Ralina Elizabeth duduk tertegun di atas ranjang mengenakan gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya statusnya kini telah menjadi istri Tristan Alfred, lelaki yang seharunya menjadi kakak iparnya.
Semua gara-gara Karina, sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Ralina terpaksa menggantikan posisi kakaknya.
"Kenapa kamu menghindar?"
Tristan mengulaskan senyuman seringai melihat Ralina yang beringsut mundur menjauhinya. Wanita muda yang seharusnya menjadi adik iparnya itu justru membuatnya bersemangat untuk menggoda. Ia merangkak maju mendekat sementara Ralina terus berusaha mundur.
"Berhenti, Kak! Aku takut ...."
Ralina merasa terpojok. Ia memasang wajah memelas agar lelaki di hadapannya berhenti mendekat.
Senyuman Tristan tampak semakin lebar. "Takut? Kenapa Takut? Aku kan sekarang suamimu," ucapnya lembut.
Ralina menggeleng. "Kak Tristan seharusnya menjadi suami Kak Karina, bukan aku!"
"Tapi mau bagaimana ... Kamu yang sudah aku nikahi, bukan kakakmu," kilah Tristan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Musuh Bebuyutan
Seperti biasa, pagi ini Tristan menikmati sarapan pagi di ruang makan bersama orang tuanya.
"Sudah lima hari Ralina di rumah orang tuanya dan kamu tetap tinggal di sini. Apa tidak apa-apa kalian tinggal terpisah seperti ini?" tanya Emili.
"Kenapa kamu ikut campur urusan mereka, Sayang? Tristan pasti bisa mengatasinya sendiri," ujar Leon.
"Aku hanya cemas, Sayang."
Tristan berusaha tetap bersikap tenang. Sebenarnya ia juga cemas karena tidak tahu dimana keberadaan Ralina. Menurut Hamin, Ralina tidak pulang ke rumahnya. Nomornya juga tidak bisa dihubungi.
Untung saja keluarga Ralina tidak menanyakan padanya. Kalau mereka bertanya, ia bingung akan memberi jawaban apa. Sepertinya istrinya itu juga benar-benar kabur darinya. Ia kira hanya satu atau dua hari saja, ini sampai lima hari belum pulang.
"Bagaimana kalau Mommy membantumu membujuknya agar mau ikut ke sini? Tapi kamu juga jangan kasar dan galak padanya," usul Emili.
"Itu tidak perlu. Mommy kan bilang sendiri kalau Ralina masih butuh waktu sendiri," tepis Tristan.
"Ya, tapi lima hari itu termasuk lama. Kalian jadi seperti suami istri yang pisah ranjang."
"Tidak apa-apa, Mom. Nanti pasti dia akan pulang sendiri."
Selesai sarapan, Tristan langsung berangkat kerja diantar oleh Hansan. Ia mengunjungi proyek pembangunan resort yang melibatkan kerjasama lima perusahaan. Tristan mewakili perusahaannya sebagai salah satu investor pengadaan restoran di sana.
Regis sebagai sekertaris sekaligus asistennya sudah lebih dulu datang di sana. Mereka bertemu di bagian pintu masuk sebelum menuju ke tempat pertemuan.
"Terus terang aku belum membaca semua laporan yang kamu berikan minggu lalu," kata Tristan.
"Tidak apa-apa. Aku memaklumi karena kamu pasti sibuk dengan pernikahan kemarin. Bahkan sangat di luar ekspektasi yang diharapkan. Sebenarnya aku juga tidak enak hati menyuruhmu cepat-cepat masuk kerja. Ini tidak mengganggu masa bulan madumu, kan?" tanya Regis.
"Tidak apa-apa. Mumpung aku sedang semangat bekerja."
Tristan justru memilih bekerja karena terlalu suntuk di rumah. Pengantin wanitanya saja belum kembali dan belum ditemukan. Ia pasti akan ditertawakan jika orang-orang tahu istri penggantinya kabur.
Belum lagi jika dia tetap di rumah, ibunya akan terus bertanya-tanya. Ia pusing memberikan jawaban. Lebih baik kembali bekerja dan mengabaikan masalah rumah tangganya.
"Seharusnya kamu mengajak istrimu. Sebenarnya mereka ingin bertemu dengannya."
"Bukannya mereka sudah melihat di pesta pernikahanku?"
"Ya. Tapi mereka ingin melihat lebih dekat katanya."
"Oh, mungkin lain waktu. Istriku masih sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya."
"Hm, jadi kalian berdua tidak mengambil cuti untuk bulan madu atau liburan bersama?"
Tristan melirik tajam ke arah Regis. "Dua minggu aku di Shanghai kamu sudah mengeluh. Sekarang memancingku untuk mengambil cuti bulan madu. Kamu siap menggantikan pekerjaanku?" sindirnya.
"Hahaha ... Kalau untuk urusan itu, mungkin aku bisa memakluminya. Tapi jangan lama-lama juga. Aku diprotes istriku kalau sering lembur."
"Sudahlah! Kita bahas urusan proyek ini saja!" Tristan ingin fokus pada pekerjaannya.
"Sudah sejauh mana pembangunan proyek ini?"
"Sudah sekitar 60% kira-kira. Restoran kita di sini juga hampir selesai."
"Oh, ternyata Pak Tristan juga datang berkunjung hari ini."
Tristan dan Regis berhenti bicara. Mereka mengarahkan pandangan ke asal suara. Tampak seorang lelaki berjalan ke arah mereka sambil menggendong anak laki-laki kecil berusia sekitar 5 tahun. Di samping lelaki itu ada seorang wanita cantik berpenampilan elegan seperti seorang model.
Tristan tampak malas bertemu dengannya. Bobby Parker, musuh bebuyutannya semasa kuliah. Ia tidak menyangka akan bertemu di sana.
"Bobby mewakili ayah mertuanya," bisik Regis.
"Kenapa main bisik-bisik, Regis? Aku juga ingin berbicara dengan kalian," sahut Bobby dengan senyuman lebar. Ia tampak antusias bertemu dengan kedua teman lamanya.
"Senang bisa bertemu kalian di sini. Rasanya sudah lama sekali kira tidak bertemu."
"Oh, iya. Aku sampai lupa. Meskipun tidak diundang, aku ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu, Tristan."
Tristan tak membalas sepatah katapun ucapan Bobby. Ia berusaha dia dan mengendalikan emosinya.
"Tapi, aku dengar pernikahanmu tidak berjalan lancar? Aku dengar calon istrimu kabur dan digantikan adiknya. Apa itu benar?" tanya Bobby.
"Maaf, Bobby. Aku rasa tidak sopan menanyakan urusan pribadi orang di sini," tegur Regis.
"Oh, Regis, kamu masih betah jadi pesuruhnya? Apa tugasmu sekarang bertambah menjadi pengawal pribadi? Sayang sekali potensimu besar tapi hanya menjadi bawahannya."
Regis yang berniat menengahi justru kena sindiran. Ia jadi ikut kesal.
"Kenapa? Kamu iri dengan pertemanan kami?" Tristan habis kesabaran untuk tetap diam.
"Hahaha ... Iri? Untuk apa aku iri dengan orang sepertimu?"
"Siapa yang iri dengan siapa?"
"Kehidupanku jauh lebih baik darimu. Setidaknya aku tidak pernah ditinggalkan oleh wanita," sindirnya.
Tangan Tristan sudah mengepal kuat. Kalau saja ia tidak melihat anak kecil dan wanita di sana, mungkin ia akan menghajar mulut Bobby sampai miring.
Ia melirik ke arah wanita yang tertunduk di samping Bobby. Namanya Valerie Valentina, mantan kekasihnya dulu saat masih di Australia.
Wanita itu meminta putus dengan alasan Tristan yang terlalu sibuk kuliah dan bekerja sampai tidak memperhatikannya. Tapi, tak lama setelah meminta putus, ia mendengar kabar jika Valerie menikah dengan Bobby.
Tidak sampai di situ saja, hanya berselang enam bulan setelah menikah, Valerie sudah melahirkan anaknya. Tristan merasa sangat kecewa dan dikhianati. Padahal Valerie tahu hubungannya dengan Bobby tidak pernah baik. Tapi, wanita itu malah berselingkuh dengan orang yang menjadi musuh bebuyutannya.
"Kamu memang tidak pernah ditinggalkan oleh wanitamu. Tapi, bukankah kamu selalu tertarik dengan wanita milik orang lain? Apa hobimu itu masih berjalan walaupun sudah punya anak dan istri?" ledek Tristan.
"Apa?" Bobby melotot tidak terima dengan ucapan Tristan. Urat-urat di lehernya sampai tertarik saking geramnya.
"Valerie, kamu jaga baik-baik suamimu. Jangan sampai hobinya tetap berlanjut," kata Tristan.
"Sudah, ayo, kita pergi! Pertemuannya akan segera dimulai," ajak Regis sembari menarik paksa tangan Tristan.
Ia yakin jika terus dibiarkan, mereka akan ribut seperti biasanya.
Regis sudah paham watak keras kedua lelaki itu. Sejak kuliah, mereka saling bersaing satu sama lain dan tidak pernah sejalan. Saling ejek dan menjatuhkan sudah menjadi kebiasaan.
Sampai akhirnya Tristan berhasil dibuat putus dengan Valerie, wanita yang sangat cantik dan primadona kampus. Tidak disangka seorang Valerie bisa meninggalkan Tristan dan menikahi Bobby.
Dari segi kekayaan keduanya lelaki itu setara, sama-sama berasal dari keluarga kaya raya. Dari segi ketampanan, Tristan jauh lebih unggul meskipun sikapnya terlihat angkuh dan sombong. Tapi, Bobby memang pandai mengambil hati orang lain.
kira" kemana raliba apa diculik jg sama bobby bisa sj kn raliba dpt info dr seseorang beritahu kbradaan karina yg trnyata dibohongi jg sma orang itu krn oerginya ralina g ada yg tau knp hamin g ngejar waktu itu
tristan pdkt sama ralina ny jngan kasar"
klo g kabur masa iya tristan rela jd suami karina yg urak an demi mnjaga ralina udah dikuras uagnya msih korban raga pdhl udah menyadari klo suka sama ralina... buang " ttenagadan harta tristan
ralina kabur kemana nih
iklaskn ralina yg sudah di incar trintan dr kecil