NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Baby Sitter

Jatuh Cinta Dengan Baby Sitter

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Pembantu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Larasati Pristi Arumdani

Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28 : Masih Cinta?

Alfaro mengangguk, memahami maksud dari kata-kata Maya. "Kau meninggalkan semuanya tanpa penjelasan. Aku... aku benar-benar tidak mengerti mengapa." Ada nada kerinduan dan penyesalan dalam suaranya.

Maya menundukkan kepala, merasakan beratnya pertanyaan itu. "Aku tahu," jawabnya pelan. "Saat itu, aku merasa harus pergi. Ada banyak hal yang terjadi dalam hidupku yang tidak bisa aku jelaskan. Aku hanya ingin melindungi diriku sendiri."

Alfaro menatap Maya, berusaha memahami. "Tapi kita bisa melewati itu bersama. Kenapa kau tidak memberi tahu aku?" tanyanya, nada suaranya menunjukkan harapan yang dalam.

"Aku rasa aku tidak siap untuk berbagi semua itu," Maya menjelaskan, suaranya mulai bergetar. "Aku takut kehilanganmu, dan lebih memilih untuk pergi daripada melihatmu terluka."

Kedua orang itu terdiam sejenak, merasakan beratnya kata-kata yang diucapkan. Kenangan masa lalu dan rasa sakit yang tersimpan dalam hati mereka seolah kembali mengemuka.

"Maya," Alfaro memecah keheningan, "meskipun waktu telah berlalu, aku ingin tahu apakah ada kesempatan bagi kita untuk memperbaiki apa yang pernah hilang." Ada ketulusan dalam matanya, dan Maya merasakan hati yang berdebar.

"Aku tidak tahu, Alfaro," jawab Maya, suaranya penuh keraguan. "Banyak yang telah berubah, dan aku juga telah berubah."

Alfaro mengangguk, menghormati perasaan Maya. "Aku mengerti. Tapi aku ingin kau tahu, aku masih peduli padamu. Dan aku akan selalu ada jika kau membutuhkan seseorang."

Maya menatap Alfaro, merasakan kehangatan dalam kata-katanya. Meski banyak yang telah berlalu, benang merah masa lalu seolah menghubungkan mereka kembali, memberikan harapan akan kemungkinan baru di masa depan.

"Alfaro," Maya memulai, suaranya terdengar lebih serius. "Aku menghargai semua yang kau katakan, dan aku juga merindukan masa-masa kita bersama. Tapi..." Dia menghela napas, berusaha mencari kata-kata yang tepat.

Alfaro melihat ke arah Maya, tidak sabar menunggu penjelasan. "Tapi apa, Maya? Aku ingin tahu," ujarnya, nada suaranya penuh kepastian.

"Tapi kau sudah memiliki Kayyisa," jawab Maya, menatap mata Alfaro dengan penuh ketegasan. "Dia adalah sahabat Shereny, dan aku tidak ingin menjadi penghalang dalam hubungan kalian."

Alfaro terdiam sejenak, menyadari bahwa Maya benar. "Kau tahu, aku tidak pernah ingin menyakiti siapapun," katanya, suara lemah. "Tapi perasaanku padamu tidak bisa diabaikan."

Maya menggelengkan kepala, merasakan kepedihan di dalam hatinya. "Aku mengerti, Alfaro. Namun, aku tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Kayyisa adalah bagian dari hidup kita saat ini. Aku tidak ingin menciptakan masalah di antara kalian."

Alfaro mencoba meyakinkan Maya, "Tapi kita bisa membicarakan ini. Mungkin ada solusi yang bisa kita temukan." Ada nada putus asa dalam suaranya, ingin memperjuangkan perasaan yang telah lama terpendam.

"Tidak, Alfaro," Maya menjawab tegas. "Aku sudah membuat keputusan. Aku ingin menghormati hubungan kalian. Kamu berhak bahagia, dan aku tidak ingin menjadi penyebab ketidaknyamanan."

Kedua orang itu terdiam, merasakan beratnya keputusan yang diambil Maya. Alfaro menundukkan kepala, merasakan kepedihan karena tidak bisa memiliki apa yang diinginkannya. "Aku hanya berharap kita bisa kembali seperti dulu," ujarnya, suara penuh harapan yang tersisa.

"Aku juga merindukannya," balas Maya, air mata mulai menggenang di matanya. "Tapi aku tahu kita tidak bisa kembali ke masa itu. Kita telah berubah, dan hidup kita juga telah berbeda."

Sambil menatap satu sama lain, keduanya menyadari bahwa meskipun ada rasa cinta yang tersisa, keadaan saat ini memisahkan mereka. Maya dan Alfaro harus menerima kenyataan bahwa jalan hidup mereka kini telah berbelok, dan yang terbaik adalah merelakan masa lalu demi menjaga hubungan yang ada.

Setelah percakapan yang penuh emosi, Maya merasakan beban yang semakin berat di hatinya. Dia tahu bahwa situasi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. "Aku harus pergi," pikirnya, berusaha menenangkan diri.

Maya menatap Alfaro, yang masih duduk di kursi dengan ekspresi campur aduk antara harapan dan kesedihan. "Alfaro, aku... aku rasa kita tidak bisa melanjutkan pembicaraan ini," ujarnya, suaranya bergetar.

Alfaro mengangkat wajahnya, terlihat bingung. "Maya, tunggu. Kita bisa mencari jalan keluar dari ini," katanya, berusaha meyakinkan. Namun, Maya tahu bahwa tidak ada jalan keluar yang baik untuk mereka berdua.

"Tidak, Alfaro. Ini bukan tentang kita. Ini tentang menghormati hubunganmu dengan Kayyisa," jawab Maya tegas. Dia merasa bahwa jika dia tetap tinggal, akan ada kemungkinan untuk terjebak dalam situasi yang lebih rumit dan menyakitkan.

Dengan langkah mantap, Maya berdiri dan berjalan menuju pintu. "Aku tidak ingin menciptakan masalah di antara kalian. Aku harus pergi sebelum semuanya menjadi lebih rumit," katanya, menahan air mata yang hampir tumpah.

Alfaro berdiri, berusaha menghentikannya. "Maya, jangan pergi. Kita bisa membicarakan ini lebih lanjut," pintanya, tetapi Maya sudah membuka pintu.

"Maafkan aku, Alfaro," ucapnya dengan suara lembut, sebelum melangkah keluar dari ruangan itu. Dia menutup pintu dengan lembut, meninggalkan Alfaro sendirian di dalam ruangan yang kini terasa sepi dan hampa.

Di luar, Maya merasakan angin sejuk menyapu wajahnya. Dia tahu keputusan ini sulit, tetapi dia juga tahu bahwa itu adalah yang terbaik untuk semua orang. Dengan langkah yang mantap, dia berjalan menjauh, berusaha menenangkan hati yang bergejolak.

Sementara itu, di dalam ruangan, Alfaro berdiri terpaku, merasakan kehilangan yang mendalam. Dia tahu bahwa perasaannya terhadap Maya tidak akan pernah pudar, tetapi saat ini, dia harus menerima kenyataan bahwa cinta tidak selalu bisa bersatu, terutama ketika ada hati lain yang terlibat.

...****************...

Elvano duduk di belakang meja sambil menatap layar ponselnya. Ia baru saja membuka aplikasi CCTV yang terpasang di ruang kerjanya. Dengan rasa ingin tahu, ia mulai memutar rekaman yang menunjukkan Maya dan Alfaro berbincang. Namun, saat melihat keduanya, perasaan campur aduk menyelimuti hatinya.

Rekaman itu memperlihatkan Maya dan Alfaro dalam percakapan yang intens, di mana ekspresi wajah mereka menunjukkan keinginan dan keraguan. Elvano menghela napas panjang, menyaksikan interaksi yang seakan menghidupkan kembali kenangan-kenangan lama. "Apa yang sedang mereka bicarakan?" pikirnya, merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Shereny, yang berjalan masuk ke ruangan, melihat Elvano dengan tatapan serius, dan langsung merasakan ada yang aneh dari sikap suaminya. "Apa yang kau lihat?" tanyanya, bingung dengan ekspresi Elvano yang tampak dalam kebimbangan.

"Aku tidak ingin membuatnya khawatir," pikirnya, berusaha mencari cara untuk mengalihkan pembicaraan.

"Oh, sayang," Elvano mulai, berusaha tersenyum meskipun hatinya terasa berat. "Bagaimana dengan rencana kita untuk akhir pekan ini? Aku berpikir kita bisa pergi ke tempat yang baru, mungkin restoran baru yang buka di pusat kota."

Shereny tampak sedikit bingung dengan perubahan topik yang tiba-tiba. "Restoran baru? Yang mana?" tanyanya, mencoba menangkap kembali perhatian Elvano.

"Yang di dekat taman itu, yang katanya punya menu yang luar biasa," jawab Elvano, berusaha terdengar antusias. "Aku dengar mereka punya hidangan laut yang segar dan suasana yang romantis. Kita bisa menghabiskan waktu berkualitas di sana."

Shereny mengangguk, meskipun dia masih merasakan ada yang aneh dengan sikap Elvano. "Itu terdengar bagus. Kita memang perlu waktu untuk berdua," ujarnya, mencoba mengabaikan keraguan yang mengganggu pikirannya.

Elvano merasa lega mendengar tanggapan Shereny. "Bagus! Aku akan membuat reservasi," katanya, berusaha mengalihkan perhatian sepenuhnya dari situasi yang baru saja terjadi. Dia tahu bahwa menjaga hubungan mereka tetap harmonis adalah prioritas utamanya.

Namun, di dalam hatinya, Elvano masih merasakan gelombang kekhawatiran. "Apa yang sebenarnya terjadi antara Maya dan Alfaro?" pikirnya, tetapi dia berusaha menekan pertanyaan itu. Dia tidak ingin membiarkan keraguan mengganggu kebahagiaan yang ingin dia ciptakan bersama Shereny.

Dengan langkah yang mantap, Elvano berusaha untuk fokus pada rencana mereka, berharap bahwa dengan mengalihkan perhatian, dia bisa melupakan sejenak apa yang telah dilihatnya. Namun, di sudut hatinya, dia tahu bahwa masalah ini belum sepenuhnya selesai.

1
LISA
Aq mampir Kak
Arachikimchi: haloo! selamat membaca~
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!