Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Kejar kejaran.
Dalam perjalanan, Wulan lupa menanyakan dimana perayaan pernikahan suaminya, padahal ia begitu semangat melabrak Daniel dengan istri barunya.
"Ahk, bodoh kamu Wulan, tidak menanyakan perayaan pernikahaan Daniel ada di mana?"
Wulan mengentikan mobilnya, ia memukul kepala dengan kedua tangan. Merasakan rasa kesal, " bodoh ...."
Mengatai diri sendiri, tak merubah Wulan tenang. Ia malah bertambah semakin frustasi.
Menarik napas, mengeluarkan secara pelan, melebarkan tangan kanan dan kiri, berulang kali mengibaskan seperti burung yang akan terbang.
"Tetap tenang, jangan panik. Pikirkan, tempat yang selalu di tunjukan Daniel kepadaku."
Saat itulah pikiran Wulan tertuju pada sebuah gedung, "Aku ingat sekarang, pasti Daniel merayakan pernikahannya digedung mewah."
Mobil yang mendadak ia berhentikan, kini Wulan nyalakan kembali. Tujuannya saat ini pergi ke gedung milik Daniel. Memutar balikan mobil kaarah tujuan, Wulan mulai mengendari mobil dengan kecepatan tinggi.
Sampai di gedung tempat tujuan Wulan, ia melihat acara sudah selesai, "Sialan aku terlambat."
Gedung sudah sepi, tak ada satupun orang berada di sana, Wulan terlalu lambat menangani semuanya, ia kesal.
Melihat dekorasi gedung benar benar sangat mewah sekali, ia tak menyangka jika Daniel akan mengeluarkan bajed yang sangat besar untuk menikahi istri keduanya.
Padahal dulu, saat menikah dengan Wulan, dekorasi seadaanya. Tamu undanganpun tak banyak di undang, mengerutu kesal." Apa ini sudah di rencanakan dari dulu?"
Wulan mencoba mengatur napas, menghilangkan sejenak kekesalannya. Melangkahkan kaki untuk menaiki mobil kembali.
Terpaksa Wulan harus pulang ke rumah ibu mertuanya, untuk memastikan semua kepastian yang terjadi. " Malas sekali rasanya harus pulang ke rumah ibu mertua."
Menjalankan mobil, Wulan fokus pada jalanan. Hingga ia menyadari jika ada mobil yang ia kenali. " Itukan mobil si Varel, asisten Daniel." Menyalakan kelakson berharap jika Varel menyadari Wulan sedang mengejarnya.
Wulan dengan nekadnya, mengejar Varel berharap jika asisten suaminya bisa menjelaskan pernikahan Daniel yang Wulan dengar dari sang sopir.
Membuka kaca jendela mobil, Wulan kini berteriak." Varel berhentiiii. "
Lelaki berbadan kekar dengan parasnya yang tampan tetap saja melajukkan mobilnya, ia seakan tak peduli dengan teriakan Wulan.
"Varel, lu. Ber**gsek tunggu." Teriak Wulan penuh dengan emosi.
"Sialan dia, mau menghindar dariku," Gerutu hati Wulan.
Dengan keahlian mengendarai mobil yang diajarkan Angga, pada akhirnya. Wulan bisa mengejar Varel.
"Berhenti, atau saya tabrak mobil kamu itu. Varel." Teriak Wulan, meluapkan semua kekesalanya.
Varel sudah menyadari akan Wulan yang mengejarnya, hanya berusah tetap tenang. Walau sebenarnya hatinya ketakutan sekali.
"Gawat, bagaimana menjelaskan semuanya pada Bu Wulan." Varel berusaha menghindari Wulan, ia tak mau menjelaskan tentang penikahan sang atasan.
"Awas saja kamu, Varel." Melajukan lagi mobil, dan suara rem mendadak di layangkan oleh Wulan, mobil sudah berhenti di depan mobil Varel.
Untung saja suasana sepi di jalanan, Wulan leluasa menghentikan mobilnya dihadapan mobil Varel.
Siapa yang tak menyangka jika Wulan bisa sehebat itu dalam mengendarai mobil, padahal dulu ia hanya wanita manja yang biasanya mengandalkan sopir.
Wanita berpakaian rok mini dengan baju berwarna putih keluar dari dalam mobil, ia segera melangkahkan kaki menuju mobil Varel. Telapak tangan Wulan kini memukul mukul pintu mobil, menyuruh sang asisten untuk keluar cepat dari mobilnya.
"Keluar kamu, Varel. Cepat. " Teriakan Wulan, membuat Varel ketakutan, asisten itu hanya diam di dalam mobil.
"Varel." Memukul mukul kaca mobil, " Oh jadi kamu tidak mau ke luar dari mobil mu, It is oke." Wulan berjalan kembali ke mobilnya, ia membuka bagasi mobil, terlihat mengambil suatu barang.
"Varel, kamu lihat ini apa?" Wulan mengangkat benda itu di hadapan Varel yang masih berada di dalam mobil. Mendekat ke kaca mobil, Varel menelan ludah, matanya membulat. Berharap jika Wulan tak melakukan hal konyol yang akan merusak mobilnya.
" Jika sampai hitungan ke tiga kamu tidak keluar, saya pastikan mobil mewah kamu ini rusak sepenuhnya." Ancam Wulan, bersiap siap melayangkan benda berat itu pada kaca mobil Varel.
"Satu. Dua ...., tig-"
Varel kini keluar dari dalam mobil, ketika palu itu sudah dekat dengan kaca mobil Wulan.
"Berhenti."
Wulan tersenyum, melihat Varel akhirnya keluar dari dalam mobilnya, menghentikan aksinya.
"Ada apa, Bu Wulan? Kenapa ibu melakukan semua ini kepada saya, salah saya apa?"
Menatap tajam ke arah sang asisten yang penuh belas kasihan, Wulan kini menunjuk wajah itu," barusan kamu tanya kenapa aku melakukan semua ini, coba kamu tanya pada diri kamu sendiri, pasti kamu sudah tahu jawabannya."
Terlihat Varel begitu gelisah, saat pertanyaan Wulan memojokkannya untuk berkata jujur.
"Maksud Ibu apa ya, saya kura .... " Wulan memukul mobil milik Varel, dengan palu. Membuat Varel syok.
"Bu Wulan." Palu itu melayang lagi pada mobil Varel. " jawab yang sejujurnya, atau saya akan hancurkan mobil mewahmu ini."
"Ya ampun Bu Wulan, jangan. Ini masih keridit, masa Bu Wulan tega." pinta Varel, memohon dengan menempelkan kedua tanganya.
"Makanya cepat katakan, jangan bohong pada saya," tegas Wulan pada sang asisten. "Saya tahu kamu ini orang kepercayaan suami saya, jadi kamu ditugaskan ke mana mana, bukan hanya di kantor saja. Jadi kamu tahu semua tentang suami saya. Ayo katakan."
Memang pekerjaan Varel bukan menjadi sekertaris saja, ia juga dipercaya menyimpan rahasia Daniel, sampai pekerjaan. Dan masalah pribadi.
Daniel selalu menyebut Varel sebagai asisten, bukan sekertaris lagi. Karena gelar asisten bagi Daniel gelar yang hebat.
Menelan ludah beberapa kali, perlahan Varel menatap ke arah palu yang di gengam erat oleh Wulan, membuat satu pukulan palu berukuran sedang itu hampir mengenai kaca mobil Varel.
Sontak Varel mulai merespon perkataan Wulan dengan menjawab.
"Tunggu, ya saya. Akan katakan dimana Pak Daniel dan istri barunya. "
"Cepat katakatan dimana?" bentak Wulan, masih dengan palu yang iya pegang pada tangannya.
" Sebenarnya Pak Daniel dan juga istri barunya pergi ke rumah Bu Alenta. Mereka rencana menginap sehari di rumah Bu Alenta!" jawab Varel.
Wulan yang mendengar hal itu sangatlah malas jika harus bertemu dengan ibu mertua, apalagi Wulan tidak dekat dengan ibu mertuanya, karena banyaknya perbedaan pendapat antara dirinya dan juga Bu Aletta.
"Ya sudah sekarang kamu antarkan saya ke sana." Printah Wulan, membuat Varel sedikit terdiam sejenak, ia tak mau ikut campur akan masalah rumah tangga atasan.
Varel cukup menyimpan rahasia sang atasan, sampai tak mau lebih jauh lagi, akan masalah yang dihadapi sang atasan.
"Sepertinya saya tidak bisa Bu Wulan, kebetulan bukan jam kerja saya lagi, waktunya saya pulang untuk beristirahat di rumah," ucap Varel berharap jika Wulan mengerti.
Bukanya mengerti Wulan malah mengoyang goyangkan palunya pada tangan di depan Varel.