Romance modern.
Kisah cinta Anne Halinger dengan Robert Anderson yang bertemu lewat perjodohan.
Anne yang berasal dari keluarga yang tidak menyayanginya. Dia dijodohkan dengan Robert yang hampir bangkrut dan tidak punya penghasilan tetap.
Namun, tiada yang tahu jadi diri Robert yang sebenarnya adalah pewaris dan CEO Black Diamond Group. Bagaimana kisah cinta dua insan ini? Akankah Anne dan Robert berbahagia?
Ikuti terus kisah mereka ya.
IG @cindy.winarto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cindy Winarto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Sesampainya di rumah, ternyata sudah pukul 5.30 sore hari. Masakan sudah beres, dan rumah rapi semua. Anne dan Robert segera mandi dan mengeluarkan makanan dari kulkas untuk santap malam ini.
Robert sudah pernah memberikan duplikat kunci rumahnya kepada Kepala Pelayan Su, sehingga bila ada keperluan mendesak, atau Robert sedang tidak sempat memasak dan beres-beres, maka bala bantuan akan datang dengan cepat. Sebetulnya Robert juga suka masak dan beres-beres sendiri, tetapi waktu dan tenaganya terbatas dan pekerjaannya sebagai CEO Black Diamond Group cukup menyita waktunya. Untungnya, Anne tidak pernah bertanya macam-macam, selama rumah beres, masakan tersedia, cucian beres, dia akan diam dan oke-oke saja.
Jadi, khusus untuk acara spesial malam pertama ini, Robert sudah memerintahkan Kepala Pelayan Su untuk mengirimkan makan malam istimewa malam ini dengan menu seafood lagi. Ya, betul Robert sudah memantapkan hatinya untuk melaksanakan ritual suami istri setelah sekian lama menanti kesiapan mereka berdua. Saking niatnya, Robert juga sudah mengecek tanggal haid Anne. Periode haid Anne selalu teratur, dan dia sudah selesai haid minggu lalu. Jadi, tidak ada alasan menolak Robert nanti malam.
***
Menu makan malam ini adalah ikan mujair goreng dan lalapannya, kepiting cabe garam, udang mentega grill, kangkong cah seafood, kerang saus padang, dan cumi saus tiram. Anne betul-betul senang dan makan dengan lahap.
“Rob, kapan kamu masak semua ini? Mana enak-enak pula,” ujar Anne penasaran.
“Oh, aku pesan online dari layanan pemesanan makanan Black Diamond Sea Corp. Mereka sedang promo makanan seafood onlinenya,” jawab Robert. Padahal yang sebenarnya dia meminta semuanya dari Kepala Pelayan Su dari mansion Anderson di daerah Menteng. Ya, betul. Mansion Anderson tidak jauh dari Rumah Kakek Thomas, hanya berbeda nama jalan saja.
“Wow ini semua lezat sekali. Kamu pandai memilih menu, dan aku harus memuji Black Diamond Sea Corp. ini, cara masaknya pun pas semua, seafoodnya crunchy semua,” kata Anne dengan senang.
“Makan yang banyak, tambah lagi kalau masih lapar. Masih ada stok di kulkas. Jangan sampai kamu kurang tenaga malam ini,” sahut Robert dengan senyum seringai di wajahnya.
“Uhuk, uhuk. Apa?” Anne sampai tersedak nasi. Pikirannya kembali mengarah ke arah plus-plus. Anne sudah pasrah malam ini, semoga Robert tidak membantingnya nanti. Robert ini ‘kan badannya tinggi besar sekitar 185 cm, sedangkan Anne cuma sekitar 162 cm.
Mata Anne masih melotot ke Robert, sedangkan yang ditatap malah sibuk makan banyak seolah-olah akan bertempur di medan perang saja nanti malam. Satu piring saja tidak cukup, Robert masih terus tambah lagi dan lagi. Saking kenyangnya, Robert sampai harus buang air besar dulu. Anne sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah Robert yang lucu.
Sesudah makan malam, Anne langsung sikat gigi dan cuci muka, serta mengoleskan krim hand body. Dia sebenarnya sudah mengantuk dan capek sekali. Jadi, dia sudah mau tidur seperti biasanya saja.
Robert juga ikut sikat gigi dan kumur-kumur berkali-kali sampai bersih. Lalu, dia menghembuskan napas dari mulutnya lagi, seraya memeriksa apakah bau mulut atau tidak. Ada-ada saja si Robert ini, dia betul-betul ingin semuanya lancar malam ini.
Lalu, dia segera keluar dari kamar mandi dan mematikan lampu kamar, dan menyalakan lampu sudut yang temaram kuning untuk menciptakan suasana romantis malam ini.
Saat itu Anne sudah berbaring di ranjang, lalu Robert segera menubruknya. Posisi Robert ada di atas Anne, dan Anne telentang di ranjang.
“Rob, kamu mau apa? Aku capek, yuk tidur,” ujar Anne gugup sambil mencoba menghindar, dengan harapan bisa selamat malam ini.
Mata Robert memandang Anne dengan intens, dan tanpa ragu tangannya mencekal kedua tangan Anne. Robert semakin membungkuk dan mencondongkan tubuhnya ke arah Anne. Kedua netra mereka saling bertatapan satu sama lain. Jantung keduanya sudah berdebaran tak karuan. Pelan tapi pasti, bibir Robert segera mencium bibir Anne.
Anne tak berkutik. Robert semakin menciumnya dengan lahap, tangannya pun sudah menjalar ke mana-mana di tubuh Anne sambil melepaskan baju tidur Anne. Tak butuh lama, tubuh Anne sudah polos. Matanya memandang tubuh istrinya tanpa berkedip. Dia makin buas dan menciumi wajah Anne, tangannya mengurung Anne di bawah tubuhnya, seakan tidak ingin Anne pergi darinya.
Anne yang awalnya ketakutan, semakin lama mencoba membiasakan diri dengan sentuhan tangan Robert. Bagaimanapun juga, dia adalah suaminya, dan sudah menanti 3 tahun untuk malam pertama ini.
Di sela-sela ciuman, Anne berbisik, “Rob sakit, lepaskan tanganku.” Napas Robert memburu saat mendengar Anne memanggil namanya.
Robert melepaskan tangan Anne, lalu dengan cepat memeluk Anne dan melanjutkan penjelajahannya di tubuh istri tercintanya. Anne mengalungkan tangannya di leher Robert, sambil mengusap pipi Robert. Darah Robert semakin mendidih, tubuhnya terasa panas, dilepaskannya semua baju tidurnya. Kini keduanya sama-sama tidak mengenakan apa pun. Anne tidak berani memandang ke arah bawah paha suaminya. Akhirnya, dia hanya berani menutup mata, dan pasrah menerima semua sentuhan Robert di tubuhnya.
Robert semakin bersemangat saat melihat Anne tidak melawan sedikit pun. Dia pikir Anne sudah menerimanya sepenuhnya. Peluh mengalir di kepala dan punggung Robert. Senjata miliknya terasa makin mengeras dan memanjang, diambilnya baby oil di dekat meja, dan dioleskannya di senjatanya itu dan juga di area tengah Anne agar tidak sakit saat mereka menyatu. Dia mengambil bantal dan menyangga bokong dan paha Anne di situ. Lalu, dia segera menjebol area pertahanan Anne.
“Aduh, sakit Rob, perih sekali, ahh sakit,” ujar Anne sambil meremas kencang leher dan bahu Robert.
“Tahan sebentar, ini baru ujungnya, aku akan masuk lagi ya,” ujar Robert dengan napas menderu. Dengan sekali hentak, masuklah sudah seluruh bagian senjatanya. Anne serasa dibelah pisau dan perih mendera area intinya. Robert segera bergoyang dan bergesekkan dan menyalurkan hasratnya yang terpendam selama ini. Tubuh Anne seakan sudah menjadi candu baginya.
“Aku mencintaimu Anne, kamu sudah jadi milikku selamanya,” kata Robert sambil mencium ceruk leher Anne, dan lalu mencium bibir Anne lagi. Goyangan Robert semakin cepat, sementara Anne hanya diam saja sambil menahan nyeri, dan mengeratkan pahanya di pinggang Robert. Lalu, pelepasan itu terjadi. Tubuh Robert segera lemas dan lunglai di atas Anne.
Anne yang sudah kelelahan, langsung tertidur. Mata Robert memandang wajah istrinya dengan penuh cinta. Semua menjadi satu malam ini. Disekanya keringat dari dahi Anne, dan dia membersihkan sisa-sisa cairannya dari paha Anne. Tampak noda merah di atas seprai, bukti nyata Anne sudah jadi miliknya seutuhnya. Dalam hati, Robert berjanji untuk membahagiakan Anne selamanya.
***
Yuk dukung terus karya pertamaku dengan klik like, vote dan favorit, dan bagi koinnya jika berkenan ya. Terima kasih semua
IG @cindy.winarto