Dia harus menutupi identitas demi mendapatkan teman dan cinta yang benar-benar tulus. Dia lelah dengan kebohongan mereka, kepedulian mereka semata ingin memanfaatkan dirinya hanya karena dia anak dari orang kaya.
Semuanya palsu hingga dia lebih meninggalkan itu semua dan mencoba hidup mandiri dan menutupi identitas sebenarnya tentang dirinya.
Berawal hidup di kost dan mulai merubah cara hidup dia sederhana mungkin tanpa mengetahui identitas dirinya sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanlindia Lukita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
{menerima lamaran dari Aldo}
"Valen bagaimana, apa kamu bersedia?" tanya Aldo yang menatap wajah Valen dengan lembut, seakan dia memohon pada dia untuk menjawab pertanyaan itu.
Jujur saja Valen masih tak percaya dengan beraninya dia mengungkapkan perasaan dan berharap dirinya akan menjadi pendamping hidupnya.
Valen melihat dari keseriusan Aldo dengannya, apalagi dia sudah nyaman dengan Aldo.
"Baiklah aku bersedia." jawab Valen yang langsung mendapatkan respon bahagia dari wajah Aldo.
"Terimakasih sudah menerimaku." Aldo begitu bahagia, perjuangan dia tak sia - sia untuk mendapatkan orang yang dia sayangi.
Valen pun membalas dengan senyuman. "Tapi aku hanyalah orang biasa, tidak seperti wanita lainnya." ucap Valen yang menguji bagaimana dia melihat menjadi wanita biasa.
"Yang aku butuhkan wanita yang sayang dan menerima apa adanya diriku. Jangan pernah berpikir itu, aku tulus sayang padamu. Aku ingin hubungan kita terus kita jalani hingga kejenjang pernikahan dan kita akan terus bersama sampai tua nanti." ucap Aldo yang begitu tulus mencintai Valen.
Valen merasa terharu mendengarnya, ternyata dia dipertemukan pria yang benar-benar sayang padanya.
"Baiklah." jawab Valen dengan senyuman bahagianya, Aldo langsung memakaikan cincin pada jari manis Valen.
Sebagai simbol cintanya dia pada Valen, Valen merasa terharu akhirnya dia mendapatkan cinta sejatinya.
"Apa aku harus jujur dengan diriku sebenarnya." batin Valen yang bingung apa dia harus jujur tentang identitas dirinya sebenarnya.
Valen terlihat terdiam, dia bingung harus bagaimana. "Valen." seketika Valen sadar.
"Iya, ada apa?" tanya Valen pada Aldo.
"Kenapa kamu diam saja, apa ada sesuatu yang menganggu?"
"Tidak apa-apa, hanya tidak percaya saja. Secepat ini kamu melamarku." kata Valen yang tak habis pikir jika Aldo akan secepat ini.
"Aku tak ingin kehilanganmu, aku benar-benar yakin dengan pilihanku ini. Apa bolehkan aku panggil namamu dengan kata sayang?" tanya Aldo pada Valen, valen pun membalas dengan anggukkan.
"Terimakasih sayang." jawab Aldo yang begitu bahagianya. Tidak lupa juga Aldo memberikan bunga mawar untuknya. Reaksi Valen begitu senang, ternyata dia bisa se romantis itu.
Mereka berdua menikmati minuman mereka dan menikmati kebersamaan mereka. Aldo benar-benar bahagia, rasanya secepatnya dia ingin meminang Valen menjadi istrinya.
Akhirnya mereka pulang masing-masing, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Valen akhirnya sampai dikost, kebetulan Resty dan Bunga sedang sibuk didapur umum.
"Eh baru pulang kamu." sapa Resty pada Valen.
"Teman-teman ." Valen Tiba-tiba menangis, Bunga segera mendekati Valen.
"Kamu kenapa?" tanya Bunga, Bunga melirik kearah Resty. Dia pun mengerti apa yang dimaksudkan Bunga.
Resty segera pergi, valen masih menangis dipelukkan Bunga. "Coba kamu cerita." ucap Bunga yang masih dipelukkan Bunga.
Datanglah Dini dan Almira yang lari menghampiri mereka berdua. "Kamu kenapa len?" tanya Almira yang kaget Valen dalam keadaan menangis dipelukkan Bunga.
Akhirnya dia mengantarkan Valen sampai dikamarnya. "Kamu sedang ada masalah ya?" tanya Dini yang tak tega melihat sahabatnya menangis.
"Aku hanya menangis bahagia." jawab Valen.
"Maksudnya?" tanya Almira yang tak mengerti apa yang diucapkan Valen.
"Aku dilamar, dia mengajakku menikah ." balas Valen yang begitu menangis bahagia.
Sontak saja mereka kaget."Selamat ya. " Resty langsung memeluk Valen yang duduk disamping.
" Selamat ya len, semoga kamu bahagia. " jawab Bunga mereka saling berpelukkan, mereka pun ikut bahagia setelah mendengar kabar itu.
" Tapi jika boleh kami tahu siapa nama calonmu itu? " tanya Dini yang penasaran siapa laki-laki yang bisa meluluhkan hati temannya.
" Kalian kenal kok. " jawab Valen yang membersihkan wajahnya dengan tissu.
"Kenal, memang siapa len. Jangan buat kami penasaran begitu." jawab Resty yang penasaran dengan laki-laki itu.
"Pria itu bernama Aldo." jawab Valen yang menyebut nama itu.
"Apa!" teriak Resty yang kaget, ternyata pria itu.
"Jadi Aldo temannya Rio itu." Resty mencoba memastikan. Valen membalas dengan anggukkan.
Resty menepuk dahinya sendir. " memang kenapa?" tanya Valen pada Resty, kenapa tanggapan Resty seperti itu.
"Aku tidak apa-apa tapi Kenapa harus pria itu yang kamu kenal. Lama-lama makin kesal kalau mikirin pria itu." ucap Resty yang kesal dengan pria yang bernama Rio.
"Awas ada kode hati." jawab Dini yang menggoda Resty.
"kode hati apaan, adanya kode pencabut nyawa." jawab Resty yang kesal dengan pria itu.
"Sudahlah. kamu yang bermasalah dengan pria itu, bukan teman kita ini. Aku ucapkan selamat ya." jawab Almira yang langsung memeluk Valen.
Setelah mereka berbincang akhirnya mereka kembali ke kamar mereka masing-masing.
Valen memandang cincin yang dia pakai. "Sepertinya aku harus pulang, aku harus mengabari papa dan mama tentang ini." batin Valen yang dari tadi tersenyum melihat cincin yang dia pakai di jari manisnya.
Valen pun memilih untuk istirahat mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 11malam.
Berbeda dengan Aldo yang sedari tadi bingung. "Gimana ya, apa aku telepon saja. Tapi sekarang sudah malam." Aldo bimbang.
"Ya sudah besok pagi saja." batin Aldo yang tak mau menganggu waktu istirahat Valen.
Pagi hari
Valen sudah bangun, dia mulai sibuk merapikan beberapa dokumen yang sudah dia kerjakan.
Tidak lupa juga dia menikmati teh hangat buat dirinya.Valen masih saja tersenyum mengingat kejadian tadi malam, dia masih memandang cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Walaupun hanya sederhana, tapi terkandung makna yang begitu indah." batin Valen yang begitu bahagia, akhirnya dia mendapatkan pria yang benar-benar mencintai apa adanya pada dirinya.
Tiba-tiba saja Handphone dia bergetar ,ternyata panggilan dari Aldo.
"Hallo, selamat pagi." sapa Valen pada Aldo.
"Pagi juga sayang." balas Aldo yang membuat Valen sedikit malu, namanya dipanggil nama sayang oleh Aldo.
"Kamu sedang apa?" tanya Aldo yang sedang duduk santai di luar.
"Ini, aku lagi siap-siap mau berangkat kerja." jawab Valen pada Aldo.
"Jangan lupa sarapan." Aldo. Mengingatkan Valen.
"Iya aku tahu." jawab Valen.
"Oh iya mungkin hari ini aku akan pergi ke toko lain untuk mengecek keadaan cabang toko lainnya." pamit Valen yang sebenarnya beralasan dia hanya ingin pergi kesuatu tempat.
"Oh begitu, ya sudah. Hati-hati dijalan." pesan Aldo pada Valen.
"Ya sudah aku mau siap-siap dulu."
"Baiklah sayang." sambungan telepon langsung terputus, Valen terlihat begitu bahagia. Begitu besarnya perhatian Aldo pada dirinya.
Valen pun bersiap untuk berangkat kerja hari ini, dia akan berangkat kerja sekaligus nantinya dia akan pulang ke rumahnya.
Bagaimana reaksi kedua orangnya mengenai dirinya yang sudah dilamar oleh kekasihnya. Semoga saja sesuai harapan kedua orangtuanya bisa menerima pilihannya dan mendukung dengan pilihannya itu.
biasa