Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meluapkan sakit hatinya
Arabella merapikan berkas yang berserakan di atas meja kerjanya, sebentar lagi jam pulang kantor tiba.
Setelah rapi Arabella terduduk sebentar dan menghela napas. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.
"Semoga tidak ada kendala." Gumamnya sambil menatap sebuah bingkai foto, foto dirinya yang sedang tertawa lepas dan saat itu Maher yang megambil fotonya. Arabella memasukkan bingkai foto kecil itu kedalam tasnya. Rasanya memang berat meninggalkan meja kerjanya, tapi mau bagaimana lagi dirinya tidak sanggup jika harus melihat Maher bersama wanita lain.
Arabella beranjak dari duduknya, wanita itu akan pulang bersama karyawan lain yang sedang mengantri di life.
Maher sedang pergi bersama ibu dan juga calon istrinya, sedangkan Arabella yang di pamiti hanya bisa tersenyum miris.
"Bella kau mau pulang bersama ku." Tanya Bunga saat keduanya keluar dari lift yang sama.
"Boleh, jika kau tidak keberatan."
Bunga tertawa dan langsung menggandeng tangan Arabella.
"Asal kau bayar pakai semangkuk bakso, rasanya perutku sudah meronta-ronta kelaparan ingin makan bakso kuah." Lagi-lagi Bunga tertawa dengan ucapanya. "Tapi sekelas sekretaris sepertimu mana mau makan bakso, pasti pak Maher membawamu makan di restoran mahal."
Arabella hanya tersenyum mendengar ucapan Bunga.
"Di kampung ibu dan bapak ku juga jualan bakso Bunga, jadi jangan menilai ku seperti orang kaya."
Bunga membulatkan kedua matanya. Oh my, serius Bella?" Tanya Bunga tak percaya.
"Ya, kalau kau ke kota M, kau boleh mampir ke rumah."
Keduanya berjalan menuju mobil Bunga terparkir, saat Arabella hendak masuk, tiba-tiba sebuah mobil membunyikan klakson dan berhenti di depan mobil Bunga.
Bunga yang hendak masuk kembali keluar saat melihat mobil yang sangat familiar berhenti didepan mobilnya.
"Nona biar saya antar." Ucap Tio asisten Maher.
Arabella menatap jendela mobil Maher, tidak terlihat karena kacanya gelap.
"Apa dia di dalam?" Tanya Arabella.
Dia yang di maksud adalah Maher, dan Tio hanya mengangguk.
"Bunga sepertinya kau gagal mendapatkan bakso gratis dariku, lain kali aku akan menggantinya." Ucap Arabella dengan senyum.
Bunga hanya menanggapi dengan isyarat tangan saja, wanita itu hanya berdecak melihat Arabella sang sekertaris yang dekat dengan si bos.
Tio membukakan pintu mobil untuk Arabella, wanita itu masuk dan duduk disamping Maher.
Mobil kembali berjalan, namun hanya ada keheningan di antara keduanya. Arabella memilih untuk menatap ke arah kaca mobil dari pada harus menatap Maher yang membuatnya sakit hati.
"Aku rindu masakan mu." Ucap Maher sambil menyandarkan kepalanya di bahu Arabella, pria itu memejamkan matanya.
Arabella tak menjawab, wanita itu masih diam dengan posisinya.
Sedangkan Tio hanya diam dengan lirikan matanya mengintip dari kaca depan.
Jika di lihat-lihat, hubungan atasan dengan sekertaris nya itu semakin dingin, dan mungkin penyebabnya adalah wanita yang dijodohkan dengan atasanya.
Tidak ada jawaban, Maher kembali menarik kepalanya untuk duduk dengan tegak, pria itu menahan kesal melihat Arabella mengabaikannya.
"Ara, aku bicara denganmu!" Serunya dengan nada yang tegas.
"Kenapa tidak calon istrimu saja yang masak, dia lebih berhak. Lagi pula kau tak seharunya meminta ku untuk memasakkan untuk mu, karena aku bukan calon istrimu." Ucap Arabella wajah datar tanpa ekspresi.
"Arabella!" Pekik Maher dengan nada tinggi, membuat Arabella tersenyum sinis.
Sedangkan Tio hanya bisa melihat keduanya bertengkar.
"Pak Tio, tolong berhenti di kedai bakso didepan." Ucap Arabella tanpa memperdulikan wajah kesal Maher yang menahan amarah.
Bugh
Pria itu menendang kursi didepanya hingga membuat Tio terkejut.
"Baik nona."
Setelah mobil berhenti, Arabella langsung keluar tanpa bicara ataupun menoleh pada Maher.
"Pak antar saja pak Maher, saya bisa pulang sendiri nanti." Ucap Arabella dengan lembut pada Tio.
"Tapi non-"
"Jalan Tio!"
Tio tersentak sedangkan Arabella melirik Maher sekilas dari kaca Tio yang terbuka.
"Tidak apa pak, pulang saja." Arabella langsung melangkah pergi, tanpa peduli dengan tatapan tajam Maher.
"lihat Tio, dia semakin berani." Ucap Maher saat mobilnya kembali berjalan.
"Nona hanya sedang meluapkan rasa sakit hatinya pak." Jawab Tio yang cukup mengerti dengan kegundahan hati Arabella.
Sedangkan Maher tertegun, pria itu mencerna ucapan Tio.
Tinggalkan jejak kalian 😘😘