Masa depan bisa berubah, itulah yang di alami seorang pemuda yang masih duduk di kelas 12 sma, karena menolong seorang siswi dari sekolah lain yang dia lihat di dalam mimpinya tertabrak mobil di persimpangan, dia harus di keluarkan dari sekolah dan di paksa menikahi siswi itu karena terlibat skandal.
Tapi ketika dia hidup bersama istrinya dan berada di dalam bahaya, dia mengetahui kalau kemampuan melihat masa depannya adalah sebuah sistem yang sudah menyertai dirinya sejak dia lahir. Berkat sistem itu, dia berhasil membawa istrinya melarikan diri ke ibukota.
Di sanalah dia baru mengerti asal usul dirinya juga istrinya. Dia memulai hidupnya di ibukota setelah mengetahui siapa dirinya, dia juga berniat menuntut balas kepada orang yang membuat dirinya sendirian tanpa keluarga dan yang mencelakai orang orang terdekat nya termasuk teman masa kecil nya. Ikuti terus kisahnya.
Genre : fiksi, fantasi, drama, sistem, komedi, tragedy.
Mohon like dan komen ya. khusus dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Seminggu kemudian, setelah data pribadi keduanya terkumpul dan di nikahkan secara langsung di KUA menggunakan kuasa dan money power milik Kuswoyo, ayah dari Aulia, mereka di tempatkan di rumah petak sangat sangat sederhana berukuran 4x12x2 lantai, di dalam gang sempit dan di paling ujung. Rumah mereka sangat kecil sehingga lantai dua di fungsikan sebagai kamar dan kamar mandi. Dapur, ruang makan dan ruang tamu berada di lantai satu. Malam nya, Adam termenung duduk di sisi kasur tanpa ranjang yang tergeletak di lantai dua.
Aulia duduk di sebelahnya dan juga termenung tanpa bisa berkata apa apa, keduanya duduk saling membelakangi satu sama lain,
“Sekarang bagaimana ?” tanya Aulia.
“Tidak tahu, kita tidak ada uang, aku harus kerja, kamu bagaimana ?” tanya Adam.
“Aku juga kerja, kita sama sama saja,” jawab Aulia.
“Iya, maaf ya semua jadi begini, kamu jadi menikah dengan ku, orang yang tidak kamu kenal,” balas Adam.
“Sama, kamu juga menikah dengan ku, yang tidak kamu kenal....sekarang kita mau ga mau harus bersama,” ujar Aulia.
“Iya, aku mengerti, kita coba maju bersama sama,” ujar Adam.
“Terima kasih ya, kamu sudah menolong ku waktu di lampu merah itu,” ujar Aulia.
“Iya sama sama, tidak perlu berterima kasih,” ujar Adam.
Keduanya kembali terdiam, kemudian Adam berdiri dan berjalan ke arah tangga, dia membawa bantal nya. Aulia langsung bertanya,
“Mau kemana ?” tanya Aulia.
“Tidur di kursi bawah saja, kamu risih kan tidur sama aku ?” tanya Adam.
“Enggak, ga apa apa, kamu tidur sini aja,” jawab Aulia.
“Tidak ah, tidak enak, udah ya, aku turun,” balas Adam.
“I..iya, kalau ga bisa tidur naik aja ya, aku ga apa apa kok, bener,” balas Aulia.
“Iya, makasih ya,” balas Adam.
Adam berbaring di kursi, dia mulai melihat kembali smartphone nya, grup chat kelasnya tidak berbunyi sama sekali dan dia menyadari kalau dia sudah tidak sekolah lagi, air matanya mulai berlinang dan dia langsung menghapusnya, dia kembali mencari cari lowongan di situs pencari kerja gratis. Pikirannya kembali ke masa masa hidup nyaman nya dan kehidupan sekolahnya, namun dia menepisnya,
“Ayo Dam, terima kenyataan, walau kondisi lo kayak gini, tapi lo punya istri yang musti lo nafkahi, ayo berjuang Dam,” ujar Adam di dalam hati sambil mengusap wajahnya.
“Um,”
Adam mendongak ke belakang, dia melihat Aulia berdiri terbalik di belakangnya sambil memeluk bantal nya. Adam langsung duduk dan berbalim melihat Aulia,
“Ada apa ?” tanya Adam.
“Um...kamu tidur atas aja deh, aku ga enak kalau kamu tidur di sini, aku sama sekali ga risih, tapi maaf kalau kamu tidak nyaman bersama ku, aku saja yang di sini,” ujar Aulia.
Melihat Aulia sedih dan merasa tidak enak hati kepada dirinya, Adam menyadari kalau dia tidak hancur sendirian, Aulia juga hancur bersamanya dan bernasib sama dengannya, tentu saja dia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya yaitu sungkan dan tentunya akibat kesungkanan nya malah membuat dia menyakiti Aulia.
Akhirnya Adam berdiri dan berjalan ke hadapan Aulia, dia menarik nafas dan tersenyum sampai membuat Aulia kaget,
“Dah yu, naik, kita berdua tidur di atas aja,” ujar Adam.
“I..iya, maaf ya, kalau kamu jadi tidak nyaman gara gara aku,” ujar Aulia.
“Aku nyaman nyaman aja kok, yuk,” ujar Adam tersenyum.
“Iya, yuk,” ujar Aulia yang terlihat sedikit lega.
Akhirnya keduanya naik kembali dan langsung bebaring di kasur, keduanya saling memunggungi satu sama lain. Adam merenung dan wajahnya berubah, senyumnya menghilang dan rautnya nampak sedih,
“Papa, mama, kak Rian, aku kangen kalian, kalau saja aku mencegah kalian pergi waktu itu dan tidak egois memikirkan diriku sendiri, kita masih bersama sama sekarang,” ujar Adam dalam hati.
Air mata menetes dari matanya yang di paksakan terpenjam, Aulia berbalik, dia melihat tubuh Adam yang membelakanginya sedikit gemetar, dia menyadari Adam menangis, dia berbalik lagi membelakangi Adam dan menutup mulutnya sambil menangis dengan air mata bercucuran.
Keesokan harinya, pagi pagi setelah mandi, Adam duduk di kursi ruang tamu dan kembali memeriksa smartphone nya. Tiba tiba Aulia mencolek pundak Adam dan membuat Adam menoleh melihat dirinya.
“Makan dulu yuk,” ujar Aulia.
“Oh kamu masak ?” tanya Adam.
“Um...cuman mi instan goreng sih,” jawab Aulia.
“Oh ok,” ujar Adam berdiri.
Mereka duduk di meja makan, Adam menatap sepiring mi goreng tanpa telur dan hanya ada mi nya saja di balut kecap. Dia mengambil garpunya dan mulai menyantap mi nya, sambil terus melihat smartphone nya.
“Kamu liat apa ?” tanya Aulia.
“Aku cari kerja, kalau tidak masa depan kita suram nanti,” jawab Adam sambil melahap mi nya.
“Iya, aku juga cari kerja habis ini,” balas Aulia.
Setelah makan pagi, keduanya bersama sama keluar dari rumah mereka untuk berkeliling di pertokoan yang berada di depan gang rumah mereka untuk mencari pekerjaan.
******
Sementara itu, di sebuah rumah mewah yang sangat besar di dalam perumahan mewah yang biasa di huni para pejabat, Riko terlihat duduk di dalam ruang tamu sambil menatap smartphone nya. Seorang gadis menghampiri Riko dan langsung duduk di pangkuannya,
“Sori lama ya sayang,” ujar sang gadis.
“Hehe ga apa apa, rencana berjalan lancar ya sayang,” ujar Riko.
“Tentu saja sayang, sekarang hak waris Aulia resmi menjadi milik ku,” ujar sang gadis.
“Tap...tap,” Riko dan sang gadis menoleh, mereka melihat seorang wanita paruh baya menghampiri mereka kemudian duduk di sofa tepat di depan keduanya,
“Eh Jihan, turun ah, masa di pangku ama Riko sih, ntar kalo keliatan papa gimana,” ujar sang wanita paruh baya yang ternyata adalah mama tiri dari Aulia.
“Iya mah, maaf,” ujar Jihan yang turun dan duduk di sebelah Riko.
“Maaf ya nak Riko, Jihan memang gitu anak nya haha,” ujar sang ibu.
“Iya tante, ga apa apa, tapi aku baru menyadari kalau Jihan mirip sama Aulia ya,” ujar Riko.
“Enak aja, cakepan aku kali,” ujar Jihan sambil menepuk paha Riko.
“Untung aja ada rencana cadangan, padahal paginya sudah gagal kan, hampir aja ketahuan, semua gara gara anak itu,” ujar sang ibu yang merujuk kepada Adam.
“Iya, sekalian aja di jebak, berani nya menggagalkan rencana orang, untung rambutnya gampang di tiru hehe,” ujar Riko.
“Tapi dia temen kamu kan ?” tanya Jihan.
“Hah temen darimana ? aku juga benci dia, mentang mentang rangking satu, sok banget nasihatin orang lain kayak dia paling pinter aja gitu, rese,” jawab Riko.
“Hehe berarti pas ya, semoga mereka cocok,” ujar Jihan.
“Hehe iya, semoga mereka bahagia di masa depan,” tambah sang ibu.
“Sengsara tapi bahagia, boleh juga hahaha,” tambah Riko.
Mereka langsung bersulang dan meminum minuman mereka, setelah itu sang ibu masuk ke dalam, Jihan kembali naik ke pangkuan Riko dan mencium Riko dengan mesra, setelah itu Jihan mengajak Riko masuk ke dalam kamarnya. Dia melompat ke ranjang dan merentangkan tangannya, tentu saja Riko menyambut ajakannya dengan senang hati,
“Wah mereka pasti sekarang juga kayak kita ya coba masih bisa di rekam,” ujar Riko yang berada di atas Jihan.
“Hehe iya, aku mau lihat goyangan Aulia seperti apa, tapi yang jelas pasti lebih enak aku dong,” ujar Jihan.
“Sudah tentu sayang,” balas Riko.
Riko langsung mencium Jihan kemudian keduanya saling melucuti pakaian mereka satu persatu, “jleb,” tanpa pemanasan, pedang Riko bersarang di sarung Jihan,
“Aaah...enak sayang,” ujar Jihan.
“Kamu memang mantap sayang...oooh,” balas Riko.
“Trus dua temen nya yang waktu itu ikut ke sekolah ku gimana ?” tanya Jihan.
“Ah mereka sih gampang, mereka ga ada gigi nya, kalau macem macem ya di bungkam aja, beres,” jawab Riko.
“Hehe bagus...aaaaaaah...lebih kenceng dikit sayang,” ujar Jihan mendesah.
Tanpa mereka sadari, sang ibu terpana melihat kedunya melalui pintu yang belum tertutup rapat. Sang ibu yang tidak mau mengganggu anaknya yang sedang bercumbu mesra bersama kekasihnya, dia menutup kembali pintu kamar mereka yang lupa mereka tutup dengan rapat sebelumnya sambil tersenyum lebar di wajahnya yang penuh kemenangan.