"pangeran nicolas dijatuhi hukuman pengasingan dari kerajaan vampir selama 100 tahun" ucap sang raja.
"tunggu kita masih belum mempunyai bukti kuat bahwa dia pelakunya" leon sang ahli waris ikut berbicara.
"semua bukti mengarah padanya, kita harus mengambil keputusan" jawab sang raja.
"tidak apa saya akan pergi, saya permisi" ucap nicolas yang berlutut di hadapan raja, kemudian berdiri dan pergi dari kerjaan vampir.
ia masuk ke dunia manusia, perjalanan apakah yang menunggunya disana?
sungguh cinta beda makhluk sangat menyesakkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon intan maggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Aku membuka mata ku, melihat aurora sedang mengoles luka bakar ini.
"Sudah bangun?" Ucap aurora.
"Kemana nora?" Tanya ku.
"Mencari makan" jawab aurora.
"Kau membiarkan dia pergi sendiri?" Tanya ku.
"Itu kemauannya sendiri" jawab nora
Aku duduk, kami sedang berada di bawah pohon besar.
"Mau kemana?" Tanya aurora.
"Menyusulnya" jawab ku.
"obati luka mu dulu" balas aurora.
"Lanjutkan nanti" balas ku kemudian berdiri dan terbang bersama hembusan angin untuk mencari putri.
Saat melihatnya, putri lenora senang meloncat-loncat untuk mengambil apel yang menggantung di pohon, sedang tangan kirinya sudah mewadahi beberapa buah.
Aku muncul tiba-tiba diatas pohon itu dan melihatnya, membuat putri kaget terjatuh duduk dan buah yang ditangannya berserakan.
"Kamu, bisa kah kamu tidak membuat ku kaget, jadi berserakan kemana-mana" ucap putri kesal, kemudian mengumpulkan buah yang tadi berserakan.
"Aww" lirih putri ketika sebuah apel jatuh di kepalanya.
"Nicolas, apa keisengan aurora menular pada mu?" Sahutnya, karena aku yang menjatuhkan apel itu.
"Maaf putri, aku hanya ingin membantu mu memetik apel-apel ini" jawab ku.
"Kamu melakukan nya dengan sengaja, seharusnya kamu liat aku ada dibawahnya" sahut putri menggerutu.
"Maaf-maaf" balas ku kemudian turun dan membantu mengumpulkan apel-apel itu.
"Kamu sudah sembuh?" Tanya putri.
"Aku bisa memulihkan diri ku, bahkan luka dari panah-panah itu sudah tidak berbekas" jawab ku.
"Tapi luka bakar itu masih ada" balas putri.
"Ini luka yang berbeda" jawab ku singkat.
"Sepertinya air yang sudah tercampur dengan tanaman itu bisa membunuh mu" balas putri.
"Ya" jawab ku.
"Pantas saja kamu tidak ingin masuk ke kerajaan itu" balasnya. Kami mulai berjalan kembali ke tempat sebelumnya.
"Aku takut kamu mati, karena tadi detak jantung mu berhenti" ucap lagi putri.
"Sejak awal aku memang tidak punya detak jantung" jawab ku.
"Ya, aurora memberi tahu ku, kamu membuat bunyi detak jantung dengan sihir mu agar kamu dianggap manusia" balas putri.
"Benar" jawab ku singkat.
"Lalu aurora juga memberi tahu ku tentang bau-bau yang tidak kamu sukai, makanya kenapa kamu menghindari beberapa jalan kemarin" ucap Putri lagi.
"Apa saja yang Aurora ceritakan pada mu" tanya ku.
"Banyak, katanya gurunya dulu tau banyak tentang vampir dan memberi tau semuanya tentang vampir, mungkin dia seorang pecinta vampir" ucap putri lenora lagi.
"Ohh begitu" aku mengiyakan saja, padahal sebaliknya.
"Ku pikir kamu akan mati tadi, aku sedih, tapi setelah aurora bilang bahwa jika vampir mati akan menjadi debu aku merasa tenang, karena kamu masih ada di depan ku" ucap putri lenora.
"Tenang saja, aku tidak akan meninggalkan mu begitu saja" jawab ku.
"Aku percaya pada mu" balas putri.
Kami sampai di tempat aurora.
"Kembali juga kau, padahal belum selesai diobati" gerutu aurora.
Aku duduk di depannya dia kembali mengobati ku.
"Aku tidak punya utang nyawa lagi pada mu, tadi aku telah menyelamatkan mu" ucap ku pada aurora.
"Baiklah, tapi kau masih mempunyai utang budi ini" balas aurora sambil melumuri luka ku karena senjata dengan air itu.
"Ya, aku pasti akan membayarnya" balas ku.
"oke selesai" ucap aurora saat selesai mengoles luka di tubuh ku.
"Makan dulu kalian" ucap putri lenora.
"kita harus segera pergi dari sini" ucap ku kemudian berdiri.
"Ada apa?" Tanya putri lenora.
"Ada yang mendekat ke tempat ini" jawab ku.
"Aku belum makan, lapar" sahut aurora.
"Bawa saja, cepatlah" tegas ku.
Aurora menyerap semua apel ke tongkat sihirnya, kemudian berdiri, begitu juga putri lenora.
Aku bergegas, mereka mengikuti ku.
"Hey nicolas, kenapa kau begitu ingin ke negeri penyihir?" Tanya aurora di perjalanan.
"Kenapa memangnya? Tidak boleh?" Tanya ku.
"Bukan begitu, penyihir adalah musuh alami bagi vampir dan kamu malah ingin ke negeri itu, sama saja seperti mengantar nyawa" jawab aurora.
"Ya, aku tau, itulah sebabnya aku meminta obat agar mereka tidak mengenali aura ku" jawab ku.
"Tapi kamu juga telah menjadi buronan" balas aurora lagi.
"Apa kamu mempunyai sihir pengubah wajah?" Tanya ku pada aurora.
"Belum ku pelajari" jawab aurora.
"Boleh tolong berikan itu pada ku?" Tanya ku.
"Kamu ingin menggunakannya?" Tanya aurora.
"Ya, sebagai balasannya aku akan mengajari hal yang sama kepada mu" jawab ku.
"Baiklah, aku ingin bertanya lagi pada mu" balas aurora.
"Apa?" Tanya ku.
"Apa yang ingin kau lakukan saat sudah di negeri penyihir?" Tanya aurora.
"Mengapa kau ingin sekali tau?" Tanya ku.
"Hm... Bagaimana pun itu adalah halaman rumah ku" jawab aurora.
"Jadi, kamu kira aku akan menghancurkannya?" Tanya ku.
"Mungkin saja" jawab aurora.
"Tenang saja, aku tidak akan melakukan hal itu kecuali jika mereka membahayakan negeri ku" jawab ku.
"Apa kamu mampu melawan semua penyihir?" Tanya aurora lagi.
"Mungkin tidak" jawab ku.
"Lalu bagaimana kamu akan melakukannya?" Tanya aurora lagi.
"Berhenti lah bertanya soal itu, aku tidak akan melakukan kejahatan disana kecuali jika itu mengancam nyawa ku" jawab ku.
"Baiklah, ku percaya saja pada mu" balas aurora, kemudian dia diam.
Aku berjalan mengarah ke semua lembah yang curam.
"Hati-hati" ucap ku saat membantu mereka menuruni daerah yang curam.
"Mengapa kita kesini?" Tanya putri lenora.
"Berikan aku waktu untuk mempelajari sihir pengubah wajah itu" jawab ku.
"Apa tidak apa-apa?" Tanya ku.
"Ya, aku mendukungmu, ini demi kebaikan kita juga" jawab putri lenora.
Di depan, di lembah ini aku melihat sebuah reruntuhan yang sepertinya sudah lama ditinggali.
"Apakah kalian sadar, saat kita dihutan manapun, tidak ada binatang buas yang menyerang kita" ucap putri lenora saat aku kami menuju reruntuhan itu.
"Itu karena vampir bersama kita, hewan-hewan itu bisa merasakan keberadaan vampir dan takut pada mereka" aurora yang menjawab pertanyaan itu.
Lalu kita sampai di reruntuhan ini, tidak ada yang aneh, hanya seperti bekas bangunan tua.
"Biar aku makan dulu nicolas, kau tidak mendengar perut ku bunyi" gerutu aurora, kemudian duduk di sebuah salah satu batu bekas reruntuhan.
"Baiklah kau makan saja" jawab ku, kemudian Aurora mengeluarkan 1 apel dari tongkat sihirnya.
"Kau mau lagi putri lenora?" Ia menawarkannya pada putri lenora, putri mengambilnya, aurora mengeluarkan 1 lagi untuk dirinya.
"Kamu tidak Nicolas?" Tanya putri lenora.
"Biarkan saja dia, jika dia mau pasti dia sudah mencari makanannya sendiri" sahut aurora.
"Aku akan mengecek sekitar, apakah mereka masih mengejar kita atau tidak, kalian nunggu disini" ucap ku, kemudian hilang dari hadapan mereka..