Ajeng harus pergi dari desa untuk menyembuhkan hatinya yang terluka, sebab calon suaminya harus menikahi sang sepupu karena Elis sudah hamil duluan.
Bibiknya memberi pekerjaan untuk menjadi pengasuh seorang bocah 6 tahun dari keluarga kaya raya di Jakarta.
Ajeng iya iya saja, tidak tahu jika dia adalah pengasuh ke 100 dari bocah licik itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Sudah Bulat Tekad Ajeng
Ajeng menatap nanar pada pelaminan di depan sana. Harusnya dia yang menikah dengan Erwin, tapi kemudian harus gagal karena Elis tiba-tiba mengaku hamil anak calon suaminya.
2 jam sebelum akad kegaduhan mucul tak bisa dicegah, sampai akhirnya seluruh keluarga setuju untuk mengganti mempelai wanita.
Akhirnya Erwin mengucapkan ijab kabul untuk Elis, wanita yang sejatinya adalah sepupu Ajeng.
"Mbak, masuk saja yuk, jangan duduk disini, apalagi Mbak masih pake baju pengantin," ucap Nia, adiknya Ajeng.
Wanita berkebaya putih itu menangis, namun buru-buru dia hapus.
Sesak sekali rasanya dadda gadis itu, sempat dia bersitatap dengan Erwin, namun Ajeng buru-buru menepis.
Bukankah ini pengkhianatan yang sangat menjijjikan?
Entahlah, rasanya Ajeng ingin menghilang dari sini.
"Ayo," balas Ajeng dengan lesu.
Malam harinya, Ajeng mengurung diri di kamar. Kamar yang sudah di hias untuk jadi kamar pengantin.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan gadis berusia 21 tahun itu. Ajeng tidak kuliah, lulus SMA dia langsung bekerja jadi pengasuh bayi untuk tetangga-tetangganya.
"Ajeng, kamu kok nggak keluar kamar, nggak mau makan to?" tanya ibu Tri-ibunya Ajeng.
"Nggak Bu, aku nggak lapar."
"Ya jangan gitu, sudahlah, kamu jangan pedulikan Erwin dan Elis lagi, jelas mereka mengkhianati kamu. Ibu juga nggak sudi punya menantu seperti itu!"
Ajeng menangis lagi.
Sesak di daddanya tak bisa dia ungkapkan.
"Aku mau pergi aja Bu, aku nggak mau tinggal disini lagi," ucap Ajeng dengan sungguh-sungguh, dia bicara di antara air mata yang mengalir.
"Kamu mau kemana?" tanya sang ibu.
"Ikut Bi Ratih ke Jakarta."
"Ya sudah, malam ini siap-siaplah, besok pagi kamu pergi ke Jakarta."
Ibu Tri mendukung keputusan anaknya itu, untuk apa tinggal disini jika akhirnya jadi gunjingan tetangga. Gosip mulai beredar dan sekarang malah menyudutkan Ajeng yang jadi orang ketiga.
Ibu Tri juga muak, maka ini lah keputusannya.
Ajeng mulai berkemas, meskipun besok hujan badai pun akan tetap dia terjang. Yang jelas Ajeng harus meninggalkan desa ini.
Meninggalkan semua kenangan pahit yang dia yakin tidak akan mudah untuk dilupakan.
Mengunakan Bus, Ajeng pergi menuju kota Jakarta.
Tak sumpahin pernikahan kalian nggak akan pernah bahagia. Sumpah Ajeng.
Sampai aku sukses, sampai aku bisa nemu calon suami yang sempurna aku nggak akan pernah kembali ke desa.
Tekad Ajeng sudah sangat kuat. Kini bahkan tidak ada lagi air bening yang mengalir dari kedua matanya.
Jam 5 sore Ajeng tiba di rumah bi Ratih. Penyalur tenaga kerja rumah tangga, pembantu dan pengasuh.
"Masya Allah, akhirnya kamu sampe juga Jeng, pikir bibi kok lama sekali."
"Aku bingung naik Bus disini bi, jalurnya beda-beda, untung nggak nyasar."
"Ayo masuk, ini sudah mau magrib."
Bi Ratih tahu alasan kenapa Ajeng datang kesini, dia juga geram, pasalnya Ajeng dan Elis adalah 2 keponakannya. Tak menyangka juga jika Elis sampai melakukan itu.
"Ajeng, bibi ada pekerjaan untuk kamu, tapi ini termasuk sulit."
"Pekerjaan apa Bi?"
"Jadi pengasuh."
"Kalau pengasuh ya gampang Bi."
"Ini anaknya nakal."
"Semua anak kecil juga nakal Bi."
"Jadi kamu mau?"
"Iya, mau banget, sampe bonyok dibuat anak itu nanti aku nggak akan nyerah. Aku bener-bener nggak mau balik ke Desa Bi."
"Ya sudah, besok bibi langsung bawa kamu kesana."
Bi Ratih kemudian menjelaskan jika Ajeng harus jadi pengasuh seorang bocah berusia 6 tahun, Sean Aditama yang baru saja masuk ke Sekolah Taman Kanak-kanak .
Keluarga Aditama adalah keluarga kaya raya, pemilik salah satu perusahaan perkebunan sawit terbesar di Indonesia.
Bahkan salah satu cabangnya ada di kota kelahiran Ajeng.
"Orang kaya raya kok cari pengasuhnya dadakan begini Bi?"
"Nah nggak tau juga, bibi baru dapat kabar tadi pagi, kebetulan kamu datang."
"Oke deh, Ajeng siap."
Pagi-pagi buta Ajeng dan Bi Ratih sudah mendatangi rumah kediaman keluarga Aditama. Sepanjang perjalanan itu, Ajeng menghapal seluruh anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.
Sean Aditama yang akan jadi anak asuhnya.
Reza Aditama adalah ayahnya Sean, seorang duda, bercerai 2 tahun lalu dari istrinya Monalisa.
Masalah cerainya tidak dijelaskan dalam catatan itu.
Agung Aditama adalah kakek Sean.
Putri Kirana Aditama adalah nenek Sean.
Ryan Aditama adalah adik pertama Reza Aditama.
Rilly Aditama adalah adik kedua Reza Aditama.
Diantara adik beradik itu hanya selisih umur 3 tahun, sementara saat ini usia Reza Aditama adalah 33 tahun.
Dalam berkas itu lengkap pula dengan foto-fotonya. Ajeng sudah mengingatnya baik-baik.
Setelah menempuh perjalanan Akhirnya kini mereka berdua tiba di rumah megah itu.
"Masya Allah, rumahnya besar banget Bi."
"Jangan norak Jeng, kerja kerja kerja."
"Iya Bi."
Mereka berdua masuk ke dalam rumah megah itu. Sudah bulat tekad Ajeng untuk tidak akan pernah keluar dari rumah ini meski apapun yang terjadi, dia akan berkerja sebaik mungkin.
Tapi Ajeng tidak tahu, jika dia adalah pengasuh ke 100 untuk sang Tuan Muda.
Sean tersenyum miring, ketika melihat pengasuhnya yang baru tiba di rumah ini.