Tamat (Cerita belum di revisi, masih banyak kesalahan dan typo, mohon di maklumi yes)
Satya Satyawan, pria tampan, mapan dan kaya raya...
Risa Diandra, bocah SMA , cantik dan tomboy...
Satya dan Risa di jodohkan oleh orangtua mereka dan menyembunyikan status pernikahannya dari semua orang, kecuali mereka yang sudah tahu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Relaxaaa_id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Satya Setiawan.
BAB 22.
*** Istriku Bocah SMA ***
[Satya Setiawan]
Hari ini aku mengajak Risa pulang kerumah orangtuaku, walau aku tahu jika Risa sebenarnya tidak mau pulang bersamaku, tapi dia terpaksa ikut bersamaku karena bujukan Ibunya.
Aku tidak tahu sampai kapan Risa akan melupakan segalanya. Risa yang kehilangan ingatannya benar benar berbeda dengan Risa yang sebelum hilang ingatan.
Saat ini hanya ada tatapan datar dan suara dingin yang keluar dari mulutnya.Tidak ada lagi senyuman manis, tatapan jahil dan nada suara manja darinya.
Jika kalian bertanya apa aku sedih, tentu saja aku sedih. Tapi aku bersyukur, setidaknya Risa telah bangun dari tidur panjannya.
Saat kami tiba di rumah orangtuaku, Risa menepis tanganku yang ingin membantunya. Dia bilang dia masih bisa jalan sendiri, aku hanya bisa menghela nafas dan tersenyum membiarnya jalan pelan menuju pintu utama rumah orangtua kami.
Dan kami berdua sama sama terkejut saat aku membuka pintu rumah dan mendapati banyak orang di dalamnya. Bukan hanya orangtua Risa, Orangtuaku dan kedua kakak Risa. Tapi juga teman teman Risa yang bahkan tidak pernah aku lihat pun hadir di rumahku.
Risa menatapku namun aku hanya bisa menggelengkan kepala karena aku sendiri pun tidak tahu jika mereka semua akan hadir. Satu persatu mulai mendekati Risa untuk memberikan selamat atas ke pulangannya, ada yang hanya menyalami tangan Risa ada juga yang langsung memeluk Risa.
Aku hanya bisa menatap tajam mereka yang berani memeluk Risa seenak udel, tidak tahu apa ya ada suaminya di sampingnya. Main pelak peluk saja! Namun teman teman Risa bahkan tidak pernah peduli dengan tatapan tajamku hingga Risa berteriak menghentikan pertanyaan mereka.
Setelah berteriak, suasana menjadi hening dan Risa pun berlari naik ke lantai atas. Sepertinya masuk ke dalam kamar.
Aku menatap Orangtuaku dan mereka menggelengkan kepalanya, itu berarti bukan mereka yang mengundang teman teman Risa.
"Maaf teman teman, apa kalian tahu jika Risa saat ini tengah mengalami Amnesia atau** kehilangan memorinya. Aku harap kalian bisa mengerti keadaan Risa, aku minta maaf soal itu." jelasku lalu meninggalkan teman teman Risa yang masih pada kebingungan dan bertanya tanya. Tapi aku tidak menjawab dan terus melangkah naik ke lantai atas untuk menyusul Risa.
"Risa."
Aku tahu Risa ada di dalam kamar kami, tapi aku tidak mau langsung masuk dan memilih memanggilnya lebih dulu.
"Risa." Panggilku lagi karena tidak ada jawaban dari Risa.
"Risa aku tahu kamu ada di dalam, aku minta maaf soal yang di bawah. Aku bersumpah, aku benar benar tidak tahu dengan kejutan di bawah." jelasku.
Aku tidak mau Risa salah paham dan berakhir membenciku.
"Risa, bisa kamu buka pintunya." Ucapku lagi dengan nada agak keras karena tidak ada sahutan dari dalam.
"Risa, aku mohon. jangan marah."
Clek...
Pintu terbuka dari dalam oleh Risa, aku menatap matanya yang sembab, sepertinya Rida habis menangis.
Aku pun langsung memeluknya, kali ini Risa tidak menolak pelukanku, namun juga tidak membalasnya.
"Maafkan aku." ucapku. Hati sakit melihat Risa menangis sesegukan dalam pelukanku.
"Aku benar benar tidak tahu akan kejutan ini."
"Aku benar benar minta maaf."
"Kenapa kamu minta maaf terus, bukan kamu yang salah, tapi aku." Ucap Risa pelan.
"Sayang kamu bicara apa sih?"
"Jika saja aku tidak lupa ingatan, aku pasti tidak akan berlari ke sini untuk menghindari mereka. Aku pasti ikut berbaur bersama mereka, aku pasti-,
"Sayang sudah, ini bukan salah kamu. Ini semuanya karena aku, jika saja aku mengendarai mobil dengan benar hari itu, kita tidak akan kecelakaan dan kamu tidak akan lupa ingatan." ucapku menjelaskan. Jujur aku menyesal karena keterledoranku membuat kami kecelakaan dan Risa harus kehilangan ingatanku.
"Aku-
"Jangan minta maaf lagi."
Aku melepaskan pelukanku dan membingkai wajahnya menggunakan tanganku, menghapus air matanya dengan pelan. Hatiku tidak sanggup melihatnya menangis seperti ini, entahlah mengapa, aku merasa sesak di dada.
"Jangan menangis lagi, mari aku tunjukan Robinson padamu."
Aku tersenyum dan menggenggam tangannya menuju balkon kamar kami.
"Aku masih tidak tahu, Robinson itu hewan apa. Kamu bilang dia hewan kesayanganku kan?"
Aku mengangguk dan menunjuk kandang Robinson.
"Ada apa di dalam kandang itu?" tanya Risa.
"Tentu saja ada Robinson." balasku.
"Lihat dia berjalan di bagian luar." ucapku menunjuk tiga harimau berjalan keluar dari tempat persembunyiannya.
Aku hampir saja tertawa saat Risa langsung bersembunyi di belakang punggungku. Dan mengintip sedikit dari sana.
"Apa itu Robinson?" cicitnya pelan.
"Ya, kenapa? dia hewan kesayangam kamu loh." ucapku lalu melihat kearah Risa.
Risa menatapku tidak yakin. "Kamu yakin dia adalah Robinson, hewan kesayanganku?" tanya Risa lagi.
Aku mengangguk. "Tentu, mau melihat dari dekat?" tawarku.
Risa langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak mau."
"Kenapa?" tanyaku.
"Aku tidak mau. aku takut nanti dia menggigitku." ucapnya, walaupun nada suaranya datar. Tapi aku masih bisa melihat ada ketakutan di matanya saat menatap Robinson.
Kehilangan ingatan bukan hanya membuatnya kehilangan ingatan, tapi juga membuat Risa menjadi takut pada hewan kesayangannya sendiri.
"Risa, Robinson tidak akan menggigitmu. Mereka bertiga adalah kesayanganmu, dan mereka bahkan hanya patuh padamu." jelasku.
"Aku tetap tidak mau mendekatinya." ucap Risa.
"Baiklah, kamu tidak perlu mendekati Robinson. Kamu bisa mendekati yang lainnya." ucapku.
Risa menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau."
"Baiklah."
Aku memilih tidak memaksanya.
"Jadi sampai kapan kamu akan bersembunyi di belakangku, lagi pula mereka itu di dalam kandang. tidak akan keluar menggigitmu." ucapku.
Risa mulai keluar dari balik punggungku dan berdiri di sampingku.
"Aku akan ke bawah sebentar untuk menemui orangtuamu dan teman temanmu, Apa kah kamu kau ikut ke bawah?" tanyaku.
Risa menatapku dan menggelengkan kepala pelan. "Baiklah, aku ke bawah sebentar ya."
"Aku ikut."
Aku membalikkan tubuhku menatap Risa yang berkata pelan.
Aku pun tersenyum dan kembali berjalan kearahnya dan mengulurkan tanganku padanya.
"Baiklah, Ayo... Jangan takut, terus genggam tanganku."
**Terima kasih semua, kalian baik banget sih.. makin sayang deh sama kalian ;)
Haha tiap up 10 poin, maka aku akan up sehari dua atau tiga kali haha lagi pula aku lagi nggak ada kerjaan.. Di rumah aja :v
Tapi buat yang ikhlas ngasih aja ya, aku sih nggak ada maksa kok** ;)
bahasanya kek umur 35an
25 sih masih abg 😷