"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pake Cara Lain?
Sepulang dari restoran Zeroun mampir ke pantry untuk mengisi tumbler nya yang kosong, disana dia bertemu Jennie yang sedang mencuci tempat makan di wastafel.
Jennie menoleh saat pintu terbuka, wanita itupun mencoba menyapa.
"Udah pulang? Gimana, lancar?"
Zeroun berjalan ke arah dispenser seraya menjawab pertanyaan Jennie.
"Lancar, kami sudah mendapat tanda tangan klien"
"Syukur deh kalau gitu, berarti gak ada masalah dong?" Tanyanya lagi.
"Sebenarnya tidak, hanya saja....." Zeroun menjeda ucapannya, dia kepikiran tentang sosok wanita tadi, entah ini termasuk dalam masalah yang dimaksud atau tidak, tapi mumpung dia dan Jennie hanya berdua disini sekalian saja dia tanya.
"Kenapa?"
"Tidak, hanya saja setelah bertemu klien ada seorang wanita yang tiba-tiba muncul dan langsung memeluk Tuan Ben Derrick" cetus Zeroun.
Jennie mengernyit, dia buru-buru membasuh tangannya dan berbalik menatap Zeroun lebih jelas, sepertinya ada yang tidak beres dari ucapan lelaki ini.
"Siapa?"
"Entah, saya tidak tahu. Tapi Tuan memanggilnya Xaviera, apa mungkin kau tau siapa dia?"
"Apaa?!! Cecunguk itu datang lagi?? Dasar gila, gak ada habisnya dia ngejar-ngejar si Ben, dan apa kata Lo tadi, dia meluk Ben disana???"
Zeroun mengangguk sebagai tanggapan.
"Brengsekkk!! Emang harus gue kasih bogem tu cewek, otaknya dimana sih sampe ngintilin laki orang, gak bisa didiemin nih" cecar Jennie dengan segala sumpah serapah yang keluar dari mulutnya.
Melihat Jennie yang se emosi ini sepertinya dugaan Zeroun benar, Jennie pasti tau siapa perempuan di restoran tersebut, pasti mereka pernah punya hubungan yang kurang baik.
"Kau tau siapa dia?"
"Tau lah! Dia mantannya Ben yang sekarang lagi berusaha ngerebut Ben dari istrinya"
Terjawab sudah, jika perempuan tadi merupakan wanita di masa lalu Ben Derrick, pantas Ben merasa tidak nyaman, Ben juga pasti merasa tidak enak pada istrinya.
"Apakah separah itu? Karena dia mengaku sudah mengikuti Tuan Ben Derrick sejak tadi pagi"
"Bahkan lebih parah dari itu, beberapa hari yang lalu dia dateng kesini dan bikin keributan cuma buat ketemu si Ben, satpam aja sampe kelimpungan ngadepin dia, untung aja di lantai ini gak banyak karyawan jadinya gak ada berita aneh-aneh tentang mereka" jelas Jennie menggebu-gebu, masih teringat kelakuan Xaviera sampai dirinya harus adu jambak dengan wanita itu.
"Ini tidak bisa dibiarkan, Tuan Ben pasti akan merasa sangat terganggu, bisa-bisa beliau tidak fokus dalam bekerja" gumam Zeroun.
"Pastinya, jangankan Ben, gue aja gak tahan liat muka dia, pengen gue cabik-cabik sampe muka dia hancur!" Ujar Jennie sembari memperagakan dengan kuku-kukunya yang tajam.
Zeroun hanya diam melihat tingkah Jennie yang sebrutal ini, tidak seperti wanita-wanita yang menjaga sikapnya di hadapan laki-laki asing, Jennie amat terbuka tanpa harus munafik demi terlihat baik.
"Jennie"
"Eh?" Jennie yang tengah sibuk dengan pikirannya sendiri seketika terkesiap mendengar namanya di sebut.
"Saya boleh memanggilmu Jennie, kan?" Tanya Zeroun memastikan.
"B-boleh, kok!" Serunya menggaruk rambut yang tak gatal, entah kenapa panggilan itu membuatnya bergidik, Jennie jadi kikuk tak jelas.
"Boleh saya minta nomor telpon kamu?"
"Eh? B-buat apa?" Jennie mendadak jadi gelapan, jantungnya berdetak dua kali lipat, pipinya bersemu kemerahan, tingkat percaya dirinya melambung saat Zeroun meminta nomor telponnya yang entah untuk apa.
"Untuk jaga-jaga siapa tau saya perlu kamu untuk tanya pekerjaan"
"O-ohh.... Pekerjaan ya?" Perlahan Jennie tersadar dalam bayangan yang tidak sesuai dugaan, dan sejujurnya dia juga tidak tau apa yang dia harapkan.
"Boleh, gue sebutin angkanya ya"
Zeroun pun mengeluarkan ponsel dan mengetik nomor sesuai yang di disebutkan oleh Jennie, lelaki itu menyimpan kontak dengan nama asli.
"Terimakasih, saya sudah selesai ambil minum. Saya keluar duluan ya"
"Eh, kok duluan? Baru juga lima menit, jangan-jangan kalau dikamar juga cepet keluarnya" cicit Jennie dengan suara yang amat kecil.
"Kamu bilang sesuatu?"
"E-enggak, hehe... Ya udah kalau mau duluan, gue masih agak lama disini"
Akhirnya Zeroun pun pergi setelah mengisi botol minumnya, tanpa mengetahui jika Jennie terus memperhatikannya sedari tadi.
***
“Key…. Saya pulang”
Keymira yang baru selesai mandi sore langsung melesat keluar dengan selembar handuk putih yang melilit tubuhnya, cucuran air masih menetes dari rambut Keymira yang basah.
Dengan terburu-buru Key menuruni anak tangga tanpa memperhatikan penampilannya sekarang, dia melakukannya bukan untuk menyambut Ben Derrick melainkan untuk oleh-oleh yang dibawa oleh lelaki itu.
”Key jangan lari, kamu masih basah bisa licin nanti”
Namun seorang Keymira mana mungkin mendengarkan, dia tetap berlari sambil memegang erat handuk agar tidak terjatuh.
”Mana pesenan aku, mas?”
“Sabar, baru juga pulang. Kamu kenapa belum pakai baju?”
”Mau mastiin mas beneran bawa dimsum mentainya atau gak”
“Setidaknya pakai baju dulu”
Ben Derrick pun menyodorkan kantung plastik yang berisi dimsum pesanan sang istri, tak lupa saus chili oil yang ditambah dua kali lipat.
“Yeayyyy…. Makasih mas Ben” Key sontak berteriak kegirangan, dia langsung memeluk suaminya sampai tidak ingat kalau dia hanya memakai handuk saja, otomatis kain tersebut jatuh ke bawah dan membuat tubuh Keymira t3lanjang bulat.
”Aaaaaaa…!!!!”
Ben segera mengambil handuk yang tergeletak kemudian memakaikannya kembali pada Keymira.
“Kamu ini, kan udah saya bilang pakai baju dulu”
“Pembalutnya beli juga, kan?”
“Ada di tas saya”
“Oke deh, makasih ya mas”
Key masuk ke dapur sebentar untuk menyimpan dimsum miliknya, setelah itu dia kembali ke kamar bersama Ben Derrick.
Begitu Ben membuka pintu, seisi kamar langsung berubah jadi serba pink. Sprei kasur, karpet, hingga sofa pun dilapisi oleh cover berwarna senada, hilang sudah kesan jantan yang selama ini melekat dalam jiwa seorang Ben Derrick.
Ben hanya menghela nafas, dia tak kuasa untuk protes, apalah arti warna-warna itu jika dibandingkan dengan kenyamanan istrinya Ben rela seratus persen.
”Bagus gak mas?”
“Ya, bagus. Kamar ini jadi lebih cerah dibanding sebelumnya”
Ben menyimpan tas lalu membawa Keymira duduk di kursi meja rias, ia mengeringkan rambut Keymira dengan telaten, padahal dia baru saja pulang setelah lelah beraktivitas panjang.
“Mas….”
“Kenapa?”
“Minggu ini libur dulu ya minta jatahnya” ujar Key menyatukan kedua jari telunjuknya sambil memandang Ben dari pantulan cermin.
“Kenapa gitu?”
“Kan aku lagi menstruasi, masa mau tetep gituan?”
Ben membisu sejenak sambil terus mengeringkan surai panjang sang istri.
“Yakin?”
“Apanya?” Balas Key bingung.
“Biasanya juga kamu yang nawarin jatah pake cara lain, seakan-akan saya yang gak tahan, padahal kamu yang n4fsuan tiap kali liat saya” timpal Ben amat frontal.
Sontak Key berteriak malu mendengar pernyataan tersebut.
“MAS BENNNN!!!”
Masa sih kamu belum jatuh cinta kepada Ben?
lanjuuuttt kaka authoorr