Kecelakaan menjadikan tertulisnya takdir baru untuk seorang Annasya Atthallah. Berselang dua bulan setelah kecelakaan, gadis yang biasa dipanggil Nasya itu dipinang oleh orang tua lelaki yang merupakan korban kecelakaan.
Airil Ezaz Pradipta, terpaksa menyetujui perjodohan yang diam-diam dilakukan oleh kedua orang tuanya. Tidak ada yang kurang dari seorang Nasya. Namun dirinya yang divonis lumpuh seumur hidup menjadikan Airil merasa tidak pantas bersanding dengan perempuan yang begitu sempurna.
Lelaki yang dulunya hangat itu berubah dingin ketika bersama Nasya. Mampukah Nasya meruntuhkan tembok es itu dan melelehkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
“Kami sangat berharap bisa bekerjasama dengan perusahaan besar seperti kalian untuk pengembangan smart home. Integrasi teknologi dengan perusahaan kontraktor yang berpengalaman dalam pembangunan rumah masa depan sangat penting. Dengan pengetahuan teknologi canggih yang Vanguard Innovations miliki, kami siap memadukannya dengan keahlian perusahaan AJA dalam industri konstruksi. Melalui kerjasama ini kita bisa merancang dan membangun rumah-rumah pintar yang inovatif, cerdas, dan nyaman bagi penghuninya.”
Pria berwajah blasteran Belgia itu menutup presentasi rencana kerja dan keuntungan kerjasama yang disampaikan asistennya. Matanya tidak berhenti menargetkan Nasya.
Sedang wanita itu sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan yang sedang berlangsung di ruang meeting. Namun untuk menjaga keprofesionalannya Nasya tetap duduk dengan tegap seolah menyimak apa yang ditampilkan oleh layar proyektor. Hingga pertemuan berakhir, Nasya tetap tampil dengan wibawanya.
“Akhirnya kita bertemu kembali Nyonya Nasya,” Franky mensejajari langkah Nasya yang terburu-buru meninggalkan ruang meeting.
Nasya menjawab sapaan itu dengan sudut bibir melengkung tipis, masuk ke ruangannya tanpa berminat basa-basi.
“Lain kali kita akan bertemu lagi,” ucap Franky sebelum Nasya berbelok masuk ke ruangannya.
“Jangan harap,” jawab Nasya dalam hati.
Istri Airil itu menghela napas jengah, mendudukkan dirinya di kursi dengan segala macam pikiran yang singgah di kepalanya.
Apa hanya perasaannya saja kalau Franky sedang memberikan ancaman padanya.
“Key, aku rasa kita perlu mempertimbangkan kembali untuk bekerja sama dengan Tuan Franky,” saran Nasya.
Dia bukan tidak setuju dengan apa yang Vanguard Innovations tawarkan. Hanya saja lebih kepada personal, laki-laki itu bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
“Kenapa? Bukankah dewan direksi sudah sepakat untuk bekerja sama dengan Vanguard Innovations. Dan ini juga sangat sesuai dengan proyek hunian eksklusif yang Pak Darma inginkan.” Key mengamati wajah kakak sepupunya yang terlihat gelisah.
"Aku hanya berpikir anggaran yang akan kita keluarkan membengkak. Mungkin kita bisa mencari solusi lain untuk menekan biaya, salah satunya menemukan perusahaan teknologi yang lebih cocok."
"Apa Kakak ada masalah pribadi dengan Tuan Franky yang aku tidak tahu. Kalau memang masalah anggaran bukankah sudah kita bahas dalam meeting tadi siang."
Nasya menggeleng, “tidak ada masalah pribadi. Pikirkan baik-baik, mungkin kamu berubah pikiran.” Ucapnya sebelum kembali ke ruangan.
"Kenapa tingkahnya aneh? Bukannya sudah disepakati saat meeting," Key menatap heran punggung sang kakak yang menghilang di balik pintu.
Sekembalinya ke ruangan Nasya menghubungi suaminya. Diantara kerisauan hatinya Nasya tidak tahu, apakah perlu memberitahu Airil tentang pertemuannya dengan Franky.
“Kenapa?” Airil bisa merasakan helaan napas istrinya yang sedang gelisah. Sangat jarang Nasya menelponnya di jam kerja,
“Ada apa?” Tanyanya ketika sang istri tak kunjung menjawab.
“Cuma kangen dengar suara kamu Mas,” jawab Nasya dengan kekehan.
“Kangen? Apa istriku ini sedang jatuh cinta, hm.” Pria yang tengah memeriksa beberapa berkas itu menjawab dengan candaan. Tidak ingin memperburuk suasana hati Nasya karena terus bertanya.
“Jatuh cinta? Aku bahkan belum pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta Mas,” balas Nasya terkekeh.
“Nanti akan aku beritahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Sekarang tidak baik mengganggu konsentrasiku Sya, kalau ada masalah dengan laporan yang sedang aku periksa kau harus bertanggung jawab.”
“Aku selalu siap bertanggung jawab Mas, apa kamu sedang hamil. Atau sekarang mengalami mual, muntah.”
“Sya,” Airil menggeram di tengah suara tawanya.
“Iya suamiku.”
"Kalau kau tidak ingin makan malam sendirian maka jangan ganggu aku bekerja. Dengan kau merayuku itu akan memperlambat sistem kerja saraf otakku Sya."
"Apa aku sedang mendapatkan ancaman dari suamiku ini?"
"Perlu aku datang kesana?" Meskipun suara tawa Nasya lebih banyak terdengar, namun Airil yakin istrinya itu sedang tidak baik-baik saja.
"Aku cuma kangen mendengar suaramu Mas, sekarang kangennya sudah hilang. Cari duit yang banyak, aku tunggu di rumah." Nasya segera mengakhiri teleponnya sebelum Airil benar-benar mendatangi kantornya.
Usai menutup telepon Nasya mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya. Dia tidak bisa mencampuradukkan masalah pribadi dengan perusahaan. Lebih baik Airil tidak perlu tahu kalau perusahaannya akan bekerja sama dengan Franky.
sabar ya sa
key diamm
sblm.terkmabat