Pernikahan Paling Luar Biasa

Episode 23 : Nama itu terdengar lagi.

***

"Aku akan pergi setelah melahirkan anak untuk mu,"

Balas Rembulan tetap tidak meneteskan air mata sedikit pun.

Dia berpura-pura tegas walau tubuhnya sudah dingin dan wajahnya sangat pucat.

'Wanita ini, jelas-jelas wajahnya sangat pucat dan tubuhnya sudah dingin, tetapi dia tetap berpura-pura kuat, bahkan tidak menangis dengan cengeng!'

'Menarik sekali, kalau begitu ini akan mudah, kau hanya ingin uang dan posisi Nyonya di sisiku dan aku hanya ingin menuruti permintaan Kakek!'

Benak Kenzo seolah ingin memercayai segala pikiran yang ada dalam dirinya.

Dia menyeringai, dia masih menggenggam dagu Rembulan agar wajah mereka berdekatan.

"Deg ... Deg ... Deg!"

Saat mata mereka bertemu semakin dalam, dan diam telah menemani keduanya karena tak ada lagi yang hendak diperbincangkan.

Kenzo kembali menemukan kemiripan di mata Rembulan dengan mata Laura.

Kenzo mengernyit dan dia menggigit bibir bawahnya karena jantungnya berdegup semakin kencang.

Nafasnya menjadi semakin panas dan berat, hanya karena mata Rembulan dan Laura mirip sudah mampu membuat dada Kenzo bergetar.

"Matamu ... kau benar-benar mirip dengannya, aku benci tetapi bagus juga, aku bisa menganggap mu sebagai dia ... tidak masalah kan?"

Kenzo masih membisik, tangannya sudah menyelip di bra Rembulan yang telah nampak jelas di hadapan Kenzo.

"Deg!"

Jantung Rembulan kembali di remas, mungkin di malam pengantinnya, dia akan merasakan malam paling buruk yang akan ia lalui sepanjang hidup.

"Aku hanyalah seorang yang tidak akan bertahan di sisimu Tuan, Tuan bisa menganggap ku sebagai angin lalu, hanya angin yang menyapa sebentar, jika Tuan ingin berfantasi dan membayangkan aku sebagai wanita lain ...."

"Itu bukan masalah sama sekali, sama seperti yang Tuan katakan barusan, aku harus tahu diri ..." Rembulan menatap mata biru Kenzo.

Dengan tegar dan tanpa menangis, walau hatinya dihujam begitu sakit, dia tidak gentar.

Bukan karena Rembulan terbiasa tersakiti akan tetapi Rembulan merasa dia tidak memiliki bak meminta apapun.

"Cih! kau masih mencoba bersikap lemah dan pasrah, menarik perhatian ku!"

"Aku tidak akan terjebak oleh rubah seperti mu!" balas Kenzo sudah melepaskan ikatan bra dengan tangannya yang melingkar di pundak Rembulan.

Kenzo yang memang sudah dalam usai yang matang terlihat sudah sangat lihai dan berpengalaman.

Sejak ia berbicara, tangannya tak berhenti bergerak dan mencari spot yang nyaman.

"Ha!"

Nafas Rembulan tersendat dan matanya melebar, tanpa sadar dia berteriak kecil mengetahui jika sekarang tak ada lagi yang menutupi buah dadanya.

Tetapi sebelum Rembulan memberikan reaksi lebih, Kenzo dengan ganas dan menekan mencium Rembulan dengan sangat menuntut.

Ciuman itu adalah ciuman paling panas dan gila sepanjang hidup Rembulan, sampai Rembulan merasakan sesak karena tidak tahu cara berciuman dengan benar.

"Ha ... ah, Tuan ... tolong tunggu sebentar, aku tidak bisa bernafas," Rembulan mencoba mendorong Kenzo dan memiringkan wajahnya.

Menghindari ciuman ganas yang baru saja menyambar bibirnya.

"Laura ..."

Nama itu terdengar lagi, Kenzo memejamkan matanya, sembari tangannya telah mengusap perlahan dari perut menuju buah dada yang sudah terpampang nyata di hadapannya.

Setiap sentuhan yang ia berikan membuat sensasi geli dan mali paling luar biasa bagi Rembulan.

Akan tetapi di saat yang sama Kenzo menyebut nama Laura lagi, nama yang di dengar oleh Rembulan sejak pertama kali.

Sebagai seorang wanita, Rembulan merasa hatinya menjadi pahit dan ngilu, nama Laura itu ternyata adalah nama yang akan ia pakai saat ia melakukan malam pertamanya setelah menikah secara paksa.

.

.

.