Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Vanesa meluapkan kekesalannya dengan makan makanan yang enak-enak. Dia memesan banyak sekali makanan yang mahal dan lezat. Angel sampai geleng-geleng kepala melihatnya makan. Setelah menemani Vanesa menghabiskan makanannya, kedua gadis itu lalu tidur karena kelelahan dan kekenyangan.
Jam baru menunjukkan pukul lima pagi tapi Vanesa sudah ribut di apartemen. Dia lupa kalau ada tugas yang harus di serahkan pagi ini. Vanesa lalu menghubungi Nadia berharap temannya itu sudah bangun dan tentunya sudah menyelesaikan tugas mereka.
“Nad....” teriak Vanesa dari seberang membuat Nadia sampai menjauhkan ponsel dari telinganya. Vanesa lalu bernafas lega mendengar Nadia sudah menyelesaikan tugas mereka. Dia lalu membangunkan Angel. Mereka berdua pergi sekolah di pagi buta untuk menyontek pekerjaan Nadia.
“Nad...” Bintang yang baru turun dari kamarnya masih dengan baju tidur terkejut melihat Nadia yang sudah siap dengan seragamnya padahal jam masih menunjukkan pukul enam pagi.
"Kamu mau sekolah sepagi ini?" tanya Bintang.
“Iya, Tuan. Banyak tugas yang harus di selesaikan. Sebentar lagi kan mau ujian, jadi sekarang semua siswa harus belajar ekstra” katanya yang tidak sepenuhnya berbohong.
“Kamu sudah sarapan?” tanya Bintang mendekati Nadia dan merapikan rambut gadis itu. Nadia buru-buru menampik tangan Bintang karena di dapur ada orang lain yang sedang bekerja.
“Tuan...” bisik Nadia. Bintang gemas melihatnya dan mencubit pipinya tidak perduli orang-orang melihat mereka atau tidak.
“Jangan lupa sarapan kalau sampai di sekolah. Jaga kesehatan kamu, harus banyak makan makanan yang sehat biar otak kamu jadi encer” petuah Bintang kepada Nadia.
“Siap, boss” seru Nadia. Dia lalu menunduk sopan pada Bintang dan segera berangkat sekolah. Bintang terseyum melihat Nadia, dia terus memandangi gadis itu hingga tidak terlihat lagi. Hal itu tertangkap oleh Tuti. Dia melihat Bintang lalu melihat pintu di mana Nadia menghilang.
“Kok aneh, kayak orang lagi kasmaran” bisik Tuti pada dirinya sendiri. Dia kembali melihat Bintang yang terus tersenyum hingga saat menaiki tangga. Tuti tidak mau berfikir macam-macam, dai megendikkan bahunya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
“Sayang” bisik Bintang pada Sarah. Dia melihat wanita itu cukup lama sambil mengusap rambutnya.
“Aku tidak mau berhenti mencintaimu, Sarah. Kau adalah cinta pertama dalam hidupku” katanya lalu mengecup lembut bibir merah istrinya.
“Sayang” Sarah bangun setelah merasakan sentuhan Bintang di kulitnya. Seketika otaknya waspada. Dia bangun dan menutup tubuh setengah telanjangnya.
“Sayang, kau belum mandi?” tanya Sarah melihat Bintang masih dengan baju tidurnya.
“Aku ingin kita mandi bersama” bisikan sensula Bintang di telinganya membuat Sarah merinding. Otanknya dengan cepat berfikir mencari alasan untuk menolak ajakan Bintang.
“Aku hanya bercanda” kata Bintang lalu meninggalkan Sarah dan masuk ke kamar mandi.
“Aneh, kenapa dia jadi aneh. Sudahlah, siapa yang peduli” Sarah lalu kembali merebahkan tubuhnya. Dia mengambil ponselnya di atas nakas dan melihat ada apa saja di sana.
“Sayang, bagaimana dengan keputusanmu? Kapan kau akan berhenti mengkomsumsi obat pencegah kehamilan, kau harus sudah mulai terapi untuk menghilangkan pengaruh obat itu pada tubuhmy” kata Bintang saat mereka sedang sarapan.
Sarah terlihat sangat tidak nyaman dengan pembicaraan mereka pagi ini. Dia masih diam, sedang berfikir alasan apa lagi yang akan dia berikan pada Bintang.
“Aku akan menjemputmu siang ini, kita makan siang dan setelah itu kita ke dokter kandungan” Sarah tidak bisa lagi mengelak, dia juga sudah kehabisan alasan untuk menolak memiliki anak.
“Iya, sayang. Aku akan menunggumu siang ini di butik” kata Sarah.
Tepat jam dua belas siang Bintang meninggalkan kantor dan menuju Butik untuk menjemput istrinya sesuai dengan janji mereka tadi pagi.
Parkiran di area butik penuh, Bintang sampai harus memarkirkan mobilya di gedung sebelah karena tidak dapat tempat untuk parkir. Dia langsung menuju ruangan Sarah saat masuk ke dalam butik. Namun pemandangan yang kurang menyenangkan Bintang temui saat berdiri di depan pintu ruangan Sarah.
Istrinya itu sedang sibuk dengan banyak tamu yang Bintang kenali sebagai artis papan atas negeri ini, Sarah yang melihat suaminya segera berdiri dan menyambutnya.
“Sayang” kata sarah dengan manja membuat semua orang itu senyum-senyum sendiri. Terlebih ketika Bintang memberi ciuman lembut di kening istrinya.
“Kau banyak tamu sepertinya” kata bintang to the point.
“Iya, mereka mau buat baju seragam untuk nikahan Clara” kata Sarah.
“Bukankah kita sudah membuat janji tadi pagi” bisik Bintang yang terlihat cukup mesra membuat orang-orang kembali baper.
“Maaf, tapi aku...”
“Aku pergi kalau begitu, jangan lupa makan siang” kata Bintang yang berusaha menutupi kekecewaannya di depan tamu-tamu Sarah. Bintang menunduk kepalanya sopan pada tamu-tamu Sarah lalu menutup pintu kaca itu tanpa suara.
Sarah tersenyum senang, kali ini dia berhasil menggagalkan rencana Bintang untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan.
Kedatangan tamu-tamu itu tentu bukan sebuah kebetulan, Sarah memang sengaja mengundang mereka siang ini untuk melihat memperlihatkan kain yang akan dia gunakan untuk membuat baju seragam. Padahal bisa saja Sarah mengundang mereka setelah dia dan Bintang pulang dari rumah sakit.
Sementara itu Bintang yang kecewa kembali ke kantornya tanpa makan lebih dulu, dia memutuskan melanjutkan pekerjaannya untuk mengurangi rasa kecewa di hatinya. Bukan kali ini saja Sarah membuatnya kecewa, tapi ini sudah yang ke sekian kalinya isrti cantiknya itu membuatnya merasa seperti ini.
“Apa lagi yang kau cari, Sarah. Apa yang aku berikan tidak cukup untuk membuatmu berhenti dari pekerjaanmu itu dan hanya diam saja menjadi istriku di rumah. Kenapa susah sekali membuatmu mengerti kalau aku membutuhkanmu”
Bintang menenggelamkan dirinya dengan pekerjaan, hingga larut malam dia masih berada di kantor, hal ini membuat Sarah cemas dan menghubunginya berkali-kali tapi Bintang dengan sengaja mengabaikan panggilannya.
Pukul sebelas malam Bintang sampai di rumah. Dia melihat Sarah sudah terlelap di bawah selimut. Dia masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Bintang menghela nafas berkali-kali, dia punya segalanya, uang dan kekuasaan tapi kenapa dia malah tidak mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangganya.
“Nadia” Bintang mengingat gadis itu, dia melirik Sarah yang sudah damai dengan mimpi lalu keluar kamar.
Bintang mengetuk pelan kamar Nadia, gadis itu masih belajar sehingga dia belum tidur. Nadia berdiri dan membuka pintu.
“Tuan” kata Nadia berbisik, dia lalu mempersilahkan Bintang masuk ke dalam kamarnya.
Bintang memeluk Nadia cukup lama, dia menghirup aroma sampo gadis itu lalu mencium aroma sabun yang juga masih ada di tubuhnya. Bintang menghela nafas, dia merasa tenang setelah memeluk gadis itu.
“Tuan kenapa?” tanya Nadia.
“Kenapa belum tidur?” Bintang malah balik bertanya.
“Aku masih belajar, minggu depan sudah ujian” jawab Nadia.
“Tuan baik-baik aja?” Nadia bertanya lagi.
“Aku lapar” jawab Bintang.
“Tuan belum makan, ini sudah tengah malam kenapa belum makan. Tuan Bintang bisa sakit” Nadia panik sendiri melihat kondisi Bintang yang lemas. Dia memang tidak makan sejak siang tadi.
“Tuan tunggu di sini yah, aku ambilkan makanan dulu” Bintang mengangguk lemah. Nadia lalu keluar mengambil makanan untuk Bintang sementara Bintang berbari di tempat tidurnya.
kalau di kehidupan nyata sudah pasti salah.