Kimberly adalah seorang pengantin yang memasuki altar pernikahannya, namun terkejut di atas altar itu sudah ada adik angkatnya bersama calon suaminya yang telah bertukar cincin.
"Maafkan Aku, aku sudah salah. Akulah yang merayu Kak Ramon sampai akhirnya aku hamil 1 bulan dan,, dann,,, terpaksa hari ini kami,,," ucapan adik angkat Kimberly yang menggantikannya menikah, sungguh di luar dugaan!
Ternyata selama ini, semua orang telah menipunya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Masalah Saham
Tamara kemudian mengantar Ibu mertuanya kembali ke rumah, lalu perempuan itu melanjutkan perjalanannya untuk pergi ke rumah sakit ketika ponselnya tiba-tiba saja berdering.
Drringg... Drringg...
Begitu Tamara melihat panggilan teleponnya dan didapatinya panggilan telepon itu berasal dari putrinya, maka Tamara langsung mengangkatnya.
"Ya, sayang, Ibu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, sebentar lagi sampai," ucap Tamara pada Berlian di seberang telepon.
"Ibu tidak perlu kemari, kami sudah dalam perjalanan kembali ke rumah," kata Berlian membuat kening Tamara berkerut.
"Kau keluar dari rumah sakit? Bukankah dokter mengatakan--"
"Aku bosan Bu, tadi juga sudah berbicara dengan dokter, dan dia bilang asalkan aku meminum obatku dengan rutin maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kalau begitu Ibu putar baliklah kembali ke rumah, nanti kita ketemu di sana," suara Berlian dari seberang telepon yang masih terdengar lemah pun membuat Tamara merasa sedih, tapi dia tidak bisa memaksa putrinya untuk kembali ke rumah sakit, lagi pula Berlian memiliki sedikit trauma dengan rumah sakit setelah mengalami keguguran 3 tahun yang lalu.
"Baiklah kalau begitu, kita bertemu di rumah ya," ucap Tamara mematikan panggilan telepon itu dan segera memutar balik mobilnya kembali ke rumah.
Saat Tamara tiba di rumah, didapatinya putrinya bersama menantunya dan juga Ibu mertuanya telah duduk di ruang keluarga.
"Kenapa tiba-tiba memutuskan keluar lebih awal dari rumah sakit?" Tanya Tamara sambil duduk di samping putrinya, memegang lembut tangan Berlian, tampak khawatir.
"Aku merasa akan pulih lebih cepat jika di rumah. Di sini aku bisa bertemu dengan nenek dan semua keluarga, jadi aku akan merasa lebih baik," ucap Berlian.
"Ya sudah kalau begitu, aku akan menyuruh dokter untuk terus berjaga di rumah," ucap Tamara.
"Terima kasih Bu," kata Berlian.
Tamara mengangguk dengan pelan, dia merasa begitu hangat Melihat putri bungsunya yang sangat menghormatinya, tidak seperti putri sulungnya yang malah menginjak-nginjak harga dirinya sebagai seorang ibu.
"Aku dengar Hari ini Ibu dan nenek bertemu dengan kakak? Apa Kakak baik-baik saja?" Tanya Berlian langsung membuat raut wajah Tamara dan Mesila menjadi kesal.
"Jangan terlalu peduli padanya! Dia bahkan tidak sempat menanyakan kabarmu!" Gerutu Mesila sambil menghela nafas dengan kesal.
"Nenek,,," raut wajah Berlian tampak sendu mendengar ucapan sang nenek.
"Nenekmu benar," Tamara bersuara, "tidak usah memperdulikannya, dia bahkan tidak memperlihatkan rasa hormatnya pada ibu dan nenek. Sepertinya dia juga akan terus menghalangi karirmu untuk bergabung dengan world cooperation, tapi kau tenang saja, ibu dan nenek pasti akan melakukan segalanya Untuk membantumu sampai ke puncak karirmu," ucap Tamara.
Raut wajah Berlian tampak sedih, "Ah,,, aku sudah memutuskannya untuk berhenti, kalau kakak tidak menyukainya--"
"Jangan berkata seperti itu! Kau harus memperlihatkan kekuatanmu di hadapannya! Kami semua mendukungmu, Kau pasti bisa melakukannya! Nenek dan ibu sudah membicarakan tentang acara yang akan kau hadiri minggu depan, di hari itu kau bisa memperlihatkan pada seluruh petinggi perusahaan dan anggota keluarga Sanjaya Bagaimana kau bisa bersinar dan layak untuk menjadi duta perusahaan mereka!" Ucap Tamara penuh tekad.
"Aku merasa bersalah pada Kakak, dan juga kemampuanku masih,,," Berlian masih tampak ragu-ragu.
"Sudah, dia masih sulit untuk berpikir, antar dia ke kamarnya," ucap Mesila sambil melirik cucu menantunya.
Ramon menganggukkan kepalanya, "ayo sayang," ucap Ramon langsung merangkul sang istri, lalu menuntun Berlian menaiki tangga.
Tamara memperhatikan punggung putrinya yang menjauh darinya, Dan setelah kedua orang itu menghilang dari pandangannya, dia berbalik menatap Ibu mertuanya, "Ibu, Aku memikirkan tentang saham yang masih atas nama Kimberly, Bisakah kita mendapatkannya dan mengalihkannya atas nama Berlian? Baru sekarang saja Kimberly berusaha untuk menjatuhkan adiknya sendiri, yang dia tahu adiknya akan menjadi penyokong perusahaan keluarga kita. Bagaimana nanti kalau saham itu sampai dipergunakan salah olehnya dan berbalik menyerang kita sem--"
"Ibu juga memikirkannya! Tapi si tua itu tidak akan membiarkannya! Kita lihat nanti Bagaimana caranya supaya bisa membujuknya. Sekarang yang paling penting adalah memperhatikan karir Berlian, hal lainnya nanti saja," ucap Mesila sambil berdiri, berjalan meninggalkan menantunya.
Tamara menghela nafas, berusaha membuat dirinya tetap berpikir positif bahwa semuanya akan berjalan lancar sesuai harapannya.
sampai anak kandung pun ga ada arti nya sama sekali....
kalahkan rasa trauma itu...
kamu harus bahagia..