NovelToon NovelToon
Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / Duda / Romansa-Tata susila
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kopii Hitam

Aina Cecilia
Seorang gadis yatim piatu yang terpaksa menjual keperawanannya untuk membiayai pengobatan sang nenek yang tengah terbaring di rumah sakit. Tidak ada pilihan lain, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa dia tempuh saat ini. Gajinya sebagai penyanyi kafe tidak akan cukup meskipun mengumpulkannya selama bertahun-tahun.

Arhan Airlangga
Duda keren yang ditinggal istrinya karena sebuah penghianatan. Hal itu membuatnya kecanduan bermain perempuan untuk membalaskan sakit hatinya.

Apakah yang terjadi setelahnya.
Jangan lupa mampir ya.

Mohon dukungannya untuk novel receh ini.
Harap maklum jika ada yang salah karena ini novel pertama bagi author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GBTD BAB 3.

Aina mulai memetik dawai gitarnya, pemain lain ikut mengiringi. Semua orang langsung terdiam menikmati lantunan nada yang menyentuh relung hati.

Apalagi saat suara emas Aina mengalun indah di telinga, semuanya ikut terbawa suasana.

Penghayatan Aina benar-benar dapat hingga membuat para tamu tersentuh, bahkan ada yang sampai berkaca-kaca.

Semuanya terpukau, tak terkecuali dengan Arhan. Suara Aina yang khas dan serak membuatnya terbuai. Dia menghentikan obrolannya dan memutar tubuhnya menghadap panggung.

"Seeeer,"

Nafas Arhan berdesir, seketika dia tergugu menatap wajah cantik yang begitu dekat dengan dirinya. Jarak antara tempat duduknya hanya dua meter hingga pandangannya sangat lepas ke arah Aina duduk saat ini.

Arhan mengusap wajahnya kasar, jantungnya berdegup kencang menatap lekat wajah gadis cantik yang pernah menghabiskan malam dengannya satu minggu yang lalu.

Berbeda dengan Aina, dia tidak menyadari kehadiran Arhan sama sekali. Matanya tertutup indah menghayati lagu yang tengah dia bawakan.

Saat di penghujung lagu, semua orang kembali bertepuk tangan dengan meriah. Aina tersenyum dengan manisnya, kemudian membuka matanya perlahan.

"Deg, deg, deg."

Mata Aina membulat seketika, tangannya bergetar hebat dengan wajah merah padam. Bibirnya kelu untuk berkata-kata.

Sorot mata Arhan yang sangat tajam, membuat Aina takut dan bergegas melempar pandangannya ke arah lain.

"Ma, ma, maafkan saya. Sa, saya tidak bisa melanjutkan acara ini. Selanjutnya saya kembalikan kepada Nayla."

Aina bangkit dari duduknya dan berlari meninggalkan panggung. Hal itu membuat semua orang menatap bingung ke arah Aina yang mulai menghilang dari pandangan semuanya.

Nayla bergegas mengambil alih tanggung jawab Aina, dia mengatakan kepada semua orang bahwa kondisi Aina tidak sehat saat ini dan kembali melanjutkan acara itu.

Sementara Arhan, dia dengan cepat meninggalkan ruangan dan berlari menyusul Aina ke belakang. Pencariannya selama satu minggu ini berakhir sudah, dia tidak ingin kehilangan jejak gadis itu lagi.

"Bu, Aina izin pulang ya. Badan Aina sepertinya kurang sehat, maafkan Aina karena pulang tanpa pamit."

Aina mengetik pesan itu pada layar ponselnya, kemudian mengirimnya kepada Ranti. Dia berlari melewati pintu belakang dan bergegas memanggil ojek yang mangkal di pinggir jalan.

"Jalan bang, cepat!" pinta Aina dengan nafas terengah-engah.

Aina menitikkan air matanya sesaat setelah duduk di belakang tukang ojek. Kejadian malam itu kembali terlintas di dalam ingatannya hingga terisak menahan sedu sedan.

Arhan melayangkan bogem mentahnya pada permukaan dinding, dia tampak frustasi karena tak berhasil menemukan Aina yang sudah pulang lebih dulu.

"Sial, cepat sekali gadis itu menghilang." kesal Arhan, dia mengacak rambutnya kasar lalu menendang dinding sekuat tenaga.

Setelah cukup lama menelan kekecewaannya di belakang kafe, Arhan kembali masuk dan bergegas menghampiri Ranti.

"Aku ingin bicara denganmu sebentar." ucap Arhan tanpa basa-basi.

"Ada apa Tuan Arhan, apa pelayanan kami tidak memuaskan?" tanya Ranti sembari menautkan alisnya.

"Tidak, pelayanan di sini sangat bagus. Aku ingin menanyakan tentang gadis yang bernyanyi tadi, siapa namanya?" ujar Arhan langsung pada pokok pembicaraan.

"Siapa maksud Tuan? Aina?" jawab Ranti bingung.

"Ya, dia. Apa dia pegawai di kafe ini?" tanya Arhan mencari tau.

"Iya benar, dia penyanyi tetap di sini. Apa Tuan Arhan mengenalnya?" jawab Ranti dengan pertanyaan pula.

"Iya, aku mengenalnya. Berikan alamatnya padaku! Aku sudah lama mencarinya." pinta Arhan dengan sorot mata yang terlihat tajam.

Ranti kebingungan melihat sikap Arhan, untuk apa pengusaha kaya itu meminta alamat Aina padanya. Dia takut Arhan berniat buruk terhadap gadis malang itu.

"Maaf Tuan, aku tidak tau tujuanmu meminta alamatnya. Aku tidak bisa memberikannya padamu. Aina memiliki privasinya sendiri." jawab Ranti tegas.

"Apa kau meragukan ku?" tanya Arhan, tangannya mengepal erat dan meninggikan suaranya.

"Tidak, bukan begitu. Aku tidak ingin melihat gadis itu terluka. Masalah hidupnya sudah sangat banyak, jangan menambah bebannya dengan mendekatinya! Tuan bisa mencari gadis lain untuk bersenang-senang, kenapa harus gadis malang itu?" jawab Ranti.

Pemilik kafe itu tau kalau Arhan selama ini suka bermain perempuan. Dia tidak ingin Aina masuk ke dalam jerat pria itu, harta tidak menjamin sebuah kebahagiaan.

"Percaya padaku, aku tidak akan menyakitinya apalagi melukainya. Ada hal yang ingin aku bicarakan dengannya. Bila perlu aku akan membayar mu dua kali lipat."

Arhan mengusap wajahnya, kemudian menghela nafas dan membuangnya kasar. Dia kesulitan meyakinkan Ranti bahwa dirinya tidak punya niat jahat pada Aina.

"Kalau kau tidak percaya padaku, kau boleh ikut denganku menemuinya. Aku hanya ingin bicara dengannya, ada hal penting yang harus aku selesaikan dengannya. Tolong, aku mohon!"

Arhan kembali meyakinkan Ranti, bahkan wajahnya tampak memelas memohon agar Ranti mau memberikan alamat Aina padanya.

"Apa Tuan yakin tidak akan menyakitinya?" tanya Ranti memastikan.

"Aku yakin, nyawaku sebagai taruhannya." jawab Arhan.

Mendengar itu, Ranti akhirnya luluh. Dia mengeluarkan sebuah kartu nama dan memberikannya pada Arhan.

"Ini alamatnya, dia tinggal di sebuah kontrakan kecil dan kumuh. Aku rasa Tuan tidak akan sanggup menginjakkan kaki di sana."

"Satu hal lagi, dia bukan gadis murahan seperti wanita yang biasa Tuan tiduri. Jangan berpikir macam-macam tentangnya!" ucap Ranti, dia masih ragu mengingat jejak langkah Arhan yang terbilang buruk.

"Kau tenang saja! Aku pastikan dia tidak akan terluka sedikitpun. Lanjutkan acara ini, aku pergi dulu!"

Arhan meninggalkan kafe sembari berlari kecil. Dia tidak sabar bertemu Aina secepatnya. Ada banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan gadis itu.

Kini mobil yang dikemudikan Arhan sudah masuk ke sebuah lorong sempit. Benar kata Ranti, Aina tinggal di lingkungan yang tidak sepadan dengan wajah cantiknya.

Arhan memarkirkan mobilnya di tempat yang agak lapang, kemudian turun dan melanjutkan pencariannya sembari berjalan kaki.

Setelah berputar-putar hingga bercucuran keringat, Arhan akhirnya menemukan nomor rumah yang ditempati Aina.

Sebuah kontrakan kecil sederhana, dindingnya tampak usang dan lapuk. Keadaan di sekelilingnya sangat jauh dari kata layak.

Sorot mata Arhan terlihat lirih, dia berjalan perlahan dan mengetuk pintu dengan pelan. Arhan sengaja tidak bersuara agar Aina mau membukakan pintu untuknya.

"Tok, tok, tok."

Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar, Aina yang baru saja merebahkan diri di atas kasur tipisnya, kembali bangkit dan berjalan menuju pintu.

"Siapa?"

Suara lembut Aina membuat Arhan tersenyum sumringah. Namun dia tetap setia berdiri di depan pintu tanpa bersuara.

Sesaat setelah pintu terbuka, Aina melotot kan matanya kaget. Dia bergegas menutup pintu itu kembali, namun Aina kalah cepat. Arhan sudah lebih dulu menahan pintu itu dengan kakinya.

"Untuk apa kau ke sini? Pergilah, kita tidak ada urusan lagi!" ketus Aina, dia berusaha keras mendorong pintu itu sekuat tenaga.

"Aku tidak akan pergi sebelum kita bicara. Kau punya hutang penjelasan padaku." ucap Arhan tegas.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan, semua sudah berlalu. Aku mohon pergilah dari sini!" pinta Aina dengan mata berkaca-kaca.

Arhan geram mendengar ucapan Aina, dia menggertakkan giginya kuat dan mendorong pintu itu hingga terbuka lebar.

Kekuatan Aina yang secuil tak sebanding dengan Arhan, gadis itu hampir saja tersungkur. Namun Arhan dengan cepat meraih tangan Aina hingga tubuh keduanya saling menempel.

Aina melotot kan matanya kaget, detak jantungnya seakan berhenti untuk sesaat. Dia bergegas mendorong dada Arhan dan menjauh dari pria tampan itu.

1
Anonymous
Cwe tdak bersukur ,buang saja lah 😡😡😡
Jue Juliza Johnson
Luar biasa
Jonosiis
makin lama makin males baca ya .yg punya tekanan tensi tinggi g usah baca novel ini bikin emosi aja
Ris Mawati
ceritanya bagus
Nicky Nick
terlmbat lu nai mknya jgn sok
Nicky Nick
ayo arhan lihat kedpn pst kamu kaget deh
Bunda Puput
Luar biasa
feri marlinda
yg jelas author nya yg bertele-tele
Yohana Kanta
males aina bego
Eva Juliana
Luar biasa
Yohana Kanta
aina ribet
Katrien Gorung
penasaran
Juni Yati
sprtinya ceritanya asik
Mlly Ferli
menarik ceritanya
masnia masnia
lanjut dong ceritanya
Siti Aminah
baru nyimak thor...semoga cerita ny bgs
masnia masnia
lanjut
masnia masnia
jantung aku yg tegang. lanjut
masnia masnia
/Good/
༻♛A̷͙ͭͫ̕ḑ̴̞͛̒ỉ͔͖̜͌r̴̨̦͕̝a̤♛༺
seru😀
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!