya masih terpejam, bibirnya membiru, tubuhnya bergetar menggigil kedinginan.
"Sherly, Nayla... Kalian ke ndalem. Bilang ke Abah dan Umi kalau Fifia sakit." titah Yulia yang hanya di angguki oleh Nayla dan Sherly.
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr