Istriku Bocah SMA
BAB 01.
*** Istriku Bocah SMA ***
Satya menyesal saat menolak ucapan Mamanya untuk bertemu dengan calon istri - nya yang di pilih kedua orang tuanya. Padahal saat itu Mamanya bilang Satya bisa membatalkan perjodohan jika memang tidak suka dengan perempuan yang mereka jodohkan dengannya.
Tapi Satya berlagak menjadi anak baik yang selalu menuruti ucapan kedua orang tuanya dan memilih untuk menerima perjodohan dari orang tuanya tanpa mau bertemu dengan perempuan yang akan menjadi istrinya lebih dulu.
Dan bahkan Satya meminta agar pernikahan mereka di percepat dengan alasan supaya kedua orang tuanya tidak terlalu memikirkan Satya lagi. Maksudnya tidak perlu khawatir saat Satya tinggal di Apartemennya karena nanti akan ada istrinya yang akan mengurusi dirinya.
"Satya apa kamu yakin benar mau menikah dengan Risa tanpa mau ketemuan dulu?" tanya Mamanya saat itu.
"Satya yakin. Mama dan Papa pasti sudah memilih perempuan yang terbaik untuk Satya." balas Satya saat itu dengan mantap.
"Kami bangga punya anak seperti kamu Satya... Kamu jangan khawatir, kami akan bilang pada keluarga Risa untuk mempercepat pernikahan kalian." ucap Papa Satya dengan senyuman lebarnya.
Dan Satya melongo tidak percaya saat hari pernikahannya tiba dan melihat calon istrinya. Bukan karena perempuan itu jelek dan buruk rupa, malah sebaliknya, perempuan itu sangat cantik, tapi perempuan yang akan menikah dengannya itu adalah perempuan remaja yang lebih pantas di sebut gadis remaja. Satya yakin bahkan umurnya belum ada dua puluh tahun.
Dan Satya sangat amat terkejut saat tahu bahwa umur gadis yang dia nikahi itu masih belia atau baru saja berumur tujuh belas tahun. Gadis SMA kelas tiga.
"Kenapa kamu mempercepat pernikahan kita? Aku memang suka sama kamu, tapi demi Tuhan... Aku masih SMA kelas tiga!" seru gadis yang telah resmi menjadi istrinya pada pesta pernikahannya itu.
"Aku bahkan tidak tahu kalau kamu itu masih bocah SMA." ucap Satya pelan.
"Aku menyesal karena tidak mau bertemu dengan kamu lebih dulu bocah." lanjut Satya.
Gadis itu mendelik kesal. "Aku bukan bocah!" seru gadis itu dan dengan kurang ajarnya dia berani menginjak kaki Satya dengan sepatu hak tinggi super lancip milik gadis itu.
"Awhhh.." ringis Satya menatap kesal pada gadis bernama Risa Diandra yang telah menjauhi dirinya dan mengulurkan lidahnya seperti bocah.
Ahh dia memang bocah Satya, jangan lupa bahwa dia masih tujuh belas tahun dan kini ia terlihat seperti om om yang menikah dengan anak anak atau lebih tepatnya seperti pedofil yang menyukai anak anak.
***
"Om minta uangnya dong," pinta Risa menyodorkan tangannya pada Satya.
"Mau ke mana, ini kan hari minggu." balas Satya dan kembali mengunyah nasi goreng buatannya. Iya buatnya, bukan buatan istrinya. Bisa meledak dapurnya jika membiarkan gadis labil itu memasak di dapurnya.
"Jalan-jalan lah Om." ucap Risa sembari memutar bola matanya malas.
"Jalan tidak butuh uang kan?"
"Ya masa nanti aku tidak belanja, kan' pasti teman aku belanja semua. Ya kali aku cuma ngikutin mereka tanpa beli satu pun barang." ucap Risa memasang ekspresi sedih.
Ini adalah hari ke tujuh di mana gadis bernama Risa Diandra itu resmi menjadi istrinya dan merepotkan dirinya!
Satya menghela nafas malas, tidak tega melihat ekspresi Risa pun akhirnya memberikan kartu kreditnya.
"Kamu boleh pakai berapun tapi ingat ya mulai saat ini jangan panggil aku dengan sebutan Om... Aku tidak setua itu juga kan?"
"Jadi aku harus panggil Om apa dong, situ kan emang udah tua." cetus Risa.
"Jadi tidak mau nih." ucap Satya yang hendak kembali memasukan kartu kredit-nya ke dalam dompet.
"Duhhh iya iya Om belum tua--- eh eh maksudnya... Jadi aku harus panggil apa?"
"Kakak."
"Kakak! Oh oke kakak Satya... Sekarang tolong berikan kartu itu." ucap Risa riang karena Satya menyerahkan kartu kreditnya.
"pin-nya tangal lahirku."
"oke."
"Aku boleh belanja apa saja kan?" tanya Risa.
"Boleh."
"Berapa saja boleh?"
"Iya."
"Asik!! Makasih ya Om--eh Kakak Satya baik banget deh. Muachhhh."
Satya memegang pipinya yang baru saja di cium Risa sebelum gadis itu berlari menuju kamarnya. Ada gelayar aneh dalam hatinya saat menerima ciuman singkat yang bahkan hanya di pipi dari bocah SMA itu.
Satya menggelengkan kepalanya, tidak mungkin kan dia suka sama bocah SMA macam Risa. Demi apa pun umur mereka berpaut jauh dan andai saja di hari pernikahan mereka Satya bisa membatalkan pernikahan itu agar tidak terjadi, tapi dia tidak bisa melakukannya karena sudah terlanjur berjanji pada kedua orang tuanya.
"Om-eh kakak, aku pergi dulu ya, mungkin pulangnya sore atau malah malem. Jadi jangan kangen ya." ucap Risa dengan senyuman lebarnya.
Satya mendengus, siapa juga yang bakalan kangen sama bocah SMA pecicilan macam Risa.
Dan setelah Risa pergi, Satya bingung mau ngapain lagi. Biasanya setiap hari minggu dia kumpul bersama keluarganya di rumah kedua orang tuanya, tapi saat ini ia tidak mungkin ke sana tanpa membawa Risa kan?
Bisa panjang ceritanya jika ia pulang tanpa Risa!
Sial kenapa gadis itu merepotkan sekali sih. Gerutunya kesal.
Satya pun memilih keluar dari apartemennya untuk makan siang di sebuah restoran yang biasa dia datangi. Restoran itu berada di dalam mall, tepat sekali di depan Apartemennya. Jadi tidak perlu menggunakan mobil karena itu akan memakan waktu cukup lama, mengingat setiap hari minggu jalanan di kota tempat tinggalnya ini sangat banyak kendaraan.
Satya menghela nafas lega setelah sampai di restoran dan memesan makanan yang biasa ia pesan jika datang ke sini.
"Woy bro!! tumben kamu ke sini?" ucap seseorang yang langsung duduk di hadapannya.
Dia Reno Wijaya, pemilik restoran itu dan juga adalah teman baik Satya.
Satya mendengkus."Seperti aku tidak pernah ke sini saja."
"Bukan begitu, maksudku, Ini kan hari minggu. Jadwalnya kamu menyusu dengan Ibu kamu." ucap Reno meledek Satya, dia tidak tahu jika Satya sekarang telah menikah. Karena Reno orangnya Ember, jadi Satya tidak mengundangnya di hari pernikahannya saat itu.
Satya mendelik kesal pada Reno.
"Wesss bro santai." ucap Reno seraya terkekeh saat melihat Satya yang sudah melotot padanya.
"Bang Renoooo!"
Reno menghentikan tawanya saat mendengar suara cempreng menggelegar memanggil namanya. Tidak lama setelah itu dua gadis berjalan kearah mereka dengan tangan penuh belanjaan.
"Risa, Mella... Jangan berteriak karena ini bukan hutan oke."
"Ye Abang Reno mah jahat begitu saja marah." ucap gadis bernama Mella cemberut.
"Kalian mau ngapain ke sini?" tanya Reno mengalihkan pembicaraan. Matanya tidak lepas menatap Risa yang sedang makan eskrim tanpa peduli keadaan sekitar.
"Mau makan lah, ya kali mau mandi." ucap Mella sebal.
"Mau makan itu ya pulang ke rumah bukan ke sini!" seru Reno.
"Dih galak amat, amat aja baik banget sama aku."
"Risa duduk, mau pesan apa? jangan khawatir sama harganya... Semuanya gratis kok, ya kan bang?"
Reno mendengkus tapi tak urung ia mengangguk juga.
"Ye, makasih Abangku yang ganteng. Tuhh kan Risa kita bisa makan apa aja di sini." ucap Mella senang.
Risa mendongak karena eskrim yang dia makan juga sudah habis.
"Loh Om-eh kakak Satya ada di sini juga." ucap Risa kaget saat mendapati Satya ada di hadapannya.
Satya mendengkus, padahal ia sudah berusaha menutupi mukanya dengan buku menu. Tapi kenapa gadis itu masih mengenalinya, dan jangan sampai gadis itu memberitahu Reno dan adiknya jika ia adalah suami bocah SMA itu. Mau di taruh di mana mukanya jika sampai itu semua terjadi.
.
.
Mohon maaf jika kalian masih menemukan banyak typo....
**Sebelumnya saya cuma mau bilang, kalau mau minta feedback. Tolong dong kakak benar benar like cerita ini dari awal sampai akhir, jangan cuma like di awal dan komentar di akhir cerita tapi minta feedback!
Kalian tahu kan arti feedback itu apa? Saya tahu loh kalau misalnya kamu minta feedback tapi cuma like di awal dan akhir doang.
Bukanya ngemis like, tapi itulah arti feedback sesungguhnya :v**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
𝐆𝐞𝐦𝐨𝐲😚
😍😍😍😍
2023-12-28
0
Edah J
Hadirrr ahhh☝️
baru nemu nih novel😊
baru awal baca ceritanya sdh menarik
okk lanjut baca lg Kuyyy😁
2021-12-11
1
Mat Poynter
hemmm
2021-12-02
1