NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hampir Saja.

"Semoga aja apa yang lo yakini beneran terjadi," harap Windi.

"Windi, aku mau kok kerja sama kamu lagi."

Mendengar omongan Anya membuat Windi bersorak gembira.

"Ya ampun, Nya! Lo serius?"

"Ya, tapi aku enggak kerja kayak biasa ya. Anggap aja ini sebagai ucapan terima kasih aku karena kamu selalu ada buat aku. Aku cuma bantu-bantu kalau lagi ada waktu luang aja, gimana? Boleh kan?"

Windi mengangguk setuju, ia tidak keberatan dengan keputusan Anya. Yang terpenting bagi mereka adalah, Anya mau kembali ke sana.

"Anak-anak pasti senang kalau dengar kabar ini," gumam Windi dengan senyum lebarnya.

.

.

Sudah dua minggu lamanya pak Faisal tidak melihat perkebunan karena keadaannya yang masih belum sehat sepenuhnya. Jadi, tugasnya itu diganti oleh Anya.

Semakin hari Anya semakin akrab dengan para pekerja di sana. Kalau datang siang, ia juga sering membawa makanan untuk mereka, meskipun ayahnya tidak ada di sana.

Bu Etty dan bu Ella yang melihat hal tersebut, mereka semakin gencar mengumbar masa lalu keluarga Anya.

Dua wanita itu memiliki sifat iri dan dengki. Keluarga Anya padahal sama sekali tidak pernah membalas atau pun mengusik ketenangan hidup mereka, tapi mereka begitu suka mengusik kehidupan keluarganya.

Anya datang dan menyapa setiap pekerja di sana, setelah terlebih dulu bertemu dengan pak Mamat yang diberi amanah oleh ayahnya untuk mengawasi pekerja yang lain.

Suara burung-burung berkicau mengiringi pekerjaan mereka. Tanah yang subur dan basah tercium harum. Setiap tanaman terawat dengan baik, menunjukkan perawatan yang telaten.

Anya memeriksa setiap tanaman dengan bangga, memastikan kualitas sayuran terjamin.

Pekerja-pekerja tersenyum, berbagi cerita dan tawa ringan.

Kebun itu bukan hanya sumber penghasilan, tapi juga sumber kebahagiaan dan kebersamaan bagi mereka sekarang.

"Neng Anya, gimana kabar pak Faisal? Beliau sudah lebih baik kan keadaannya sekarang?" tanya kang Dadang.

"Alhamdulillah, sekarang sudah lebih baik, Kang. Hanya saja ayah harus lebih banyak istirahat dalam kurun waktu dekat ini, jadi untuk sementara waktu, Anya yang akan mengambil alih tugas ayah." Anya tersenyum sambil meletakkan beberapa sayuran segar yang baru dipetiknya dari kebun.

"Loh, ini untuk apa, Neng?"

"Bukankah ini kebiasaan ayah? Ayah kan selalu membagi-bagikan sayuran ini kepada kalian kalau sudah panen," jawab Anya dengan mengerutkan keningnya.

"Tidakkah ini terlalu banyak, Neng?"

"Ambil aja, Kang. Rejeki kagak boleh ditolak, oh ya ini juga dibagikan untuk yang lain ya! Udah Anya ikat semuanya, tolong dibagi sama rata ya."

Anya berpesan sebelum dirinya pulang.

"Neng Anya, sayuran di sana pada mati semua!" teriak pak Sabri berlari menghampiri Anya yang baru saja hendak pergi meninggalkan kebun.

"Apa?" tanya Dadang, karena omongan pak Sabri tidak terdengar jelas.

"Ada apa, Pak? Kok panik gitu?" tanya Anya keheranan.

"Neng, ayo ikut saya!" ajak lelaki paruh baya tersebut.

Tanpa banyak tanya, Anya dan Dadang mengikuti langkah pak Sabri menuju lahan yang mereka gunakan untuk menanami pohon jagung.

"Astaghfirullah!" Anya menutup mulutnya, dia kaget kala melihat semua jagung yang masih kuncup itu menguning.

"Kenapa bisa jadi gini, Pak?"

"Saya juga enggak tahu, Neng. Pas saya datang udah begini keadaannya tadi," jawab pak Sabri.

Dadang pergi dari sana, ia memanggil pak Mamat dan dua temannya yang lain.

"Wah, ini parah! Pasti seseorang sudah meracuni tanaman kita," ucap pak Ihsan menduga.

"Kira-kira ini perbuatan siapa ya, Pak?" tanya Bimo, karena setahu dia pak Faisal dan mereka yang di sana tidak pernah menyinggung orang lain.

"Nah! Rasain kalian, ini nih yang namanya adzab. Makanya jadi orang jangan suka berbuat jahat, ini namanya adzab bagi keluarga pezina seperti kalian."

Kedatangan bu Etty membuat mereka semua kaget.

Kenapa dia datang ke sana? Dan dari mana bu Etty tahu kalau semua jagung itu mati, ini menimbulkan tanda tanya di otak mereka, lebih tepatnya kecurigaan mulai muncul.

"Bu Etty, jangan bilang kalau ini semua ulah Ibu," tebak Dadang.

"Iya, soalnya kan yang enggak suka sama pak Faisal di sini cuma Bu Etty dan bu Ella. Melihat dari yang terjadi sekarang, yang datang ke sini cuma Bu Etty, itu artinya Bu Etty adalah biang keroknya."

Omongan pak Mamat membuat bu Etty terpojok.

Wanita itu tampak terkejut dengan omongan pak Mamat, namun sebisa mungkin menghilangkan rasa deg-degan di hatinya.

"Eh, Pak Mamat. Kalau ngomong jangan sembarangan ya, enggak ada bukti ya jangan nuduh orang dong! Emang saya enggak punya kerjaan lain apa, ngapain juga saya ngerusak tanaman kalian. Cih! Seenaknya aja memfitnah orang!"

"Kok marah, Bu? Bukankah Bu Etty juga begitu ke pak Faisal? Menuduh pak Faisal mencuri kotak amal padahal tidak ada bukti?" ucap pak Sabri.

Jika mereka terus berdebat, Anya yakin masalah itu tidak akan kelar seharian. Akhirnya dia angkat bicara, berusaha melerai orang-orang yang saling menyalahkan itu.

"Bapak-bapak, kita enggak perlu menduga-duga dan menuduh seperti ini tanpa bukti. Sebaiknya kita bekerja sama untuk menanam jagungnya lagi. Mungkin ini memang mati sendiri, kita kan juga tidak tahu semalam ada hama seperti apa yang masuk ke kebun dan merusak semuanya. Mungkin ada bakteri yang tidak baik, atau sejenisnya gitu." Anya mengerling ke arah bu Etty.

Dia tidak bisa diam saja, bu Etty itu jika dibiarkan akan semakin menjadi-jadi.

"Kamu nuduh saya?" sentak bu Etty, ia marah kala melihat lirikan mata Anya yang tertuju ke arahnya.

"Ayo, Pak! Kita selamatkan yang masih bisa diselamatkan. Yang lain dicabut saja," kata Anya.

Mereka segera melakukan apa yang diperintahkan Anya. Meninggalkan bu Etty yang masih belum puas hati, Anya yakin kalau apa yang terjadi hari ini, itu semua ada sangkut pautnya dengan wanita tersebut.

Pulang dari kebun, Anya sama sekali tidak menceritakan pada ayahnya apa yang terjadi di sana.

Anya memilih menutupi itu semua, dia tidak mau sang ayah kepikiran.

"Ayah mau ke mana?"

Anya melihat ayahnya memakai sarung dan peci, pakaian beliau sudah rapi, tampaknya pak Faisal hendak ke masjid.

"Menurut kamu ayah mau ke mana?" tanya pak Faisal balik.

Anya tersenyum tanpa menjawab.

"Ayah akan memulai semuanya dari awal, hidup ini cuma sekali, ayah ingin melakukan yang terbaik selama sisa hidup ayah," jawab pak Faisal.

Anya mendekati ayahnya dan memeluk beliau. "Anya senang dan sangat bahagia melihat perubahan Ayah. Ayah benar, hidup ini cuma sekali. Jadi, kita harus memanfaatkan sebaik mungkin umur kita untuk melakukan hal-hal baik. Tidak peduli apa yang dikatakan manusia, yang penting Allah tahu niat kita," katanya dengan senyum kecil.

"Dulu ayah memulai semuanya karena Allah, dan kemudian ayah berhenti karena omongan manusia. Ayah kecewa, sakit hati, dan akhirnya semakin menjauh dari-Nya. Kemudian yang ayah dapat adalah penyesalan mendalam, dan sekarang ayah tidak mau mengulang hal yang sama."

Pak Faisal memeluk putrinya dengan air mata mengalir deras. Rasa bahagia dan sedih menjadi satu di hatinya, dari ambang pintu dapur, bu Aila melihat adegan haru antara anak dan suaminya. Beliau pun tanpa sadar menangis, sekarang suaminya sudah benar-benar kembali pada-Nya.

.

.

Sasha menyipitkan mata melihat ke ujung jalan.

Jalan di dekat lorong itu sangat minim pencahayaan, dia jadi sedikit takut untuk ke sana.

Tadi pagi dia melihat Arya di sekitar sana, mungkin malam ini lelaki itu akan kembali ke tempat tersebut.

"Sebenarnya apa yang dilakukan Arya di tempat seperti itu?" tanya Sasha dalam hati.

Lama berpikir, akhirnya ia berjalan juga ke sana.

"Hei, mau ke mana?" tanya seorang laki-laki yang sedang menyenderkan tubuhnya di tembok toko yang sudah tutup kala itu.

Suara baritonnya reflek membuat Sasha terkejut.

Ia menjauh, lelaki itu memandang Sasha dengan lekat dari atas sampai bawah. Ia menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu membuang puntung rokok itu dan menginjaknya hingga padam.

"Kamu siapa?" tanya Sasha dengan hati mulai was-was.

"Aku? Yang pastinya aku bukan orang baik untuk dijadikan teman," jawab lelaki itu.

"Jangan ganggu aku! Aku tidak ada urusan sama kamu!" Sasha berjalan menjauh meninggalkan lelaki itu, dia hendak mencari Arya.

Ketika Sasha berjalan lebih jauh lagi, ia malah bertemu dengan banyak wanita malam di sana. Lampu di sana bahkan tidak banyak dan suasana juga suram, Sasha memutar pandangannya ke belakang.

Lelaki tadi ternyata mengikuti langkahnya.

Sasha merasakan bahaya mengancamnya, dia berniat lari kencang untuk menghindar dari lelaki tersebut.

Sasha memilih memutar haluan, ia berbelok ke arah kiri. Di sana banyak orang, tapi dia tidak sadar bahwa tempat itu adalah sarangnya para pemabuk dan wanita malam.

"Tunggu! Berhenti! Jangan ke sana!" seru lelaki itu, ia berlari cepat mencegah Sasha.

Sasha berpikir buruk tentang lelaki itu, menghindar dari dia malah masuk ke kandang macan.

"Hei, teman-teman. Lihat! Kita kedatangan gadis cantik hari ini," kata laki-laki yang tidak dikenal Sasha.

Dia mencengkeram pergelangan tangan Sasha, mencegah Sasha untuk pergi begitu saja.

Beberapa lelaki di sana yang sedang pesta barang haram mulai mendekat.

Memandangi Sasha dengan penuh gairah, mereka tampak seperti singa kelaparan.

"Hai manis! Ayo ke sini! Gabung sama kita-kita!" kata yang lain.

1
P 417 0
/Sleep//Sleep/haih ini juga teguran langsung mungkin
🥑⃟Riana~: teguran untuk siapa?/Shame/
total 1 replies
P 417 0
oh ternyata si ibu to/Slight/
P 417 0
siapA lgi ini yg ikut nimbrung🤔
P 417 0
/Sneer//Sneer/tokoh utama jago silat ternyata
P 417 0
makin rumit emng klo bca drama/Silent//Shy/
P 417 0
/Sleep/klo dah bgitu knpa harus saling nyalahin
P 417 0
udah bgus/Hey/
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!