Bukan salah Anggun jika terlahir sebagai putri kedua di sebuah keluarga sederhana. Berbagai lika-liku kehidupan, harus gadis SMA itu hadapi dengan mandiri, tatkala tanpa sengaja ia harus berada di situasi dimana kakaknya adalah harta terbesar bagi keluarga, dan adik kembar yang harus disayanginya juga.
"Hari ini kamu minum susunya sedikit aja, ya. Kasihan Kakakmu lagi ujian, sedang Adikmu harus banyak minum susu," kata sang Ibu sambil menyodorkan gelas paling kecil pada Anggun.
"Iya, Ibu, gak apa-apa."
Ketidakadilan yang diterima Anggun tak hanya sampai situ, ia juga harus selalu mengalah dalam segala hal, entah mengalah untuk kakak ataupun kedua adik kembarnya.
Menjadi anak tengah dan harus selalu mengalah, membuat Anggun menjadi anak yang serba mandiri dan tangguh.
Mampukah Anggun bertahan dengan semua ketidakadilan karena keadaan dan situasi dalam keluarganya?
Adakah nasib baik yang akan mendatangi dan mengijinkan ia bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH LIMA
Thalia meninggalkan Aulia dengan sedikit heran, “Aneh, katanya kuliah kok bukannya berhenti di depan kampus malah di depan kost-kostan? Seingatku tadi buru-buru biar nggak terlambat,” gumamnya seraya melajukan motornya menuju sekolah.
“Bodo amatlah bukan urusanku!” lanjutnya tak lagi ingin penasaran dengan apa yang akan dilakukan Aulia.
Sementara itu Aulia berjalan melenggang memasuki sebuah kost-kostan disambut baik oleh seorang pria yang sedang berdiri seraya menyiram tanaman di halaman tempat itu.
“Pagi, sayang!” sapa si pria dengan rambut agak gondrong.
“Pagi … laper banget sayang, apa kamu punya sarapan?” rengek Aulia seraya menggoyang-goyangkan badannya dan menampilkan wajah imut yang menggoda.
Si pria berjalan mendekati Aulia, memeluknya seakan melepaskan rindu yang lama tertahan, “Apa kabarmu?”
“Diiih apaan sih, baru juga dua hari nggak ketemu!” sahut manja Aulia mencubit pinggang si pria.
“Auw! Jangan genit atau nanti kuhabisi di ….”
“Kamu yang genit!”
Percakapan bucin pun berlanjut hingga keduanya masuk ke dalam rumah utama, sepertinya si pria adalah sang empunya rumah kost itu.
Tak ada orang lain yang tinggal di sana, hanya si pria yang kedatangan tamu Aulia.
“Mau minum apa? Atau mau ….” Si pria terus menarik pinggang Aulia, terus saja menggoda kekasihnya itu.
“Hmmph! Jangan menatapku seperti itu, ini pagi yang indah setelah kemarin aku pusing dengan keluargaku!” sewot Aulia dengan ekspresinya yang menggoda.
“Kalau begitu biar aku tambahkan kecerahan pagi ini, habiskan waktu bersamaku, bukankah memang itu juga tujuanmu mendatangiku, selain melarikan diri dari keluargamu?” goda si pria semakin melekatkan pandangnya.
Wajah Aulia semakin memerah dan tersipu saat si tangan si pria menjelajah wajah ayu Aulia, seraya melayangkan pujian-pujian yang memabukkan. “Kamu selalu cantik, hingga aku tak bisa menatap wanita lainnya lagi,” ucapnya.
Aulia tampak tersipu, namun pasrah di saat bersamaan, ia membiarkan si pria menjelajahi seluruh tubuhnya, diiringi deru napas keduanya yang semakin memburu membuat pagi yang hangat itu terasa semakin panas saat keduanya beradu napsu tanpa malu-malu.
…..🍄
(Nggak usah dijelaskan detail ya, silahkan pembaca berimajinasi sendiri apa yang kira-kira mereka lakukan, author nulis pas selesai ibadah, kalau ditulis bisa pingin nanti, bahaya.🥴🥴)
……🍄
Waktu pun berlalu entah berapa menit kemudian, atau mungkin jam, kedua manusia yang terlihat kelelahan itu, saling duduk bersinggungan di ujung ranjang setelah keduanya selesai membersihkan diri.
“Tadi kamu bilang lapar kan? Biar aku buatkan sesuatu!” ajaknya menggandeng lengan Aulia.
“Kamu aja duluan, aku mau rebahan sebentar ya!” rengek Aulia bermalas-malasan.
“Okelah, aku ke dapur dulu, kalau sudah selesai nanti aku panggil.”
Selepas si pria meninggalkan kamar itu, Aulia merebahkan badannya sejenak memejamkan mata. Namun baru beberapa detik ia merasa nyaman untuk tidur, ia mendengar suara ponsel berdering.
Dengan berat dan malas Aulia bangkit untuk mengambil ponsel dari tasnya, “Oh? Bukan ponselku,” gumamnya saat melihat ternyata ponsel yang berdering adalah milik kekasihnya yang diletakkan di atas sebuah meja rias.
“Hmm? Siapa ini? Nama perempuan?”
Meski sedikit ragu, namun Aulia tak ingin membiarkan rasa penasarannya, secara otomatis jempol lentiknya menggeser simbol tanda hijau untuk membuka panggilan.
“Hallow … pagi om … om Dani jadi dong jemput kita, kita udah siap nih, nanti gw sharelok ya by chat, hmm gw bawa teman yang aduhai nih, sesuai janji kemarin,” cerocos seorang dari sebrang panggilan.
Aulia menegaskan pendengarannya, rasa cemas dan prasangka buruk mulai menyambangi pikirannya. “Kamu siapa?” ujarnya.
“Oh? Bukannya ini ponsel Om Dani? Kamu yang siapa? Istrinya?”
Aulia berpikir sejenak, jika ia mengaku siapa dia sebenarnya akan sangat menyulitkan, sepertinya nantinya Aulia tak akan bisa mencari tahu siapa si penelepon yang dari suaranya masih terdengar seperti anak-anak.
“Bukan! Aku … aku adiknya! Pesanmu nanti aku sampaikan, tapi kamu siapa?” sahut licik Aulia.
“Oh, salam kakak! Aku ini siapa ya, bisa dibilang hanya kekasih gelap Om Dani, hahaha … bercanda Kak, jangan marah. Eh, lebih tepatnya aku hanya teman nongkrongnya.”
“Oh! Baguslah!”
Mendengar kelakar dari seberang, Aulia sedikit merasa tenang. Namun saat ia kembali teringat bagaimana tadi ucapan awal si penelepon, tiba-tiba rasa penasaran kembali menguasai Aulia.
Aulia menggulir tombol-tombol di ponsel milik Dani dan mencari tahu apa saja chat dengan si penelepon itu tadi, namun semakin ia penasaran, Aulia semakin dibuat panas dan terbakar oleh api cemburu.
Pasalnya chat di sana lebih banyak chat tak senonoh yang tak seharusnya dilakukan oleh seorang pria dan seorang wanita. Aulia membekap mulutnya sendiri tatkala ia melihat wajah asli si wanita melalui profil dalam pesan itu.
“Sialan! Pria kurang ajar! Berani-beraninya bermain dengan anak kecil di belakangku!” pekiknya geram.
Tak lama sebuah pesan kembali masuk dari si penelepon mengirimkan lokasi yang harus dituju oleh Dani.
Aulia tak bisa menahan amarah, dikemasnya beberapa barang miliknya, lalu bergegas keluar kamar. Rasa lelah yang tadinya menguasai Aulia selama terusir oleh kenyataan pesan dari gadis nakal di ponsel Dani.
“Loh! Mau kemana sayang?!” teriak Dani saat melihat Aulia hanya melewatinya tanpa berpamitan.
“Emergency! Lanjutkan saja apa yang kamu lakukan! sahut Aulia tanpa menghentikan langkah.
“Loh? Hampir selesai aku buat sarapannya!” balas Dani masih dengan celemek dan spatula di tangan kanannya, berlari mengejar Aulia.
Aulia tak menggubris Dani yang masih kebingungan, ia melaju menuju ke tempat yang membuat pikiran dan hatinya semakin panas dengan menumpang sebuah taksi yang kebetulan lewat di depan rumah Dani tadi.
“Hotel! Dasar buaya! Aku harus mencari tahu siapa anak kecil itu!”
Tak butuh waktu lama, Aulia berhenti di depan sebuah hotel yang tak begitu besar, dengan langkah terburu dan perasaan marah sekaligus benci dan sakit hati, ia langsung menuju ke kamar yang disebutkan dalam chat si gadis.
Rapat seperti yang tertera dalam profil watshaap dalam ponsel Dani, seorang bocah perempuan dengan pakaian seronok membuka pintu kamar hotel itu.
Aulia yang sudah tak bisa menahan kemarahan, langsung melayangkan sebuah tamparan keras di pipi si gadis yang berdiri dengan kebingungan menatap ke arah Aulia tanpa sempat bertanya.
“Aduh!” pekik si gadis yang ternyata adalah Nindi, teman dari Anisa.
“Dasar anak kecil murahan!” hina Aulia dengan lantang tak peduli akan kebisingan yang ia timbulkan.
“Ada apa Nin?” Anisa melongok melihat siapa yang datang masih dengan pengering rambut di tangannya.
“Kalian?! Aku akan melaporkan kalian ke polisi karena merebut calon suami orang! Kalian!” Amarah Aulia tak terbendung lagi, ditunjuk-tunjuknya kedua bocah itu seraya mengumpat dan memaki.
Anisa menarik keras Aulia untuk masuk ke dalam kamar hotel sebelum para pengunjung lain merasa tak nyaman.
“Bantu aku membawanya masuk Nin! Kunci pintunya! Kakak sombong ini sepertinya harus diberi pelajaran!” gertak pongah Anisa.
Aulia yang hanya sendirian ternyata kalah dengan dua bocah yang lebih muda darinya, namun postur tubuh mereka tak jauh berbeda.
Anisa melempar Aulia ke atas ranjang, lalu menyodorkan mesin catok rambut ke arah Aulia.
Ini Anisa sama temennya kan 😮💨
Apa ig nya 🤭
lebih cocok jadi anaknya Tono dia 😩