Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Punya Pegangan Hidup
Karena Steve dan Zayn pulang sore, mereka langsung bergegas untuk mandi di kamar masing-masing.
Nadia memandikan anaknya, sementara bi Narti sudah bergabung dengan seluruh pelayan di rumah ini.
Seharian ini Nadia dan bi Narti memang mendekatkan diri pada seluruh penghuni rumah tersebut.
Seluruh pelayan pun sudah tahu jika Nadia adalah seseorang yang spesial bagi majikan mereka. Jadi semua orang pun menghormati Nadia sebagaimana mereka menghormati tuan Steve.
"Ma, aku akan bermain di bawah, mama temani lah daddy," ucap Zayn, ketika dia sudah mandi dan rapi. Rambutnya pun sudah selesai disisir.
Mendengar anaknya bicara seperti itu, nyatanya Nadia masih kaku saja. Dia benar-benar butuh bekerja ekstra untuk membiasakan diri.
Untuk bisa berpikir bahwa Steve itu adalah miliknya.
Astaga, hanya membayangkannya saja sampai detik ini aku masih merasa tidak pantas. Batin Nadia.
Tapi semua keraguan di dalam hatinya tidak dia tunjukkan di hadapan sang anak, Nadia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya kecil.
Zayn sudah sangat nyaman dengan adanya Steve dan dia tidak ingin menghancurkan kebahagiaan sang anak untuk kedua kali. Cukup Aslan yang jadi kenangan buruk, biarlah Steve jadi kebahagiaan yang baru untuk Zayn.
"Baiklah sayang, mommy akan menemui Daddy," balas Nadia, lalu menggigit bibir bawahnya sendiri, karena janggal ketika mengucapkan Daddy.
Zayn tersenyum lebar.
mereka berdua lalu keluar dari dalam kamar tersebut Zayn turun ke lantai 1 sementara nah dia berjalan menuju kamar Steve.
Dia pikir malam ini mereka tidak akan tidur bersama lagi, tapi entahlah Nadia seperti tidak punya hak untuk menentukan. Apapun keinginan dan keputusan Steve itulah yang akan dia ikuti.
Dengan ragu akhirnya Nadia memutar kenop pintu, sampai akhirnya terbuka secara perlahan. Dia melongokkan kepalanya dan alangkah terkejutnya Nadia saat Steve langsung menatap ke arahnya.
Deg! jantung Nadia makin berdegup saat melihat pria itu baru saja keluar dari dalam kamar mandi, sekarang hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggang.
Ya Tuhan. Batin Nadia. mau mundur atau maju jadi bingung.
"Masuklah," ucap Steve, sebuah perintah yang tentu saja tidak bisa Nadia tolak.
Nadia merasa dia banyak sekali punya hutang budi kepada Steve, jadi apapun yang diminta oleh pria itu akan dia turuti.
Dengan langkah kaki pelan, akhirnya Nadia pun masuk. tapi dia menurunkan pandangannya dan tidak berani menatap ke arah tubuh pria itu.
Nadia tidak melihat saat Steve pun berjalan ke arahnya.
Tau-tau Steve sudah ada di hadapan dan langsung memeluk pinggangnya.
Deg! Nadia yang terkejut tanpa sengaja menyentuh dadda pria itu secara langsung.
Makin membuat jantungnya tak karuan.
Deg deg! deg deg! deg deg! terus seperti itu dan Nadia tidak tahu bagaimana cara menormalkannya lagi.
"Aslan, sudah menandatangani surat perceraian kalian, jadi sekarang kamu bukan lagi istri pria itu," terang Steve langsung, dia pun sudah tidak sabar untuk menyampaikan tentang hal ini.
Ingin Nadia segera tahu apa statusnya, hingga wanita ini tidak akan ragu lagi untuk membuka hati untuknya.
Steve tahu, Nadia merasa tidak nyaman menjalin hubungan dengan pria lain di saat dia masih menjadi istrinya Aslan.
Dan mendengar kalimat tersebut, Nadia pun sontak membalas tatapan Steve.
"Rumah itu jadi milikmu, juga sejumlah tabungan kalian di bank sudah jadi namamu. Aslan dapat mobil dan tanah yang kalian beli di Purna Indah," terang Steve lagi.
Dan saat itu juga jatuh lah air mata Nadia.
"Benar rumah itu jadi milik ku?" tanya Nadia dengan suaranya yang bergetar. Rumah itu begitu berarti untuknya, sampai kapanpun dia tidak akan rela rumah tersebut jatuh ke tangan Aslan dan Cindy.
Rumah itu dibangun dengan banyak bantuan dari kedua orang tuanya. Dan meskipun dia akan memiliki hubungan dengan Steve yang sejatinya pria kaya raya namun tetap saja Nadia ingin punya pegangan hidupnya sendiri.
Dia tidak ingin bergantung hidup pada siapapun, ingin berdiri di kakinya sendiri.
"Benar Nad, rumah itu milik mu," jelas Steve sekali lagi dan tanpa sadar Nadia pun langsung memeluk pria ini dengan sangat erat.
"Terima kasih Steve, terima kasih," ucap Nadia sesenggukan.
Steve tersenyum kecil.
Dua tangannya bergerak naik dan menangkup wajah Nadia, tanpa ragu dia cium bibir wanita ini.