Kerajaan Avaris yang dipimpin oleh Raja Darius telah menjadi kekuatan besar di benua Estherya. Namun, ancaman datang dari Kekaisaran Zorath yang dipimpin oleh Kaisar Ignatius, seorang jenderal yang haus kekuasaan. Di tengah konflik ini, seorang prajurit muda bernama Kael, yang berasal dari desa terpencil, mendapati dirinya terjebak di antara intrik politik dan peperangan besar. Dengan bakat taktisnya yang luar biasa, Kael perlahan naik pangkat, tetapi ia harus menghadapi dilema moral: apakah kemenangan layak dicapai dengan cara apa pun?
Novel ini akan memuat konflik epik, strategi perang yang mendetail, dan dinamika karakter yang mendalam. Setiap bab akan menghadirkan pertempuran sengit, perencanaan taktis, serta perkembangan karakter yang realistis dan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekuatan Tersembunyi
Bab 27: Kekuatan Tersembunyi
Meskipun mereka berhasil mengalahkan makhluk-makhluk bayangan yang menyerang mereka, suasana dalam ruangan itu masih terasa mencekam. Kael dan timnya berdiri dalam posisi siaga, mata mereka berkeliling untuk mencari ancaman berikutnya. Udara di sekitar mereka terasa semakin padat, dan bahkan cahaya yang memancar dari patung besar di tengah ruangan tampak bergetar, seolah-olah energi yang terkandung di dalamnya tidak stabil.
“Kael… aku merasakan sesuatu yang tidak biasa,” Aria berkata dengan cemas, sambil menggenggam tangannya lebih erat.
“Ada apa, Aria?” Kael bertanya, mencoba untuk tetap tenang meskipun jantungnya berdegup kencang. Dia bisa merasakan ketegangan yang sama di udara. Tidak hanya ancaman fisik yang mereka hadapi sekarang, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang jauh lebih kuat dan lebih gelap dari sebelumnya.
“Entitas yang mengendalikan tempat ini… kekuatan yang jauh lebih besar. Aku bisa merasakannya. Sepertinya dia sedang mengawasi kita,” jawab Aria, suaranya hampir berbisik, seolah takut berbicara terlalu keras akan menarik perhatian entitas tersebut.
Kael mengangguk. Apa yang Aria katakan adalah hal yang sama yang dia rasakan. Sesuatu, atau seseorang, sedang mengamatinya, menunggu mereka untuk melakukan langkah berikutnya. Itu adalah perasaan yang tidak nyaman, seperti ada mata yang tidak terlihat mengikuti setiap gerakan mereka.
“Kita harus berhati-hati. Kita belum tahu apa yang sebenarnya ada di sini,” kata Kael, berbicara dengan hati-hati. "Tetap fokus. Kita harus menemukan cara untuk melanjutkan."
Rian, yang selama ini lebih banyak diam, sekarang angkat bicara. “Kael, jika dunia ini dipenuhi dengan kekuatan seperti ini, bagaimana kita bisa berharap untuk menghadapinya? Kita hanya manusia biasa yang diberkahi dengan sedikit kekuatan. Apa yang bisa kita lakukan?”
Kael menatap Rian dengan serius. “Kita bukan hanya manusia biasa, Rian. Kita memiliki kekuatan. Dan kita tidak hanya berjuang untuk diri kita sendiri, tetapi untuk dunia yang lebih besar. Ini adalah ujian terakhir kita. Jika kita gagal di sini, maka segalanya akan hancur.”
Rian menundukkan kepala, menyadari beratnya kata-kata Kael. Semua yang mereka lakukan, semua yang mereka perjuangkan, adalah untuk masa depan yang lebih baik—meskipun jalan di depan mereka terlihat semakin gelap.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, memasuki sebuah lorong panjang yang lebih dalam menuju pusat dunia ini. Lorong itu dipenuhi dengan ukiran kuno yang sepertinya menceritakan kisah-kisah lama tentang dunia yang pernah ada. Ada gambar-gambar dari peperangan besar, dari kekuatan yang sangat kuat yang pernah ada, dan dari para makhluk yang mendominasi alam semesta ini sebelum mereka. Namun, tidak ada satu pun kata yang bisa mereka pahami—semua tulisan itu adalah bahasa kuno yang terlupakan oleh waktu.
Tiba-tiba, langkah mereka terhenti ketika mereka sampai di ujung lorong. Di depan mereka, sebuah pintu besar yang terbuat dari batu hitam berdiri tegak, dihiasi dengan simbol-simbol yang sama seperti yang mereka temui di patung sebelumnya. Sepertinya pintu itu adalah gerbang ke sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang lebih mengerikan.
“Ini pasti jalan keluar menuju pusat kekuatan dunia ini,” kata Kael, mengamatinya dengan seksama. “Tapi… kita harus siap menghadapi apa pun yang ada di dalam.”
“Apa kita bisa membuka pintu ini?” tanya Aria, matanya penuh dengan pertanyaan dan kekhawatiran.
“Coba lihat di sekitar pintu,” jawab Kael. “Ada simbol-simbol yang sama. Mungkin kita harus mencari petunjuk untuk membuka gerbang ini.”
Mereka semua memeriksa dengan cermat simbol-simbol yang terukir di batu. Setelah beberapa saat, Aria mengangkat tangan, menunjukkan sebuah pola yang lebih mencolok dibandingkan yang lainnya.
“Ada sesuatu di sini,” katanya dengan antusias. “Cobalah menyentuh simbol ini.”
Kael mengangguk dan meletakkan tangannya di atas simbol yang ditunjukkan oleh Aria. Seketika, pintu itu bergetar dan suara berderak keras terdengar saat batu-batu besar itu bergerak ke samping, membuka jalan menuju ruangan yang lebih luas dan gelap.
Begitu pintu terbuka, sebuah angin dingin yang kental langsung menyambut mereka. Mereka semua menarik napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk apa yang ada di depan mereka. Kael melangkah lebih dulu, diikuti oleh Aria, Rian, dan anggota tim lainnya.
Begitu mereka melangkah melewati pintu, mereka mendapati diri mereka berada di sebuah ruangan besar yang jauh lebih gelap dan lebih tua dari sebelumnya. Di tengah ruangan, sebuah altar besar berdiri, dipenuhi dengan energi yang sangat kuat. Altar itu tidak hanya terbuat dari batu, tetapi juga sepertinya terhubung dengan kekuatan yang lebih besar, menghubungkan dunia ini dengan dimensi yang jauh lebih dalam.
Di sekeliling altar, ada bayangan gelap yang tampak bergerak, seperti entitas yang tidak terlihat. Kael merasa bahwa mereka tidak sendirian di sini.
“Tunggu,” kata Kael, berhenti sejenak, menatap ruang yang luas ini dengan penuh kewaspadaan. “Aku merasa ada sesuatu yang mengamati kita. Jangan bergerak terlalu cepat.”
“Kael, apa yang harus kita lakukan?” tanya Aria, terdengar cemas.
Kael mengerutkan kening, mencerna apa yang ada di depan mereka. “Kita harus mengungkap kebenaran tentang dunia ini, Aria. Dan untuk itu, kita harus menghadapi kekuatan yang lebih besar daripada apa pun yang pernah kita bayangkan.”
Mereka semua saling memandang, tahu bahwa perjalanan mereka semakin mendekat ke titik kritis. Mereka tidak hanya berhadapan dengan ancaman fisik, tetapi juga dengan kekuatan yang akan menguji batas kemampuan mereka—dan mungkin lebih dari itu.
Kael melangkah maju, mendekati altar yang misterius. Sesuatu yang gelap dan berbahaya mulai meresap ke dalam udara di sekitar mereka, dan Kael tahu bahwa apa pun yang ada di sini, itu adalah sesuatu yang akan mengubah segalanya.