Di saat fokus dengan masa hijrahnya, Damian kembali di hadapkan dengan masalah yang membuatnya harus menikahi gadis bercadar.
Damian Pangestu yang mempunyai masalalu yang buruk harus berada di tengah-tengah keluarga yang ahli agama.
Pernikahan yang tak terduga itu membuat rumah tangga Damian dan Adhiba bertahan walaupun harus menerjang hujan dan badai. Terlebih masa lalu Damian yang seorang pendosa muncul satu persatu.
Lalu bagaimana cara mereka menghadapinya?
•••••
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu" Damian Pangestu
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.." Adhiba Azalea Ibrahimi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Tidak Terduga
Sebelum kejadian, Di tempat yang berbeda. Seorang wanita paruh baya tengah gelisah di teras depan rumahnya. Wanita yang sedari muda sudah memakai pakaian tertutup dengan cadarnya itu mondar mandir tidak jelas..
"Umma.. Umma kenapa gak masuk, Hujan makin deras ini.."Ujar seorang pria berusia dua puluh delapan tahun disana. Rayhan, Putra dari wanita bergamis tersebut.
Wanita yang biasa di sapa Umma Salma itu menoleh ke arah suara. Umma Salma tersenyum di balik cadarnya, Sebelah tangannya terangkat mengusap pipi putranya yang sudah sangat dewasa ini.
"Umma gak masuk karena lagi nungguin adik kamu pulang sayang.. Ini udah malam tapi adik kamu belum pulang juga.." Hujan yang turun sejak sekitar satu jam lalu bukannya mereda tapi semakin deras saja. Sebagai seorang ibu, Maklum saja Umma Salma khawatir. Anak bungsunya seorang gadis, Memang tadi sempat berpamit hendak mampir pengajian yang tempatnya di laksanakan di masjid tak jauh dari tempatnya kuliah.
"Apa Umma tidak menghubungi Adhiba.. Ini memang sudah malam..."Ucap salah satu pria yang baru muncul. Paras dan usianya sama dengan pria yang bernama Rayhan tadi.
Rasya, Sodara kembar Rayhan yang lahirnya lebih dulu di banding Rayhan. Rasya sudah beristri dan tinggal di rumah sendiri. Berada di rumah ini pun karena merindukan orang tuanya, Justru itu Rasya mengajak istrinya yang bernama Kirana itu menginap.
"Umma udah hubungi dia tadi Rasya..Tapi gak bisa.."Umma Salma semakin tidak tenang. Putrinya tidak biasa pulang malam, Bagaimana kalau di luar sana terjadi sesuatu? Karena jika sudah begini bukan pikiran baik yang timbul di otak wanita itu melainkan yang buruk-buruk.
"Udah Umma, lebih baik Umma masuk aja ya.. Setelah ini kalau hujannya sudah reda. Rasya dan Rayhan bantu cari.."Wanita paruh baya itu akhirnya mengangguk. Mungkin memang ada benarnya, Ia tidak sedang seorang diri melainkan ada beberapa pria yang selalu ada untuknya.
Umma Salma akhirnya masuk ke dalam rumahnya yang besar bak istana itu.
"Mas.."Umma Salma mendekat ke arah sang suami dan memeluk pria yang masih terlihat tampan walaupun usianya tidak lagi muda itu.
"Kenapa? Adhiba belum pulang?" Umma Salma menggelengkan kepalanya, Menyesal ia tadi sempat mengizinkan putri bungsunya itu untuk mampir ke pengajian. Bukan melarang menghadiri acara baik semacam itu, Hanya saja jika sudah begini akan membuat semua orang khawatir.
"Udah gak usah sedih, Biar mas yang nyuruh si kembar buat nyariin Adhiba.."Pria itu bisa berkata dengan tenang. Namun dalam hati siapa yang tahu. Sama seperti Umma Salma, Daddy Abimana juga sama khawatir nya. Orang tua mana yang tidak khawatir kepada seorang anak, apalagi ini anak gadis. Meski usianya sudah dewasa tetap saja kecil di mata orang tua.
Daddy Abimana akhirnya meminta Rasya dan adiknya Rayhan untuk mencari adiknya. Rasya yang telah menikah pun sudah meminta izin terhadap Sang istri sebelum pergi.
Hujan sudah mulai mereda, Jalanan yang agak licin membuat Rayhan sebagai pengemudi lebih hati-hati.
"Kenapa lewat sini Ray, Apa tidak ada jalan lain? " Protes Rasya kurang setuju sodara kembarnya ini melewati jalan sepi tersebut.
"Ini adalah jalan pintas menuju kampus Adhiba.. Makanya masa mudanya jangan terlalu betah di luar negri, Ya begini jadinya jalan di negara sendiri bingung.."Ucap Rayhan.
"Seperti kau tidak besar di luar negeri saja.. Kita ini sama-sama lulusan sana, Hanya Adhib..
Ciiiittt!!
Brakk
"Ray! Bisakah kau hati-hati..Jidatku kepentok.."Kesal Rasya mengusap keningnya gara-gara adik kembarnya yang tidak punya akhlak itu. Tapi sepertinya Rayhan tidaklah peduli..
"Benar kan apa kataku..Untung kita lewat sini, Lihat mobil Adhiba ada disini.."Usai mengucapkan itu Rayhan turun dan memeriksa mobil sang adik yang teronggok di tepi jalan. Namun siapa sangka, Manusia pemilik mobil tersebut tidak ada.
"Hanya ada mobilnya saja yang berada disini? Lalu kemana Adhiba berada?" Sepasang saudara kembar itupun saling pandang. Rasa khawatir yang amat sangat kini mulai menyusup.
Mereka kompak mencari sang adik yang entah kemana sekarang. Namun tiba-tiba, kekhawatiran mereka berubah menjadi keterkejutan mendadak.
"APA-APAAN KALIAN!!
.
.
.
Waktu sudah menunjukkan tengah malam hampir ke dini hari. Adhiba duduk menunduk di depan kedua orang tuanya. Bukan hanya itu saja ada sodara kembarnya juga selain itu ada beberapa orang yang entah siapa.
Di sebelah gadis bercadar itu, Seorang pria tampan berusia matang ikut duduk dengan kepala menunduk. Damian hanya tidak menyangka saja, Aksi menolong gadis yang tadi hampir di leceh-kan itu berakhir seperti ini. Bukannya kata terima kasih tapi sebuah tuduhan yang ia dapat.
Damian yang berniat menolong Adhiba gadis bercadar tersebut menimbulkan kesalahpahaman. Padahal Damian belum juga menyentuh gadis bercadar itu, Namun beberapa pria yang tidak kenal tiba-tiba saja muncul langsung memberikan tuduhan bahwa mereka berdua hendak berbuat mesum.
Belum juga memberikan penjelasan, Rayhan dan Rasya muncul. Semakin menjadilah kesalahpahaman itu. Beberapa orang itu terus ngotot mengatakan bahwa Damian dan Adhiba telah berbuat sesuatu. Mereka main hakim sendiri sehingga tidak ada jalan lain selain memanggil kedua orang tuanya datang ke tempat ini.
"Daddy, Umma, Kak Rasya, Kak Rayhan. Percaya deh sama Adhiba... Adhiba dan Pak Damian gak ngelakuin apapun.. Tadi Adhiba di kejar para preman dan untungnya ada pak Damian yang nolongin. Kita gak ngelakuin apapun kok..Tolong percaya.."Adhiba menangis. Apa yang ia katakan dan ia jelaskan memang benar apa adanya. Walaupun Damian niat menolongnya, Pria itu masih punya batasan. Damian belum menyentuhnya sama sekali. Mungkin karena kedekatan mereka yang sangat yang membuat orang-orang itu mengira bahwa Adhiba dan Damian melakukan sesuatu.
"Halaah..Saya gak percaya.. Mungkin mereka memang sengaja melakukan itu. Saya hanya melihat mereka berdua saja di sana. Tidak ada para preman yang putri anda sebutkan tadi." Sela salah satu pria kepada Tuan Abimana. Daddy Abimana pun hanya bisa menatap sang istri.
Umma Salma hanya bisa menarik nafas saja. Keempat pria ini sejak tadi main hakim sendiri dan tidak memberi kesempatan putrinya dengan pria yang katanya dosen itu menjelaskan. Sekali menjelaskan justru tidak ada yang percaya.
"Tapi saya berani bersumpah Demi Allah..Saya dan Adhiba tidak ada niatan berbuat zina seperti yang kalian tuduhkan. Saya murni menolong gadis ini.. Dan..
"Kamu itu tidak usah berkilah.. Kami ini adalah saksinya. Mungkin karena cepat ketahuan. Coba kalo enggak? Pasti kalian akan melakukan hal yang aneh-aneh kan?" Damian memejamkan matanya, Kedua tangannya terkepal. Ingin rasanya Damian mengamuk. Tapi ini dirumah orang, Damian tidak tahu harus bagaimana sekarang. Ia dan Adhiba sejak tadi telah berusaha menjelaskan akan tetapi tetap tidak percaya.. Dari keluarga pihak perempuan pun juga telah melakukan pembelaan. Tapi semakin di bela, Mereka semakin di sudutkan.
"Begini saja.. Daripada pusing, Jalan yang harus diambil Nikahkan saja mereka.."
"Apa!!
.
.
.
TBC
semangat untuk berkarya kembali..
btul2 gk ad bonschap ny kah thor. satu bab az pn jdi. 😁
alfatihah untk suamiku