NovelToon NovelToon
Pelangi Berselimut Awan

Pelangi Berselimut Awan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Badboy / Perjodohan / Cintamanis / Patahhati
Popularitas:35.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!

"Aku kecewa karena suamiku sendiri berniat menjandakan aku demi membahagiakan wanita lain."

Pelangi Faranisa, seorang gadis taat agama yang dijodohkan dengan pria brutal. Di malam resepsi pernikahan, ia dipermalukan oleh suaminya sendiri yang pergi tanpa permisi dan lebih memilih mabuk-mabukan.

Pemberontak, pembangkang, pembuat onar dan pemabuk berat. Itulah gambaran sosok Awan Wisnu Dewanto.

"Kamu tidak usah terlalu percaya diri! Aku tidak akan pernah tertarik denganmu, meskipun kamu tidak memakai apa-apa di hadapanku!" ~ Awan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pindah Ke rumah Baru

Keputusan Awan untuk pindah ke rumah pribadinya yang mendadak, mengejutkan Ayah Fery dan juga Ibu Sofie. Bagaimana pun juga Ayah Fery masih belum percaya sepenuhnya untuk melepas Pelangi tinggal berdua dengan putranya. Takut jika Awan bertindak semaunya terhadap menantu kesayangannya. 

“Kenapa tidak tinggal di sini saja? Kamu ‘kan sering keluar kota, Pelangi nanti sendirian di rumah.” 

“Tidak apa-apa, Ayah. Nanti kalau aku ada kerjaan di luar kota, Pelangi akan tinggal di sini. Jadi tidak akan sendirian.” 

Ayah Fery menghembuskan napas panjang. Awan Memang sangat keras kepala. Bila sudah berkata tidak, maka akan sulit untuk merubahnya. Ia menatap sang menantu yang duduk di hadapannya dengan kepala tertunduk. Sejak tadi belum ada kata yang terucap dari bibirnya. 

“Pelangi, apa Awan memaksa kamu untuk pindah ke rumahnya?” 

Pelangi dengan cepat menggeleng. “Tidak, Ayah. Bukankah setiap pasangan yang membina rumah tangga itu ingin tinggal di rumah sendiri? Dengan tinggal berdua, kami akan belajar mandiri. Selain itu akan ada kesempatan untuk lebih dekat.” Sebuah jawaban yang membuat Awan bernapas lega. Setidaknya jika Pelangi sendiri yang menginginkan, Ayah Fery pasti tidak akan keberatan. 

“Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan kalian. Kami sebagai orang tua hanya bisa mendukung,” ucapnya seraya menatap sang pengantin baru itu. “Awan, Pelangi adalah tanggung jawab kamu. Membahagiakan dan menafkahinya lahir batin adalah kewajibanmu.” 

Awan mengangguk. 

Sementara Ibu Sofie tampak mengusap ujung matanya yang berair. Ini adalah kali pertama ia melepas putra kesayangannya.

.

.

.

.

Sepanjang jalan tak ada pembicaraan antara Awan dan Pelangi. jika Awan terfokus dengan jalanan di hadapannya, lain hal nya dengan Pelangi yang menatap ke jendela. Jarak rumah Awan dengan rumah orang tuanya terbilang cukup jauh, butuh satu jam lebih perjalanan untuk tiba. Itu pun jika tidak sedang dalam keadaan macet. 

"Aku mau beli makanan dulu. Kamu mau apa?" tanya Awan sesaat setelah memarkir mobil di depan sebuah restoran cepat saji.

"Terserah Mas saja."

Awan memutar bola matanya setelah menutup pintu mobil. Ia mulai bosan mendengar kata terserah yang selalu diucapkan Pelangi saat ia menanyakan sesuatu.

Tak berselang lama, Awan kembali dengan sebuah kantongan besar. Ia letakkan di kursi belakang.

"Aku tidak tahu kamu suka apa, jadi aku beli beberapa menu makanan."

"Kenapa tidak masak sendiri saja?"

"Mau masak apa? Di rumah belum ada apa-apa." Awan mulai mulai melajukan mobil meninggalkan restoran favoritnya itu.

"Apa di dekat sini ada swalayan?" tanya Pelangi seraya melirik ke kanan dan kiri jalan-jalan yang mereka lalui.

"Ada di depan sana."

"Apa boleh kita mampir sebentar?"

Awan hanya menyahut dengan anggukan kepala. Kurang dari lima menit, mereka sudah tiba di depan sebuah swalayan. Awan hanya melirik Pelangi, tetapi tak berniat turun.

"Mau beli apa?"

"Bahan makanan untuk di rumah."

"Oh. Aku tunggu di sini."

Pelangi melirik suaminya dengan ragu. "Mas, boleh minta uangnya? Aku ...."

"Oh, sorry! Lupa!" Pria itu mengeluarkan dompet dari saku celana dan menyerahkan sebuah kartu. "Pin-nya 070707."

Pelangi meraih kartu pemberian suaminya. Kemudian segera turun dari mobil. Awan terdiam menatap tubuh mungil yang sedang berjalan menuju pintu masuk swalayan.

Hingga beberapa menit berlalu, Pelangi tak juga kembali. Sudah beberapa kali pria itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, seraya sesekali menatap ke arah sebuah pintu kaca otomatis.

"Ini perempuan kemana, sih?" Mulai gusar ia menunggu, hingga akhirnya memutuskan untuk menyusul istrinya.

Awan berkeliling mencari keberadaan Pelangi, hingga menemukan istrinya itu sedang mengantri di kasir sambil mengobrol dengan seorang pria. Bukan hanya itu, mereka terlihat sangat dekat. Bahkan Pelangi sempat mengusap bahu pria itu.

"Pantas aja lama, lagi ngobrol sama cowok! Ganjen!" gerutu Awan kesal.

Dengan wajah yang super masam, ia mendekati istrinya dan berdiri tepat di belakang. "Beli apa sampai selama ini?"

Kehadiran Awan yang tiba-tiba mengejutkan Pelangi. Wanita itu membalikkan tubuhnya dan menatap Awan. Terlihat heran karena Awan menyusulnya.

Sementara Awan menatap dingin pria yang mengobrol dengan istrinya. Pelangi yang menyadari situasi langsung merangkul lengan suaminya, membuat Awan gelagapan.

"Emh, Mas ... Mungkin kamu lupa. Ini Zidan, adikku. Dia bekerja paruh waktu di sini dan ini hari pertamanya."

"Oh, adiknya. Gue pikir ...."

.

.

.

.

Pajero Sport milik Awan memasuki gerbang sebuah rumah minimalis berlantai dua. Begitu mobil berhenti, pandangan Pelangi meneliti bangunan bercat kuning gading itu. Gelap dan kesunyian menyapa, sebab tak satu lampu pun menyala. 

“Ayo masuk!” Awan masuk lebih dulu dan menyalakan beberapa lampu di dalam rumah dan taman. 

Dari ambang pintu, Pelangi meneliti bagian dalam rumah itu. Setiap bagian tertata rapi dan menarik. Rumah itu juga tampak bersih dan terawat.

Kesan pertama yang Pelangi temukan adalah indah dan unik.Tak heran, sebab suaminya adalah seorang arsitek. Tentunya Awan akan membuat sebuah hunian yang sangat nyaman dan sesuai seleranya. Pelangi baru melangkahkan kakinya setelah mengucapkan salam dan juga doa sebelum masuk rumah. 

“Kamu baca mantra? Kok aku merinding mendengarnya,” protes Awan saat mendengar Pelangi bergumam-gumam di belakang punggungnya. Ia meletakkan dua koper di dekat tangga, satu miliknya dan satu milik Pelangi. 

“Bukan mantra, Mas. Aku cuma baca doa memasuki rumah baru. Supaya rumah ini membawa berkah untuk—” Ucapan Pelangi terputus, bola matanya menatap lurus. Tiba-tiba saja tubuhnya terasa membeku. Sebuah pigura besar yang menggantung di dinding ruang tamu membuat dadanya terasa penuh sesak. 

Foto mesra Awan dengan seorang gadis cantik menjadi sambutan pertama bagi Pelangi di rumah itu. 

****

1
Anonymous
keren
Surati
bagus
Nuri Nurazizah
nanti jga di bkin bucin tuh si awan sma pelangi
Nuri Nurazizah
awan nya sedang kelabu
Andreas Affandi
Luar biasa
Janah Selaluinginsetia
Kecewa
Dinarkasih1205
Luar biasa
Dinarkasih1205
Lumayan
Marlianna Siregar
lanjutnya mana ya..?
Nurul Fatma wati
guntur beledek ni kyny
Laila Umroh
Luar biasa
fasalina 123
menarik
Nur Inayah
alurnya bagus dan banyak pelajaran yg bisa diambil
Julia Vanka
Luar biasa
nene Situmorang
mundur bangg
nene Situmorang
nyesel kan lo?
nene Situmorang
ngedumel trusss
nene Situmorang
tempur nih
nene Situmorang
kesindir dong
nene Situmorang
mission failed
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!