Berawal dari kesalahan yang Faiz Narendra lakukan di masa lalu, membuat hidup Keluarga Narendra terancam bahaya.
Berbagai teror, dan rentetan penyerangan dilakukan secara diam-diam, oleh pelaku misterius yang menaruh dendam kepadanya.
Namun bukan hanya pelaku misterius yang berusaha menghancurkan Keluarga Narendra.
Konflik perebutan pewaris keluarga, yang dilakukan oleh putra sulungnya, Devan Faiz Narendra, yang ingin menjadikan dia satu-satunya pewaris, meski ia harus membunuh Elvano Faiz Narendra, adik kandungnya sendiri.
Sedangkan Elvano yang mulai diam-diam menyelidiki siapa orang yang meneror keluarganya. Tidak sengaja dipertemukan, dengan gadis cantik bernama, Clarisa Zahra Amanda yang berasal dari keluarga sederhana, dan kurang kasih sayang dari ayahnya selama hidupnya.
Ayah Clarisa, Ferdi tidak pernah menyukai Clarisa sejak kecil, hanya karena Clarisa terlahir sebagai anak perempuan. Ferdi lebih menginginkan bayi laki-laki untuk meneruskan keturunannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laksamana_Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Dengan napas terengah-engah, Devan menarik pelatuk senjatanya, dan melepaskannya. Satu tembakan terdengar memecah suasana hening.
Dorr
Namun, rupa-rupanya peluru Devan tidak mengenai kepala Elvano, melainkan peluru itu mengenai seorang pria yang tengah membidik Elvano dari kejauhan.
Kepala orang itu terkena peluru yang ditembak oleh Devan, membuatnya terjatuh tanpa suara.
Darah segar mengucur dari luka tembak itu, mengotori tanah yang sudah kering akibat panas matahari yang menyengat.
Sementara Elvano sangat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Matanya membelalak besar, menatap dengan kebingungan kepada kakaknya yang masih memegang senjata ditangannya.
“Kakak, apa yang sudah kakak lakukan?!” teriak Elvano sambil melihat pria yang terjatuh di tanah.
Devan hanya menatap Elvano dengan dingin. “Aku melindungimu, El. Dia akan membunuhmu jika aku tidak mengambil tindakan,” jawab Devan dengan tenang.
"Maksudnya?” bingung Elvano.
Namun, sebelum Devan bisa menjawab, suara tembakan lainnya terdengar, dan kali ini peluru mengenai bahunya.
Dor
"Argh" ringis Devan terjatuh ke tanah sambil menggenggam lengan yang terluka.
"Kakak," ucap Elvano segera berlari mendekatinya.
Devan hanya menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit. “Mereka mencari kita, El. Kita harus segera pergi sebelum mereka menghabisi kita.”
Elvano berusaha membantu Devan berdiri, namun tiba-tiba sekelompok orang muncul dari arah samping mereka. Memakai topeng di wajah mereka, dan senjata laras panjang di tangan mereka.
Sekitar 20 orang yang mengepung , dan langsung menembaki kedua kakak beradik itu tanpa ampun.
Keduanya berusaha menghindari peluru yang menerjang dengan cepat dan bersembunyi di balik tembok.
Dor
Dor
Dor
Mereka terjebak di tengah hujan peluru yang menerjang tanpa henti. Elvano dengan cekatan berusaha untuk menembak balik mereka.
“Mereka siapa ,Kak? Dan kenapa mereka menyerang kita?” tanya Elvano penasaran sambil menarik pelatuk senjatanya, dan melepaskannya. Membuat musuh jatuh dengan luka tembak tepat dikepalanya.
Devan memegang luka di bahunya yang masih mengucurkan darah. “Kita harus bertahan, El. Siapa pun yang sedang mencari kita pasti memiliki alasan. Kita harus tetap tenang dan mencari cara untuk bertahan hidup.” ucapnya sambil merobek kain bajunya untuk menyembunyikan cedera yang ia alami.
Suasana semakin mencekam, mereka terus menembaki tembok di mana Devan dan Elvano bersembunyi.
Peluru-peluru yang terus menghujani tembok dinding membuat keduanya semakin terpojok.
"Kak kita harus bergerak, Kita akan mati jika tetap diam di sini! " ucap Elvano yang mulai kewalahan membuat Devan menangguk setuju.
Mereka mempersiapkan senjata dan mengisi peluru mereka, dan berlari menuju tempat yang lebih aman, sambil berusaha menghindari tembakan dari musuh-musuh mereka.
Mereka saling memberi perlindungan dan saling menembak balik, berusaha bertahan hidup dalam situasi yang kacau balau.
Dor
Dor
Dor
"Mereka terlalu banyak kak! Bagaimana kita bisa keluar dari situasi ini?" tanya Elvano yang masih mencoba menembak balik mereka, namun karena jumlah lawan yang tidak seimbang membuat Elvano semakin kewalahan untuk menyerang mereka
Devan menoleh ke arah Elvano dengan tatapan tajam. “Kita harus mengambil risiko, El. Aku akan menciptakan peluang bagi kita berdua, cepat ikuti aku!,” perintahnya dengan suara tegas.
Devan memberikan isyarat kepada Elvano untuk melindungi dirinya sementara ia melihat celah untuk menyerang balik.
Dengan gerakan yang cepat, ia meluncur ke arah musuh dan menembaki mereka satu per satu dengan akurasi yang mematikan.
Dor
Dor
Dor
Satu persatu dari musuh mulai tumbang, terkena peluru-peluru yang Devan lontarkan.
Namun tiba-tiba, peluru yang tak terduga datang menghantam kaki Elvano, membuatnya terjatuh di tanah dengan terengah-engah.
Devan yang melihat adiknya terluka, sejenak ia nampak terdiam sejenak. Devan berpikir untuk meninggalkan Elvano sendirian disini, dan berakhir terbunuh tanpa harus melibatkan tangan Devan sendiri.
Dan Devan bisa beralaskan kepada ayahnya , jika Elvano terbunuh oleh sekelompok orang yang mereka tidak kenal, disaat Devan berusaha melindunginya. Hingga pada akhirnya ia bisa menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Narendra.
Namun disaat Devan ingin meninggalkan Elvano, tiba-tiba bayangan Keysha terlintas di pikirannya, dan entah kenapa hatinya terasa bergetar, membuat Devan tidak tega meninggalkan Elvano sendirian, dan mati terbunuh disini.
Karena jika ia meninggalkan adiknya, dia seakan-akan malu jika suatu saat bertemu lagi dengan Keysha.
Ck, mikir apa sih gue ini, batin Devan yang merasa kesal ketika bayangan Keysha terus menerus menganggunya.
Devan menarik nafas dalam-dalam dan dengan cepat ia memutuskan untuk segera menariknya tangan adiknya membantunya berdiri, dan mencoba menyelamatkan Elvano dari bahaya yang mengintai.
"Disini terlalu berbahaya El. Lebih baik kita bergegas masuk ke mobil" ujar Devan yang masih fokus membidik musuhnya
"Iya kak" balas Elvano sambil meringis kesakitan
Mereka berdua terus bergerak dengan hati-hati, menghindari tembakan yang datang dari segala arah.
Mereka menuju ke mobil, dan memilih untuk mundur, karna melihat jumlah musuh yang tidak sebanding.
"Kak sebenarnya mereka siapa? Mengapa mereka begitu ingin membunuh kita?" tanya Elvano yang mulai tersulut emosi.
"Atau jangan-jangan mereka adalah orang yang mengirim surat ancaman kepada ayah?" tebak Elvano yang menduga jika mereka adalah orang yang ingin mengusik ketenangan keluarganya
"Aku tidak tahu, El. Yang pasti, kita harus tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan" balas Devan sambil menginjak gas mobilnya, melaju cepat meninggalkan sekelompok orang itu yang masih menembaki mobil Devan.
Melihat mobil sedan putih itu kabur, membuat sekelompok orang itu membututinya mengunakan sepeda motor.
Mobil Devan terus melaju dengan kecepatan tinggi di jalan raya, dengan beberapa motor musuh yang masih mengikutinya, dan melontarkan hujan peluru ke arah mobil Devan.
Devan yang sedang mengemudikan mobil, dengan sigap mencoba menghindari serangan peluru yang datang dari arah belakang.
Sementara itu, Elvano yang duduk di sebelahnya, mencoba membalas serangan musuh dengan menembak balik menggunakan senjata yang mereka bawa.
Namun sayangnya, musuh yang terus mengejar mereka terlalu cepat dan gesit dalam bergerak.
Situasi semakin rumit ketika tiba-tiba mobil mereka diserang dari samping oleh satu motor lainnya.
Devan dengan gesit mengambil keputusan untuk mengambil jalan pintas dan memasuki jalanan kecil yang sempit.
Meskipun mobil mereka sempit untuk melewatinya, namun mereka terus berusaha untuk melarikan diri dari tembakan musuh.
"Kita harus segera dapatkan bantuan, El, Aku takut kita tidak akan bisa bertahan lama lagi" ujar Devan dengan nada khawatir.
Elvano mengangguk setuju, dia tahu bahwa mereka harus segera mencari bantuan jika ingin selamat dari serangan musuh yang terus menerus.
Elvano bergegas menelpon Lucas namun, tanpa disadari, mobil mereka sudah mulai terluka parah karena terkena tembakan dari musuh.
Ban mobil terus berderit dan asap keluar dari kap mesin mobil. membuat mobil itu kehilangan kendali.
Mobil Devan meluncur tak terkendali dengan cepat, dan menabrak sebuah pembatas jalan
Bruak
Elvano dan Devan terpental dari mobil dan pingsan akibat benturan yang keras. Mereka kemudian disergap oleh sekelompok orang itu yang kemudian langsung menyeretnya dan membawa mereka bersamanya.