seorang istri yang di rendahkan suami dan keluarga nya.
suami yang perhitungan dan suka selingkuh. membuat sang istri bangkit dan balas dendam dengan elegan kepada suami dan keluarga nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Kamu mendengar kan pembicaraan kami?" Tanya Rihan.
"Ya, aku sudah mendengar semuanya." Kata Kanya.
"Baguslah kalau kamu tau semuanya. Jadi kami tidak perlu menjelaskan padamu. Untuk apa mempertahankan istri seperti kamu, sudah miskin, mandul pula." Kata Bu Ratih.
"Baiklah, Aku ikhlas Mas Rihan menikah lagi, Silahkan Mas talak aku sekarang. Aku tahu Mas tidak pernah mencintai ku. Jadi untuk apa mempertahankan hubungan toxic ini." Kata Kanya sambil tersenyum walaupun hatinya sangat sakit, namun Kanya berusaha untuk tegar.
"Sudah Rihan, penuhi saja permintaan nya. Kan kamu emang mau bercerai dengan nya. wanita miskin ini sudah tidak bisa diharapkan. Rumah ini saja sudah dijual. Jadi untuk apa kamu masih mempertahankan wanita miskin ini." Kata Bu Ratih.
"Silahkan Mas talak aku, aku sudah siap lahir batin."Kata Kanya.
"Baiklah kalau itu maumu. Mas akan penuhi permintaan mu Kanya putri binti Dodi aku talak kamu dengan talak tiga. Mulai detik ini juga kamu bukan istri ku dan bukan tanggung jawab ku lagi " Ucap Rihan dengan lantang.
"Terima kasih Mas, Semoga Mas bahagia dengan orang pilihan Mas dan secepatnya punya momongan. " Kata Kanya dengan menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Pasti dong, Kak Rihan akan lebih bahagia dibanding saat bersama Mbak " Kata Sarah.
"Niela pasti akan segera memberikan aku cucu. Nanti aku akan punya banyak cucu. " Kata Bu Ratih.
"Kamu jangan pernah menyesal karena meminta aku menceraikan mu. Kamu tahu aku ini seorang manager dan tampan jadi sangat mudah bagiku untuk mendapatkan perempuan manapun yang aku mau." Kata Rihan sombong.
"Ya, nggak seperti kamu yang tidak kerja, penampilan seperti pembantu. Mana ada laki laki yang mau menerima kamu yang seorang janda yang mandul dan miskin seperti kamu. Kamu jangan pernah mengemis minta rujuk dengan anakku." Kata Bu Ratih.
"Ibu tenang saja, Aku tidak akan pernah meminta rujuk dengan Mas Rihan." Kata Kanya.
"Baguslah kalau begitu.' Kata Bu Ratih dengan angkuhnya.
"Kalau begitu, silahkan kalian bereskan pakaian dan barang barang milik kalian. Karena Mas Rihan sudah mentalak aku, maka kami sudah bukan suami istri, jadi tidak boleh tinggal serumah." Kata Kanya.
"Mbak ngusir kami?" Tanya Sarah.
"Mbak tidak bermaksud mengusir kalian, tapi kakak kamu sudah mentalak Mbak jadi Mbak dan Kakak kamu bukan suami istri jadi tidak boleh tinggal serumah." Kata Kanya. butuh kesabaran extra menghadapi keluarga Rihan .
"Terus kita harus tinggal dimana Bu?" Tanya Sarah sambil bergelendot di tangan Bu Ratih.
"Ibu juga tidak tahu, Rihan sekarang kita harus pindah kemana lagi?" Bu Ratih kebingungan.
"Untuk sementara kita cari kontrakan dulu Bu." Kata Rihan.
"Baiklah kalau begitu, yang penting ada tempat untuk kita tinggal sementara. Sarah hari ini kamu Izin dulu kita pindahkan hari ini. Ibu juga sudah tidak mau lama-lama disini. Yang ada nanti ibu ketularan miskin seperti dia." Kata Bu Ratih sambil melihat ke arah Kanya.
Kanya tidak menanggapi, karena sudah terbiasa. Hinaan dari ibu mertua adalah makanan sehari hari Kanya selama mereka tinggal bersama. Sehingga Kanya sudah terbiasa. Kalau diladeni nanti makin panjang karena Bu Ratih selalu mau benar. Lebih baik di diamkan. .
Kanya lebih memilih keluar ke warung depan yang menjual nasi.
Sedangkan Sarah, Bu Ratih dan Rihan lagi beberes pakaian dan barang barang mereka.
warung nasi tampak ramai pembeli. Karena biasanya orang orang kompleks yang tidak sempat masak mereka membeli sarapan disitu.
"Bu nasi satu bungkus, pakai ayam goreng , tumis kangkung, jangan lupa sambal nya ya Bu." Kata Kanya.
"Siap Kanya, tunggu sebentar ya!" kata pemilik warung sambil membuatkan pesenan Kanya.
"Tumben Kanya, kamu beli nasi bungkus?" Tanya Bu RT yang kebetulan beli nasi juga karena belum sempat masak.
"Iya Bu, Soalnya belum sempat masak." Jawab Kanya.
"Loh, bukannya tadi Ibu mertua kamu sudah belanja sayur ya." Tanya Bu RT.
"Iya Bu, tapi Kanya lagi kepengen makan nasi di warung." Jawab Kanya.
"Oo... kirain tidak dibolehin makan sama Bu Ratih. Ibu mertua kamu bilang kalau tadi pagi kamu belum bangun dan tidak masak." Tanya Bu Kokom tetangga Kanya yang kebetulan juga tadi beli sayur dan bertemu Bu Ratih di tukang sayur.
"Tadi pagi Kanya memang bangun kesiangan Bu." Jawab Kanya.
" Mertua kamu juga bilang kalau kamu itu malas tidak mau bantu beres beres rumah. Benarkah begitu Kanya.?" Bu Kokom mulai kepo seperti Bu Mila dan Bu Nonik. Karena penasaran dengan berita hangat di kompleks tempat tinggal mereka tentang keluarga Kanya.
"Ini Kanya nasinya, semua 15ribu." Kata Bu pemilik warung nasi.
"Ini Bu, uangnya, saya permisi dulu Bu ibu." Kata Kanya. Kanya bernafas lega karena telah berhasil menghindar dari pertanyaan pertanyaan ibu ibu tentang rumah tangga nya.
"Kanya pun pulang ke rumah, karena cacing cacing di perut nya sudah protes minta makan.
Sebelum Kanya makan, Kanya ingin memastikan Rihan , Sarah dan Bu Ratih sudah selesai membereskan barang-barang mereka atau belum.
"Kanya itu bener bener keterlaluan, masa kita tidak boleh tinggal di sini sebentar saja. Kan kalau dadakan seperti ini kita mau cari kontrakan dimana?" Bu Ratih masih terus saja ngomel.
"Nanti kita cari Bu, nanti kita cari yang sederhana saja jangan yang besar. Soalnya uang Rihan mau Rihan gunakan untuk pernikahan Rihan dengan Niela nanti." Kata Rihan.
"Ish..masa kita harus tinggal di tempat yang kecil sih Kak." Protes Sarah.
"Kan hanya untuk sementara saja Rah, Kalau Kakak sudah nikah dengan Mbak Niela nanti pasti kita akan tinggal di rumah Niela yang besar itu. Memang kamu nggak mau?" Kata Rihan.
"Benarkah Kak, Nanti aku dan Ibu boleh tinggal di rumah Mbak Niela." Kata Sarah dengan senang.
"Tentu boleh dong, Niela pasti tidak akan keberatan. Kan selama ini Niela sangat dekat dengan kalian. Jadi tidak mungkin kalau Niela menolak kalian." kata Rihan dengan percaya diri.
"Betul itu, Ibu sudah tidak sabar tinggal di rumah besar Niela. Mau makan tinggal makan. Tidak perlu repot-repot untuk masak. Baju kotor ada yang nyuciin. Baju lecet ada yang setrika in. Pokoknya kita pasti di layani dengan baik disana. Memang beda kalau orang kaya mah bebas sudah ada pembantu yang siap melayani kita.' Kata Bu Ratih sambil membayangkan hidup bak nyonya besar di rumah Niela.
"Kalian sudah selesai membereskan barang-barang kalian?'" Tanya Kanya yang tiba tiba memotong mereka yang asyik dengan mimpi menjadi Nyonya besar di rumah Niela.