Seorang gadis korban pemerkosaan sampai hamil sehingga dia mau tidak mau harus menikah dengan pria yang sudah beristri karena bayi yang dikandungnya membutuhkan sosok seorang ayah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27
Setelah Nando mengantar Dani pulang ke rumah, Nando langsung menuju ke rumah sakit tempat putri nya di rawat. Setiba disana Nando melihat Meera masih terbangun dan sedang memainkan ponselnya.
"Sayang, tidur lah, biar Dinda aku yang menjaga nya!' Ucap Nando.
"Dani dimana?" Tanya Meera
"Dani minta pulang ke rumah."
Nando duduk, ia melepaskan jaket nya lalu memeluk istri pertamanya. Sudah lama mereka tidak seperti ini mengingat akhir akhir ini Nando sibuk dengan Mahira.
"Masih ingat tidak ketika kamu hamil Dinda? Kamu selalu meminta aku memeluk mu setiap tidur dan saat putri kita sudah besar. Waktu berjalan begitu cepat." Ucap Nando yang sedang asyik bernostalgia.
"Tapi Mahira tidak merasakan apa yang kamu rasakan, aku mengacuhkan nya dan tidak pernah menganggap nya ada." sambung Nando.
Meera hanya dia, memang benar nasib Mahira berbeda dengan nya namun tidak dapat dipungkiri jika Meera sudah menganggap jika Mahira adalah ancaman baginya.
Meera harus mencari cara supaya Nando mau melepaskan Mahira. Meera merasa sangat bodoh waktu dulu membujuk Nando supaya baik pada Mahira dan kini dia merasa menyesal.
Nando menyuruh Meera untuk tidur dan ia akan menjaga Dinda. Melihat Dinda membuat nya mengingat Mahira. Ia tidak bisa membayangkan jika Dinda mengalami nasib yang sama seperti Mahira.
Setelah Meera tertidur, Nando segera menelepon Mahira. Dan dalam satu panggilan saja Mahira sudah mengangkat nya.
"Sayang, sudah tidur?" Tanya Nando di sambungan telepon.
"Ini mau tidur."
"Jangan berpikiran untuk kabur lagi.!"
Mahira hanya dia membuat Nando harus mengancam nya lagi.
"Jika kamu pergi maka aku akan mencari mu sampai dapat dan membawa kedua anakku."
"Tuan, saya lelah, mau tidur. Selamat malam."
"Bagiku, selamat malam juga. Mimpi yang indah."
Mahira mematikan panggilan telepon nya. Air matanya tumpah lagi dalam kondisi sudah pasti sangat bingung.
Nenek nya sudah meninggal, pamannya sudah tidak menginginkan nya lagi. Hanya ada satu cara yang tersisa yaitu mencari ayah biologisnya. Namun dimana dia harus mencari? Mahira tidak pernah tahu wajah ayah kandungnya bahkan keluarga ibunya saja juga tidak tahu wajah pria yang menghamili ibunya.
Mahira mencari informasi hanya bermodalkan media sosial saja. Setiap bule ia telusuri walaupun masih sangat gamblang informasi nya.
*
**
Keesokan Harinya
Nando pagi pagi sudah datang ke apartemen Mahira. Mahira membuat kan sarapan seadanya yang ada di kulkas. Nando menunggu nya sambil meminum kopi.
"Hari ini Tuan bekerja?" Tanya Mahira sambil mengaduk bubur.
"Iya , nanti siang kita akan ke dokter Obgyn. Jam 1 aku akan menjemputmu. Dia teman baikku dulu juga dokter kandungan Meera." Jawab Nando.
Mendengar nama Meera membuat Mahira menjadi murung, ia masih ingat jelas jika Meera menginginkan dia pergi. Nando menatap wajah Mahira yang melamun lalu memeluk nya dari belakang.
"Ada apa lagi sih, kok melamun? Setelah dari dokter kita bisa belanja." Ucap Nando.
Mahira mengangguk, ia mengaduk bubur nya, namun tiba-tiba Nando menarik tubuhnya untuk menghadap wajah pria tampan itu.
Tatapan Nando sangat lembut, ia mengusap rambut Mahira dan merapikan nya ke belakang telinga. Mahira merasa canggung lalu memilih untuk memalingkan wajahnya, namun Nando mencegah nya supaya tak berpaling darinya.
"Tuan mau apa?" Tanya Mahira takut.
"Morning kiss." Mahira mundur namun Nando memegangi pundak nya. Nando lalu mengecap sekilas bibir Mahira. Membuat Mahira sangat malu. Nando tersenyum, tangan nya mengusap perut Mahira.
"Papa ingin cepat cepat bertemu dengan kalian."
Mahira sangat senang suami nya sudah mengakui anak mereka. Tapi mungkin saja ini adalah awal dari keputusan Mahira yang tidak akan pernah menyerah untuk lepas dari Nando. .
Karena sejatinya Nando sudah mempunyai keluarga.
"Gosongg...!!!" Ucap Nando mencium aroma bau gosong.
Mahira terkejut lalu segera dia matikan kompor nya. Bubur nya menjadi gosong karena sedari tadi Nando menggoda nya.
Mahira melihat jika bubur nya itu tidak bisa dimakan lagi lalu segera dia menuangkan ke mangkok untuk ia makan sendiri.
Sekarang ia bingung mau membuat kan sang suami apa karena pasti akan terlambat bekerja.
"Mahira, aku bisa makan di kantor saja. Jangan khawatirkan aku! Aku datang kesini sengaja hanya untuk melihat mu." Ucap Nando.
"Maafkan saya Tuan!!!"
Nando mengangguk, ia menarik Mahira dan mencium bibir nya. Jantung mereka sama sama berdetak hebat. Seperti nya mereka sudah saling jatuh cinta.
Dokter Evan mencoba untuk menelpon Mahira, namun tidak di angkat. Hari ini adalah jadwal kontrol nya mengingat beberapa minggu lagi diprediksi kalau Mahira akan melahirkan.
Mahira adalah pasien istimewanya karena jujur saja jika Dokter Evan menaruh hati pada Mahira.
"Dokter Meera?" panggil Dokter Evan yang tak sengaja melihat Meera di lorong rumah sakit.
"Iya, ada apa Dok?
"Mahira sekarang tinggal dimana? Apa dia baik baik saja?"
Meera menarik Dokter Evan. Lalu ia membisikkan alamat apartemen Mahira. Dokter tampan itu hanya takut jika Nando menyakiti Mahira.
"Mahira hanya terpaksa bersama Mas Nando, kamu bisa merebut Mahira jika kamu mau."
"Maaf, Dokter Meera saya tidak ada niatan untuk merebut Mahira. Bagaimana pun juga mereka adalah suami istri. Saya hanya ingin memastikan saja kalau Mahira tidak terluka saat dia tengah hamil tua seperti ini. Itu saja yang saya khawatirkan. Terima kasih."
Dokter Evan pergi meninggalkan Meera lalu mencobanya mengirim pesan pada Mahira. Dia tidak tenang sebelum Mahira mengabari nya.
\[Dokter Evan :Ra, hari ini saya tunggu di ruangan saya. Ada jadwal kontrol. Lebih baik jangan berganti dokter\]
\[Mahira: Maaf Dok, suami saya sudah mencarikan dokter kandungan baru untuk saya\]
\[Dokter Evan : Baiklah jika itu keputusan suami kamu. Tapi apakah kamu baik baik saja disana?\]
[Mahira :saya baik baik saja. terima kasih karena sudah mengkhawatirkan saya ]
[Dokter Evan: Kalau ada apa apa bilang saja pada saya. Saya akan siap membantu.]
Mahira tak membalas chat Dokter Evan lagi. Membuat Dokter Evan tersenyum pasrah. Seperti nya tak ada harapan lagi untuk mendekati Mahira. Padahal sang ibu sudah mendukung nya setelah menceritakan apa yang terjadi pada Mahira.
Mahira kini sedang sibuk untuk mencoba mencari keberadaan sang ayah melalui media sosial. Dia menuliskan jika dia kehilangan ayahnya yang berdarah Turki sejak lahir, semua media sosial ia bagikan. Walaupun sangat susah untuk menemukan nya.
Pasalnya Mahira tidak tahu nama ayahnya. Mahira hanya bermodalkan nama asli ibunya yang pernah bekerja di Taiwan.
Banyak yang merespon namun mereka tidak akan tahu jika Mahira tidak mencantumkan nama ayahnya.
Nando yang ada di dalam mobil melihat media sosial Mahira.
"Ibnu, apa mungkin seorang ayah kandung yang tidak diketahui namanya akan bertemu anak kandung yang sedang mencari nya? Bahkan jika satu kota saja sangat sulit untuk ditemukan apalagi Mahira dengan ayah kandungnya berbeda negara." Nando bertanya pada Ibnu sang sopir.
"Tidak ada yang tidak mungkin, Tuan. Mungkin saja ayah kandung Non Mahira juga sedang mencarinya. Ikatan seorang ayah dan anak itu sangat kuat."
DEGH!!!!!
Nando merasa ada yang pernah mengatakan jika ada orang yang datang untuk mencari anak kandungnya. Nando mencoba mengingat lagi siapa kah orang yang mengatakan kalau dia sedang mencari anaknya itu.
Serhan????
Tidak mungkin jika Serhan adalah ayah kandung Mahira. Aku harus mencari tahu. Batin Nando.
sakit hati ku baca nya...
semoga ending nya Mahira dgn laki² lain yg lebih menyayangi nya dgn tulus...
semangat Kaka.. karyamu bagus..